Penantian Panjang part 3

51 2 2
                                    

"Kiran! nenek pikir kamu sudah pergi sekolah. Kenapa kamu berdandan seperti ini? kamu mau pergi?" Tanya nenek heran melihat aku hari ini.

"Tidak nek, Kiran rasa... Kiran sedang kurang sehat. Kiran kekamar dulu ya nek." Aku tak ingin nenek melihat airmataku.

"Kiran..." nenek justru menarikku kehadapannya.

"Hem... Kamu mirip sekali dengan ibumu?" Lanjut nenek.

"Nenek... bolehkah... Kiran, bertanya sesuatu?" Rasa penasaran menghantuiku.

"Tanyalah, apa yang ingin kau tanyakan?" Jawab nenek lembut.

"Apa yang terjadi dengan paman? Mengapa ia menyimpan lukisan bunda di kamarnya, nek?"

Menurutku nenek terkejut dengan pertanyaanku ini. Karena cukup lama nenek berdiam diri hingga akhirnya ia memulai perkataannya dengan,

"Sepertinya memang sudah saatnya kamu mengetahui ini" dan nenek pun mulai berkisah.

Kami hanya memiliki seorang anak laki-laki yang kami beri nama Suraji. Dalam kesendiriannya dia merasa kesepian.

Sampai suatu hari ayahnya datang membawa seorang gadis kecil bernama chandani. Dia adalah anak sahabatnya yang belum lama meninggal dan menitipkan putrinya pada suamiku.

Dia begitu cantik seperti bulan yang menyinari rumah ini dengan semua tawa dan juga kegembiraannya.

Ketika mereka beranjak dewasa, Chandani tak pernah menyadari bahwa Suraj mencintainya. Sampai suatu hari kami menerima pinangan dari Yanwar, Ayahmu.

Suraj sengaja menyembunyikan perasaannya karena baginya terlambat sudah untuk mengatakan tentang perasaannya kepada Chandani. Namun tanpa sengaja Chandani mengetahui bahwa Suraj mencintainya.

Ternyata bukan hanya Suraj yang terluka tapi Chandani pun bersedih karena di saat dia sudah menjadi milik orang lain baru dia mengetahui perasaan Suraj yang sebenarnya.

Setelah menikah, Yanwar pun membawa Chandani ke rumahnya. Nenek merasa kesepian. Rumah ini terasa kosong. Begitupun Suraj. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di kamarnya. Hanya sesekali dia datang melihat pabrik kain milik alm. ayahnya yang telah di wariskan untuknya.

Suatu hari Yanwar dan Chandani datang menemui nenek. Ketika itu dia sedang hamil tua. Mereka datang untuk pamit karena ayahmu pindah tugas ke kota.

Dalam perjalanan yang belum begitu jauh mereka bertemu Suraj. Dia tersenyum hanya untuk menyenangkan Chandani. Setelah mereka berpamitan, mereka pun melanjutkan perjalanan.

Aku melihat kesedihan yang sangat di wajah putraku.

Namun belum lama mobil itu menjauh, tiba-tiba saja dia berlari sangat kencang mengejar mobil orang tuamu. Pikirku, dia tak rela melepaskan Chandani pergi jauh darinya. Aku merasa sangat sedih menangisi nasib putraku yang begitu menderita karena cintanya begitu besar terhadap Chandani.

Tapi ternyata aku salah, karena setelah itu aku pun melihat banyak sekali orang yang berlari ke arahnya. Penasaran bercampur khawatir aku pun melihat ke arah mereka berlari.

Dan aku melihat pemandangan yang sangat mengerikan...
beberapa orang membawa tubuh Yanwar yang penuh dengan darah.

Aku menerima tubuh ayahmu di sini di tempat ini. Mereka membaringkannya di bangku rotan panjang ini dalam keadaan sudah tak bernyawa. Sedangkan Suraj dan Chandani tidak tampak. Aku pun bertanya kepada orang-orang yang membawa jasad Yanwar. Ternyata Suraj langsung membawa Chandani ke rumah sakit karena bundamu masih hidup saat itu.

Setelah merapikan jasad ayahmu dan menyerahkan pada keluarganya lalu aku pun pergi ke rumah sakit. Ternyata bundamu masih bertaruh nyawa di ruang oprasi. Tak berapa lama aku menunggu, pintu ruangan itu terbuka dan suara tangismu memenuhi ruang tunggu yang sejak tadi terasa menegangkan.

Penantian PanjangWhere stories live. Discover now