- Wilujeng Sumping

2.5K 95 12
                                    

Panji Pov

JUNI 200x

'SELAMAT DATANG DI KOTA BANDUNG'

sebuah tulisan berukuran besar terpampang dengan jelas di atas sebuah gapura berkeramik. Tulisan berwarna emas itu seolah-olah menyambut kedatangan dua orang bocah yang pergi dari kampung halamannya yang terletak di kaki gunung ciremai menuju sebuah kota yang belum pernah sekalipun dikunjungi oleh mereka sebelumnya.

Dari dalam bus yang melaju pelan itu, dua bocah kecil itu berlomba-lomba melihat pemandangan yang terhampar di luar kaca. dengan mata yang berbinar-binar, kedua bocah ingusan itu terlihat bersemangat menunjuk setiap bangunan yang mereka lihat di luar sana. sebenarnya tidak ada bangunan yang megah atau bangunan pencakar langit yang mereka lihat, hanya deretan rumah atau toko yang berjajar di pinggir jalan tapi anehnya membuat mereka berdua merasa takjub.

"ngana bae bae toh? muka ngana pucat jo." tanya seorang bocah kepada teman nya.

(kamu baik-baik aja? muka kamu keliatan pucat.)

"iya nih agak pusing. kayanya masuk angin." jawab bocah satunya yang terduduk lemas di samping jendela.

"badan ngana itu kembau, sadiki sadiki sudah sakit. minum obat lah..." ucap anak yang berambut sedikit gondrong itu.

(badan kamu itu agak lemah, sedikit-sedikit sudah sakit. minum obat lah...)

"hei...usahlah ngana bicara manado. torang sudah sampai di bandung ini." balas anak berkepala pelontos yang duduk di samping jendela.

(hei...kamu jangan ngomong bahasa manado lagi. kita sudah sampai di bandung nih.)

"iyo dang..." ucap anak berambut gondrong itu sedikit mengalah.

(iya deh....)

"hey andreas, panji, siap-siap, sebentar lagi kita turun." sahut sebuah suara yang terdengar gagah dari kursi seberang. kedua anak itu berdiri, mengambil beberapa buah tas besar yang mereka simpan di bagian atas bus yang biasa digunakan untuk menyimpan barang-barang penumpang. masing-masing anak membawa dua buah tas besar yang berisi pakaian dan perlengkapan yang mereka siapkan dari rumah.

bus patas berwarna biru tujuan cirebon-bandung itu bergerak perlahan melewati sebuah pasar tradisional yang ada di daerah ujungberung. bus bergerak perlahan, merayap melewati kemacetan di jalan yang hampir setengahnya tertutup oleh pedagang. dengan rona wajah yang berseri-seri mereka berdua melihat ke arah kaca yang ada di depan, dandengan perasaan yang tidak sabar, keduanya mulai berbicara satu sama lain mengapa bus tak kunjung sampai di terminal.

setelah hampir setengah jam lamanya terjebak kemacetan, bus patas yang membawa mereka berdua akhirnya berhenti di terminal cicaheum, bandung. sambil berlarian, kedua bocah itu berlomba untuk terlebih dahulu menginjakkan kakinya di bandung.

andreas yang keturunan manado-aceh itu ternyata jauh lebih cekatan dari panji yang masih keturunan jawa-sunda. sementara seorang lelaki muda berbadan tegap dan gagah, dengan kulit nya yang coklat menenteng dua buah tas besar kepunyaan dua anak itu terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya menyaksikan tingkah bodoh mereka berdua. lelaki muda itu kemudian menyuruh mereka untuk naik ke sebuah angkot berwarna hijau dengan garis merah di bawahnya yang bertuliskan kalapa-aceh.

Mas rizky dengan sabar menjelaskan kepada kami berdua tentang nama gedung, nama jalan dan apapun yang kami tunjuk selama perjalanan di angkot. rasa penasaran kami berdua akan suatu hal memang tinggi, terlebih untuk sebuah kota yang belum pernah kami kenal sebelumnya, bandung.

mas rizky adalah adik kandung dari ibuku yang kebetulan asli orang sukabumi. Mas rizky ditugaskan dan diamanatkan oleh masing-masing kedua orang tua kami di kuningan untuk menemani dan mengurusi segala keperluan yang kami butuhkan selama berada di bandung. pa'e (bapak) sebenarnya tadi mau ikut mengantar kami ke bandung, tapi kebetulan bu'e (ibu) sedang tidak enak badan.

Cerita Secangkir KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang