Chapter 44 (Part 1)

15.9K 1.3K 148
                                    

Karena chapter ini panjang, aku bagi jadi dua bagian^^

AUTHOR POV

Kyungsoo mengerang ketika samar-samar mendengar bunyi bel pintu rumahnya berbunyi. Ia melirik jam dinding dan mengeluh pada dirinya sendiri. Siapa gerangan yang mendatangi rumahnya pada jam dua pagi?

Ia meyingkirkan kepala Jongin dari dadanya lalu beranjak meninggalkan sofa. Ia berjalan sempoyongan sebelum sampai di belakang pintu dan menarik kenop. Ketika melihat siapa yang berdiri di depan pintunya, ia terbelalak.

"Chanyeol?" Kyungsoo melirik ke belakang Chanyeol, dimana sebuah mobil terpakir di depan gerbangnya. "Mengapa kau datang kemari? Baekhyun?" Kyungsoo mempersilahkan Chanyeol masuk namun namja tinggi itu menolak, masih sibuk menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya akibat udara dingin.

"Baekhyun tertidur di dalam mobil. Aku butuh berbicara empat mata dengan mu."

Kyungsoo menaikkan alisnya bingung, karena tak biasanya namja tinggi itu meminta bantuan padanya hingga melakukan perjalanan ke Seoul. Sekarang ia mengerti kenapa pasangan ini baru tiba pada jam ini, mereka pasti kesusahan menyesuaikan jadwal pesawat yang cocok.

"Bantuan apa?"

"Aku akan menjadi pendonor jantung untuk ayahku, Kyungsoo." Mulai Chanyeol, meskipun ia tak yakin bila bibirnya bisa mengucapkan banyak kata. Hanya dengan kata-kata itu, mata bulat Kyungsoo melebar meski tak mengatakan apapun. "Baekhyun... jangan katakan apapun padanya. Kumohon tahan ia disini untuk dua hari, aku harus-"

"Kau berkata kalau kau akan mengorbankan nyawamu untuk ayahmu?" Tanya Kyungsoo lurus. Matanya menyiratkan tatapan tak percaya. "Chanyeol, kau serius?"

"Ya. Dan aku tidak bisa melihat Baekhyun menangisiku sebelum aku mati."

"Cepat atau lambat, ia akan menangisimu, bodoh!" Kyungsoo menjerit sambil mengepalkan tangannya. Ia tidak tahu apa yang ada di pikiran namja tinggi itu, namun ia merasa marah. Ia merasa marah untuk semua orang terdekatnya, terutama Sehun dan Baekhyun.

"Kau bebas memarahiku. Aku tidak peduli, jika itu bisa membuatmu setuju untuk menahan Baekhyun disini, aku akan menerima semua caci makimu." Chanyeol menghela nafas melalui bibirnya, mengeluarkan kepulan asap tanda ia sudah hampir membeku. Kyungsoo masih diam dalam kemarahannya.

"Jangan menatapku seperti itu. Aku menyukai Baekhyun, sangat menyukainya sampai-sampai aku tidak yakin dapat melihat jantungnya berhenti berdetak suatu saat nanti. Aku juga ingin bersamanya, oke? Namun aku tidak bisa melempar tanggung jawabku pada kedua adikku dan itu cukup membunuhku. Bisakah setidaknya kau berfikir bagaimana jika kau berada di posisiku?" Chanyeol mengerang tertahan, ia menatap Kyungsoo lekat-lekat. Lelaki doe itu melirik Baekhyun yang tertidur kelelahan di kursi penumpang Chanyeol.

"Bawa dia kemari. Aku akan berusaha sekuat yang aku bisa untuk menahannya." Ucap Kyungsoo akhirnya, meskipun dengan segera ia menelan ludahnya. Berharap kalau apa yang baru saja di katakannya bukanlah sesuatu yang buruk. Chanyeol ingin tersenyum namun tatapan Kyungsoo seakan menusuknya. Namja tinggi itu berlari kembali ke mobilnya, membuka pintu penumpang dan meraih Baekhyun dengan kedua tangannya.

Dengan langkah berat ia melangkahkan kakinya menuju pintu dengan melirik wajah tenang Baekhyun di tangannya. Ini mungkin saat-saat terakhirnya untuk bisa melihat Baekhyun dari dekat seperti ini, setelah ini mungkin ia sudah menghembuskan nafas terakhirnya sebelum melihat senyuman Baekhyun lagi. Ia mencengkram bahu Baekhyun kuat, tanpa sadar sudah menangis sambil tertatih-tatih mendekati Kyungsoo. Sebelum ia mendekati pintu, Chanyeol kembali menatap wajah Baekhyun untuk yang terakhir kalinya. Ia berlutut di tanah sambil menangis keras, menyentuh pipi Baekhyun dengan lembut dan menggumamkan kata maaf berkali kali di depan wajah Baekhyun. Ia tak perlu khawatir jika semua tangisnya akan membangunkan Baekhyun, karena ia sudah memasukkan obat tidur ke minuman Baekhyun.

[ChanBaek] TroublemakerWhere stories live. Discover now