Part25 Andrew

8K 401 0
                                    

Gue kaget saat dapat telepon dari kepolisian, akhirnya keberadaan cinta bisa dilacak, karena itu gue langsung buka pintu ruangan Nathan kenceng.

"Ya udah gue ke sana sekarang!" ucap Nathan dengan antusias setelah tau keberadaan Cinta, ga mikir lukanya yang masih basah.

"Gue aja yang kesana. Elo disini, luka elo juga pikirin Nath."  perintah gue yang jelas saja dia bantah, tapi dengan bantuan paksaan Silvi pula Nathan akhirnya nurut, meskipun tetep rewel.

"Elo harus dan wajib hubungi gue kalau udah ketemu Cinta." rewelnya.

"Pokoknya tetep harus hubungi gue." lanjutnya buat gue sedikit berdecak sebal.

"Iya, sekarang gue pergi. Istirahat ya Nath." pamit gue dan lagi lagi dia rewel.

Gue akhirnya pergi ke alamat yang polisi kasih, ternyata daerahnya memang daerah kumuh, daerah gedung-gedung tak terpakai, pantas saja Cinta disekap disini, karena memang jauh dari jangkawan masyarakat.

Akhirnya gue liat gedung yang dikerubuni polisi, dari situ gue tau kalau Cinta disekap disitu, buat gue jadi nambah kecepatan kendaraan.

Gue langsung turun dan mendekati salah satu petugas, "pa bagaimana keadaan?" tanya gue tanpa babibu lagi.

"Gedung sudah dikepung, tapi kami masih belum bisa masuk. Karena sandra diacam." Laporan polisi ini tentu saja buat gue was was. Kenapa Cinta bisa-bisa nya di sandra kaya gini. "Tapi penculik ini hanya meminta kerabat nona Cinta untuk masuk sendirian, tapi saya rasa itu terlalu berbahaya." Lanjutnya.

"Pa saya akan masuk ke dalam." Ucap gue sontak buat para polisi menatap khawatir. Well gue lebih khawatir keadaan Cinta.

"Tapi penculiknya meminta kerabat yang bernama Nathan."

"Ga usah, saya aja yang masuk."

Dengan segera gue masuk tanpa pendamping satu pun, gue masuk dengan hati-hati. Tapi gue serasa bego gini setelah masuk, gue ga tau letak dimana Cinta disekap.

Akhirnya  gue ngelilingi lantai satu ini dan sama sekali ga ada orang, tapi gue sempet denger suara di lantai atas, jadi akhirnya gue naik tangga menuju lantai dua.

"Selamat datang Drew." Ucap seseorang dibelakang gue.

Gue balik arah lagi, "gue tau ini pasti perbuatan elo."

"Oh yah, selamat kalau gitu." Jawabnya angkuh. "Gue juga tau ko elo anak yang pintar."

"Mana Cinta, Ra?!" Teriak gue frustrasi dihadapan Laura. Yap orang yang bikin Cinta kaya gini itu Laura.

Sebenernya gue tau kalau Laura itu anak dari orang yang musuhin keluarga gue. Anak dari orang yang udah nyuruh nyulik Cinta saat dia masih kecil.

Gue udah tau sebelum Laura ngedeketin Nathan, gue ga bego sampe ga tau yang begituan. Karena dari dulu gue udah nyari tau seluk beluk keluarga Laura.

"Adik elo aman sama gue."

"Aman apanya?! Awas kalau sampe dia lecet." Acam gue, bukannya takut Laura malah ketawa devil. Bikin gue kesel setengah mati.

"Tau aja, memang pinter yah anak-anak pangestu. Adek lo itu udah gue  siksa!" Teriaknya sanarkis. Gue jadi tau dia lebih pisiko dari yang gue tau.

"Apa sih salah Cinta sama elo?! Sampe elo buat dia menderita?!"

"Salah dia itu banyak, drew! Banyak banget adek lo salah! Dia salah karena terlahir sebagai pangestu! Dia salah karena bikin Nathan jauh dari jangkauan gue! Dia salah karena jadi adek elo Drew!" Jawabnya dengan emosi yang mengebu-gebu.

Gue ga tau mesti gimana, gue cuma bisa dengerin keluh kesah dia yang tanpa sebab menyalahkan adek gue. Karena gue tau gimana perasaan iri yang dia rasakan sama Cinta.

"Dia salah menjadi orang yang selalu disayang, Drew! Dia ga pernah rasain jadi gue, Drew! Dia rebut orang yang peduli sama gue!!" Lanjutnya membuat keadaan menjadi hening setelahnya.

"Itu hanya sifat iri lo, Ra. Elo harus bisa bersyukur atas hidup lo."

