VI. Mengigau

7.2K 955 95
                                    

"Apa yang harus kulakukan?" Namjoon kehabisan cara, bagaimanapun juga Jimin adalah pasien pertamanya yang mengidap koma-somnia sekaligus berperilaku seperti orang kesetanan. Tuan Bang sedang tidak ada ditempat tapi ia berjanji akan tiba di RS dalam waktu sekitar satu jam. Dan selama satu jam, Namjoon harus berusaha sendiri demi pasiennya. Sedangkan Hoseok, entah apa yang ia lakukan dengan mondar-mandir dari kamar Yoongi ke kamar Jimin, terus begitu seolah melakukan pengamatan. Tentu saja ia punya kewajiban untuk menemukan solusi dari pasien-pasien ini dan ia harap kenyataannya sesuai dengan apa yang sedang ia ekspektasikan. Semoga semuanya benar. "Namjoon,"
"Ya, Hoseok, aku mendengarmu." Sahutnya sambil memeriksa mata Jimin. Hoseok memperhatikan sebelum kemudian ia melanjutkan, "Aku berpikir untuk menyatukan mereka dalam satu kamar."
Namjoon sempat dibuat berpikir, tapi kemudian ia mengangguk setuju.

"SLEEP WELL"
Bagian VI

"Kau benar."
"Kita lihat apa yang terjadi." Dengan yakin, Hoseok memutuskan.

[ Mengigau ]

Yoongi terus berlari. Sejauh ini ia sudah melewati tujuh pintu yang semua ruangannya berbentuk kubus. Persetan dengan bagaimana keadaan ruang-ruang itu, Yoongi hanya akan menggunakan matanya untuk menemukan Jimin. Tubuhnya dibanjiri peluh bahkan kaus putih yang ia kenakan melekat pada kulit pucatnya. "Jimin," Suaranya terengah. "Jimin, Jimin, Jimin, Jimin," Terus saja mengucapkan nama itu selama kakinya mengayuh. Kadang ada ruangan yang lantainya menanjak, kadang ada yang pintunya tersembunyi dan selama Yoongi menghabiskan waktu untuk membuka banyak sekali pintu, bagaimana keadaan Jimin?
Seokjin, dalam kamar merah muda duduk menghadap jendela. Giginya menggigiti kuku dari tangan yang menopang dagu, merasa bosan. "Ternyata dia sudah ingat." Katanya, berdiri dan berjalan kedepan cermin, menyimak pantulan disana. "Hei, kalau aku membantu kalian, apa aku akan mendapat imbalan?"

ㅡ Yoongi tak henti berlari.

Seokjin tersenyum, memetik jari sambil berbisik "Ciluk-ba."

ㅡ Tapi kemudian langkahnya terhenti. Sekarang Yoongi tengah berhadapan dengan dinding kaca yang buram, yang tidak berpintu. Baiklah, setidaknya tak ada lagi pintu-pintu sialan. Tapi bukan itu yang membuatnya ketakutan, melainkan Jimin; yang menutup kelopak matanya rapat-rapat didalam airㅡdibalik dinding kaca itu tidak ada lagi ruang kosong, itu sudah digenangi air yang hampir menyentuh langit-langit dan Jimin ada didalamnya, mengapung tanpa gerak dengan pergelangan tangan dirantai pada bak mandi. Kemejanya mengembang dibelai tekanan air, nampak seperti puteri, tapi mengerikan. Siapa yang merantainya?

Untuk membuat Yoongi dan Jimin berada dalam satu kamar agak merepotkan, karena kamar keduanya berkapasitas satu orang dan para perawat perlu memindahkan mereka ke kamar yang lebih besar, kamar dengan kelas menengah dan telah disepakati oleh orang tua kedua pasien. Jika mempertemukan dua jasad ini bisa memberikan petunjuk, bagaimanapun caranya akan dilakukan.
Namjoon dan Hoseok telah memilih satu kamar kelas dua di lantai tiga, mereka bahkan secara terorganisir melakukan pemindahan. Menghindari keramaian, Jimin dipindahkan lebih dulu oleh Hoseok sedangkan Yoongi akan menyusul bersama Namjoon setelah Tuan Bang datang. Hoseok bilang ia takut melihat Yoongi, itu sebabnya mereka bertukar pasienㅡia tidak tahu kalau Jimin bisa saja lebih horor. Menunggu kedatangan Kepala RS, Namjoon ditinggal seorang diri. Lain dengan kawannya, Namjoon malah tak lepas memandangi Yoongiㅡyang matanya kembali terpejamㅡberharap melihat sesuatu yang bisa membuatnya percaya kalau ini benar ulah hantu. Sulit untuk mempercayainya dengan instan meski hanya itu satu-satunya jawaban atas semua keanehan ini.
Sebenarnya jauh dalam benak Namjoon, ia mau melihat Tuan Bang berkomunikasi dengan puteri, menanyakan alasan kenapa ia merasuki mimpi orang-orang dan apa yang ia lakukan sampai reaksi tubuh si bersangkutan terwujud hingga ke alam sadar: memucat, kejang, berkeringat atau apapun.
"Min Yoongi?" Namjoon hampir melompat dari tempat duduknya ketika lagi-lagi Yoongi membuka mata. Tapi kali ini ada yang berbeda, bahwa Yoongi benar-benar nampak sadar.
"Namjoon."
"Ya, saya Kim Namjoon. Biar kuperiksa-" Ia hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang dokter ketika ada pasien yang siuman, ia hanya mau memastikan bahwa Yoongi baik-baik saja, tapi ia berhenti; lebih tepat, gerakan Namjoon terhenti karena Yoongi memeluknya. "Kim Namjoon."
Namjoon kebingungan, ia mencoba meregangkan lengan Yoongi. "Maaf, biarkan saya memeriksa keadaanmu." Pelukan mereka terlepas dan Namjoon segera melihat wajah pucat didepannya menangis. Tanpa ekspresi, tapi airmata itu jelas mengaliri pipi. "Min Yoongi? Ada apa?"
"Aku merindukanmu," Bibir itu bergerak pelan, berbisik tercekat. "Sudah lama sekali."
Dari sini, Namjoon tahu, orang yang bicara bukanlah pasiennya. Sesuatu mengambil alih tubuh Yoongi dan Namjoon tak bisa bersuara. Segala macam pikiran dan perasaan berkecamuk dalam batinnya, membuatnya bisu. Jika Yoongi dirasuki oleh puteri, apa itu artinya puteri mengenal Namjoon? Bukankah suara itu memanggil namanya?

YoonMin: Sleep WellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang