Chapter 3

67.2K 8.4K 277
                                    

"Welcome home."

Jamie berbisik sekilas sebelum berjalan masuk lebih dulu, meletakkan Shawn dan kursi bayinya di atas sofa yang berada di ruang tengah rumah ini.
Dia membiarkan aku berdiri diam di teras, tepat di depan pintu dengan alis nyaris menyatu, memperhatikan setiap detail rumah ini di tempatku berdiri.

Rumah besar yang terlihat tua itu dindingnya dipoles dengan cat minyak yang membuat kayunya mengkilap. Gayanya sederhana dan ada aroma cemara setiap kali aku menarik nafas.

Di depanku tempat Jamie meletakkan Shawn, Sofa sederhana berwarna abu-abu terlihat disusun menghadap ke TV. Karpet merah di bawahnya dan jendela besar menerangi ruangan itu.

Mataku kemudian bertemu pada kumpulan foto yang digantung di dinding. Mereka berhasil merayu kakiku mengambil langkah pertamanya memasuki rumah ini. Ada begitu banyak foto di sana. Beberapa wajahnya ku kenali, dan kebanyakan tidak sama sekali. Tapi kurasa ada beberapa foto yang di turunkan karena ada paku yang kosong dan tidak menahan foto apapun.

Jamie berdiri di belakangku, tanpa menoleh pun aku tau dia juga memperhatikan apa yang ku pandangi.

"Ini liburan musim panas tahun lalu." Jamie bicara di belakangku dengan suara yang pelan, tapi tetap terdengar sangat jelas. Dia menunjuk ke arah foto kami berdua duduk bersama di atas kain yang di bentang di tengah pasir putih. Dan Shawn dengan versi yang lebih kecil duduk di pangkuanku. Kuperhatikan semua foto yang ada di dinding itu. Kebanyakan foto Shawn yang masih bayi atau aku dan Jamie.

Tanganku terangkat menyentuh wajah Shawn yang masih merah di balut selimut biru, membelainya dari balik frame foto.

"Dia?" Perhatianku kemudian tertarik pada sebuah foto dengan seorang gadis yang memelukku dari belakang. Berdua kami tertawa geli ke arah kamera.

"Yang ini waktu kita menghadiri pesta ulang tahun Carry."

"Carry?"

Jamie mengagguk, "Sahabatmu."

"Aku punya sahabat?" Tanyaku tidak percaya. Langsung berbalik cepat melihat Jamie yang memang sedang memperhatikanku.

Jamie tertawa pelan "Iya. Kau bertemu dengannya di toko buku di kota. Kalian sangat akrab, dia menjengukmu beberapa kali sebelum kau sadar, tapi dia harus pergi karena kakaknya akan menikah di Australia." Jelasnya. "Kenapa kau kaget sekali mendengar kau punya sahabat?" Tanyanya geli.

Aku tidak tersenyum seperti Jamie. Bagiku tidak ada yang lucu dengan alasan kenapa aku sangat terkejut mendengar fakta kalau aku punya sahabat. Jamie pasti langsung merasa kalau dia mengatakan hal yang salah karena perlahan senyumnya memudar.

Aku mendengus geli, "Kau masih harus bertanya kenapa aku sekaget itu?" Tanyaku.

"A... Aku... Nora aku tidak bermaksud__"

"No one wants to see my face let alone become friend with me after those rumor your girlfriend spread in Saphomore year about me. Friendly reminder, In case you forget it, Jamie." Kataku tanpa memutuskan tatapan mata kami.

Rumor yang di sebarkan Sarah kalau aku punya Sugar daddy... bagaimana mungkin dia lupa? Tidak ada anak manapun yang mau berteman denganku setelah itu. Bagi mereka aku hanya bahan. Aku yakin Jamie pasti ambil andil dalam hal itu. Buktinya, dia langsung memutuskan adu pandang kami dan melihat ke arah lain.

Aku pun tersenyum getir. Mendadak hilang ketertarikan pada foto-foto itu dan mulai berjalan ke arah Shawn yang masih menghisap ibu jarinya.

Langkahku masih pincang saat berusaha menuju sofa untuk duduk disana dan walaupun perlahan, tetap saja meringis karena tubuhku yang masih sakit-sakit. Aku melepaskan Shawn dari kursi bayinya dan memangkunya bersamaku.

Chasing MemoriesWhere stories live. Discover now