"Elo bisa ngomong kaya gitu karena elo lebih beruntung dari gue, Drew. Elo beruntung diangkat oleh keluarga pengestu." Ucapnya lirih, cuma buat gue bisa senyum kecut.

"Terus elo ga bersyukur hidup dalam keluarga elo, elo masih anak kandung mereka, Ra."

"Anak kandung yang terus dididik dengan segala kebencian, Drew. Elo jelas tau itu. Beda kan dengan hidup elo yang penuh Sayang." Ucapnya sambil perlahan-lahan mendekati gue yang diam di tempat.

"Dan salah satu adek elo itu, karena hidup sempurna. Karena dia miliki kaka angkat yang diam-diam sayang sama dia, bukan sayang kaka ke adeknya tapi sayang seorang laki-laki pada wanita." Lanjutnya dengan nada meremehkan tak lupa tangannya yang mendorong bahu kanan gue beberapa kali dengan pelan tapi pasti.

"Dan dia juga bikin Nathan sayang sama dia, padahal Nathan orang yang peduli sama gue. Dia rebut Nathan, Drew. Dan elo bego banget biarin Nathan sama dia!" Dan satu sali dorongan kuat dari dia buat gue mundur satu langkah.

"Elo memang bener, gue sayang sama Cinta sebagai wanita. Dan gue masih sadar diri karena dia itu adek gue, keluarga dia juga yang baik sama gue. Gue cukup akan hal itu." Jelas gue panjang lebar. Dan Laura hanya ketawa setan, entah apa yang bikin dia ketawa seperti ini.

"Elo terlalu muna, Drew. Elo mau nyelamatin posisi elo terus Drew, gue aja yang liat lelah sekali. Elo jagain Cinta buat sahabat elo, muna sekali Drew." Hina Laura, dan gue terima dengan ikhlas.

Gue dengan berani mendekat kehadapan Laura, "terserah elo mau hina gue kaya apa, gue terima. Yang penting sekarang dimana adek gue?!"

"Dari tadi juga adek lo denger apa yang kita omongin. Dia dari tadi berdiri ga jauh di belakang elo."

Dan dengan perlahan gue liat ke arah belakang gue, gue liat Cinta berdiri dengan muka penuh kekosongan, gue ga mau liat Cinta kaya gini.

"Jadi ka Andrew itu bukan kaka kandung Cinta?" Tanyanya dengan lirih.

"Denger kaka. Memang kaka bukan kaka kandung kamu tapi kita tetep keluarga, Ta." Jelas gue buat Cinta menatap gue sendu, dia nahan tangisan dia.

Perlahan tapi pasti gue deketin Cinta, dia masih diem di tempat, gue yakin dia masih shock akan kenyataan yang tadi Laura bicarakan.

Gue pegang kedua bahunya dengan kuat, "liat kaka, Ta." Perintah gue, dan dia nurut dengan perlahan liat kearah gue.

"Kita tetep keluarga meski pun kita ga sedarah. Kaka sayang sama kamu, mungkin dulu kaka sempet sayang sebagai wanita tapi sekarang kaka tulus sayang sama kamu seperti adek kaka sendiri." Lanjut gue buat dia menghamburkan pelukannya.

"Maafin Cinta, Cinta ga tau perasaan kaka." Tangisannya akhirnya tumpah dipelukan gue.

"Udah gapapa, kaka baik ko." Ucap gue coba nenangin Cinta.

Dan dengan lancangnya Laura tepuk tangan dengan kencang, "wah reuninya udah belum? Gue sampe terharu liatnya."

"Gue ga bisa liat orang bahagia di hadapan gue." Lanjutnya buat gue naik pitam.

"Apa masalah lo sih?!" Teriak gue dan berusaha mendekat kearah Laura kembali. Dengan sanarkis gue dorong dia ke belakang.

"Masalah gue itu kalian!" Ucap dia dengan tangan mengeluarkan pistol dan langsung menembak kearah Cinta.

Dengan refleks gue lari dan rasa sakit itu datang.

"Ka Andrew!"

Tbc...

Assalamualaikum semuanya. Alhamdulillah part 25 ini bisa nna selesaikan, nna minta maaf banget ilang ga update beberapa bulan ;( nna begitu menyesal, udah 2 bulan lebih ini otak nna mendet. Nna suka ada niat buat ngetik tapi tengah tengah blank otak nna.
Ah nna minta maaf banget ;(((
Terimakasih yang udh mau mampir baca dan voment.
Beneran maaf ;( ah nna sayang kalian.
26 semoga nna ga mandet minta dukungannya semua ;")

Protective?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang