Back to Normal

13.7K 516 4
                                    

Aku senang karena semua sudah kembali seperti semula. Sejak pertemuan ku kemarin dengan Ardhan, kami sudah berkomunikasi seperti biasanya. Ya, walaupun sedikit canggung. Ardhan juga menyetujui permintaanku untuk lebih mengenalnya sebelum kami menuju tahap yang lebih serius.

Pagi ini seisi rumah sibuk mempersiapkan diri untuk pesta pernikahan Mas Atta. Aku sedang duduk di depan meja riasku, mengaplikasikan alat-alat make up dan styling rambutku sendiri. Jangan heran, disaat mama lebih memilih jasa make up artist aku lebih senang mendandani diriku sendiri, Karena aku tidak terlalu suka dengan dandanan yang berat.

Hampir satu jam aku berkutat di depan meja riasku, dan kini sudah menampakkan make up natural Ku dan tatanan ram but klimis dengan head bun. Simple. Itu lah aku.

Tok..Tok..Tok..

"Zee, uda selesai belum? Buruan, kita mau berangkat." Ucap bunda tanpa masuk ke kamarku.

"Ia bun, ini udah mau selesai kok. Bunda tunggu dibawah aja ya." Ucapku.

Aku segera mengganti bajuku dengan dress putih semata kaki dengan aplikasi kain songket di bagian dada. Walaupun nantinya pesta pernikahan Mas Atta akan sangat modern, tetapi dia dan Mba Sissy sudah sepakat untuk tetap tidak meninggalkan unsur tradisonal khas Indonesia.

Aku memakai high heels gold ku dan segera turun ke bawah. Semua sudah selesai, aku melihat bunda dengan kebaya modern berwarna putih, dan ayah mengenakan setelan jas yang membuat beliau semakin gagah diumurnya yang mulai menginjak 58 tahun.

Kami segera menuju gedung resepsi. Sebuah gedung dengan kapasitas sepuluh ribu orang dengan dekorasi yang megah dan bernuansa ungu. Setengah jam lagi acara akan di mulai. Mas Atta yang sudah sah kemarin menjadi sepasang suami istri mini sedang bersiap bersama Mba Sissy di ruang belakang gedung yang sudah dijadikan ruang ganti dan rias pengantin.

Disini aku sekarang, berdiri bersama Arla, Arkan, serta tiha orang saudara mba Sissy lainnya. Berdiri di pinggir pilar-pilar lavender yang mengarahkan setiap tamu menuju Mas Atta dan Mba Sissy.

Ponsel pintarku berdering meerlihatkan nama Ardhan di layar putihnya. Aku segera permisi kepada yang pain, meninggalkan lorong tempatku berdiri dan segera mengangkat sambungan tersebut.

"Hallo."

"Hallo Zee, maaf aku gak bisa sayang ke acaranya Mas mu ya. Aku harus ke Jogja pagi ini. Tapi aku janji, akan datang ke acara Mas mu, Okay?"ucapnya panjang lebar.

"Hmm, baiklah. Kerja yang bener ya Mr.Busy. Biar cepet selesai."balasku.

"OK, jangan kangen aku ya." Klik. Sambungan terputus, tanpa aku bisa membalas perkataannya.

Jujur, aku sedikit kecewa karena dia tidal bisa datang kesini. Jika kalian ingat permintaan bunda padaku beberapa minggu yang lalu, jawabannya adalah disini. Aku berdiri di lorong lavender dan mengajak Arla dan Arkan untuk meringankan hukumanku sebagai pager ayu.

Satu jam, dia jam, tiga jam, para tamu datang silih berganti. Baik dari pihak keluargaku, maupun pihak keluarga mba sissy. Terlalu lama berdiri membuat Ku lelah dan memutuskan untuk beristirahat sejenak. Disalah satu meja dengan dekorasi anggrek putih, aku, Arkan dan Arla sedang menikmati hidangan makan siang kami. Sambil bercakap-cakap.

"Bukannya lo disuruh bunda bawa pasangan ya Zee?" Tanya Arkan sembari menikmati makanannya.

Aku diam, mendelik pads Arkan dengan tatapan tajam. "Kalo gw bawa pasangan, dia udah duduk disini bareng-bareng kita tanpa harus kita jadi pager ayu dan pager bagus dulu."ucapku kesal.

Arkan hanya membalas dengan tawa girangnya seraya mengacungkan dia jari yang membentuk simbol damai. "Elaah, sensi am at neng. Gw becanda doang Kali. Baper deh lo."ucap Arkan.

Will Be Happy Ending (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang