- Hebben Een Goede Nacht

1.7K 70 18
                                    

setelah beberapa hari aku melaksanakan kegiatan mos, akhirnya hari ini aku sudah resmi diterima sebagai siswa kelas satu. seneng juga sih sekarang udah bisa pake baju putih bersih, celana panjang biru plus lencana berwarna hitam yang aku pasang di atas saku baju sebagai pemanis. sewaktu aku berjalan memasuki gerbang sekolah berbarengan dengan beberapa orang kakak kelas, aku tersenyum dan tak lupa mengucapkan salam kepada mereka. sebuah kebiasaan selama mos berlangsung dan katanya harus tetap dilakukan selama masih menjadi junior. walaupun ini hari pertama aku sekolah, tetapi jadwal pelajaran sudah ditentukan dan buku-buku cetak juga sudah dibagikan jauh-jauh hari. aku masih terus berjalan lurus menyusuri koridor yang panjang, kebetulan kelasku berada di pojokan lorong tersebut.

sewaktu sampai di pintu kelas, aku terdiam sebentar sambil pandangan mata ini menyapu ke seluruh penjuru kelas. ternyata kelasnya sudah ramai! padahal jam baru menunjukkan pukul 06.05 pagi. mungkin karena hari pertama, makanya anak-anak berangkat ke sekolah pagi-pagi sekalian rebutan kursi. untuk tempat duduk di hari pertama pastinya kita bebas untuk memilih tapi hampir setengah meja dan bangku telah terisi mulai dari barisan depan sampai tiga baris di belakangnya yang sebagian besar didominasi anak-anak cewe. klo anak cowo? isi yang belakang dulu aja deh. hehehe.

sialnya, teman satu gugus aku selama mos kemarin hanya 3 orang yang sekelas, yaitu aku, putri dan ayas (laras). terpaksa aku mencari bangku atau meja yang kosong. aku memilih untuk duduk persis di belakang putri, di barisan tengah meja yang letaknya persis disebelah jendela. setelah meletakkan tas dan tersenyum ke arah putri dan teman sebangkunya yang belum aku kenal, aku mengeluarkan binder bergambar tasmanian devil dan meletakkannya di atas meja kemudian bepura-pura membacanya. standardlah, anak baru, dikelas baru, belum punya teman akrab, berasal dari luar daerah, belum fasih berbahasa sunda ditambah sifat yang sedikit pemalu.

stres juga sih lama-lama berbuat bodoh sendiri karena kelas mulai terdengar gaduh dan meja yang kosong pun sudah banyak yang terisi dan hanya menyisakan tiga buah bangku kosong saja, satu bangku yang ada disebelahku dan dua bangku sisanya yang terletak dua baris di belakang. tak beberapa lama, dua bangku kosong yang ada di belakang sudah terisi oleh dua orang anak cowo yang tampaknya sudah akrab dan akhirnya hanya tinggal tersisa satu buah bangku kosong yang ada disebelahku.

aku langsung menopang dagu dengan sebelah tanganku sambil berpikir;

"koq ngga ada yang mau duduk sama aku ya?"

melihat keadaan disekitar membuat aku merasa miris, beberapa diantara mereka sudah terlihat akrab dan sedang bercanda satu sama lain walaupun terlihat beberapa orang yang duduk diam sama sepertiku, tapi setidaknya mereka sudah dapat teman sebangku! rasa bahagia dan semangat yang tadi sempat aku bawa perlahan-lahan mulai surut. aku langsung merasa seperti orang asing disini.

memang sih tadi putri sempat mengajak ngobrol dan mengenalkan teman sebangkunya, tapi itu juga cuma sebentar. ngga nyampe lima menit sampai akhirnya putri berbalik lagi dan melanjutkan obrolannya dengan teman sebangkunya itu. duh, jadi kangen sama temen-temen dan sahabat smp ku di kuningan. kenapa ya aku mau sekolah di bandung? padahal klo aku sekolah di kuningan, pasti tidak perlu repot-repot lagi mencari teman baru.

"hei, ini bangkunya kosong ngga?" tiba-tiba suara seseorang membuyarkan lamunanku.

"iya kosong. mau duduk?" tanyaku sambil mempersilahkan anak itu untuk duduk.

"iya. makasih ya." jawabnya sambil meletakkan tas di atas meja.

"telat ya?" tanya aku gugup saat memulai pembicaraan dengan anak itu.

"emang udah masuk ya? perasaan belum." jawabnya sambil melirik ke arah jam tangan berwarna hitam yang melingkar di tangan kirinya.

"belum sih. hehehe." balasku seadanya.

Cerita Secangkir KopiWhere stories live. Discover now