Chapter 27

2.2K 160 3
                                    

(Niall's POV)

Lena memelukku dengan erat. Aku mulai mendengar suara tangisannya dan kaosku menjadi basah. Aku tahu yang Lena butuhkan sekarang adalah seseorang disampingnya. Mungkin sebaiknya aku tidak banyak bicara padanya dulu.

Rasanya sudah seperti beberapa jam Lena tidak melepaskan pelukannya. Walaupun suara tangisannya tidak sekeras tadi, tapi aku tahu dia masih menangis.

Niall: "Nana?" Dia diam saja. "Kamu ga capek berdiri lama kayak gini?" Lena menggelengkan kepala. "Maafkan aku, tapi..." Tanpa menyelesaikan kata-kataku, aku membungkuk dan meletakkan tanganku satunya dibawah kaki Lena. Aku mengangkat tubuhnya dan berjalan menuju kamar tidurnya.

Mungkin sebenarnya Lena lelah tetapi dia tidak ingin melihatkan wajahnya padaku. Aku menggunakan caraku sendiri untuk menyudahi pelukannya. Aku tidak mau dia terlalu capek.

Lena tidak melihat mataku sedikit pun. Dia bersembunyi dibawah daguku. Aku meletakkannya diatas kasur dan matanya yang indah bertemu dengan mataku. Matanya tidak secerah biasanya.

Niall: "Kamu mau minum?" Aku bertanya sebelum aku naik kekasur. Lena menggelengkan kepala.

Aku berbaring disampingnya dan tiba-tiba dia meletakkan kepalanya diatas dadaku dan meletakkan tangannya disekitar pinggangku, melilitkan satu kakinya kesalah satu kakiku seperti memeluk guling. Kakinya sangat dingin, seperti berada didalam musim salju.

Niall: "Nana, kamu simpan kaos kakimu dimana?" Lena menunjuk laci yang ada diujung kamarnya. Seketika aku berdiri dan mengambilkan kaos kaki untuknya. "Biarkan aku aja." Aku memegang kakinya saat dia akan duduk untuk memasang kaos kaki sendiri. Setelah memasangkan kedua kaos kakinya, aku naik kekasur, kembali keposisi sebelumnya.

Niall: "Kamu baik-baik aja? Kamu butuh sesuatu?" Dia menggelengkan kepala. "Aku disini, Nana. Jangan khawatir." Aku mencium kepalanya. "Kamu mau kasih tahu aku apa yang terjadi?" Tidak ada jawaban dari Lena. "Ga apa-apa kalau emang – "

Lena: "Dia mengusir aku." Suaranya sangat pelan.

Niall: "Apa?"

Lena: "Dia mengusir aku."

Seakan sebuah batu menghantamku. Betapa bodohnya Joe telah mengusir Lena tetapi aku tahu bahwa aku lebih bodoh karena membiarkan Lena pergi menemui Joe disaat seperti itu. Aku pernah diposisi Lena sebelumnya. Joe menjadi begitu liar dan tidak terkendali. Bahkan butuh waktu lama untuk beradaptasi dengan sikapnya yang seperti ini dan baru saja aku meninggalkan masalahnya yang belum selesai ditangan yang tidak tepat. Lena sudah pasti tidak bisa mengatasi sikap Joe yang seperti ini. Dia masih baru.

Kepalaku mulai memanas, membayangkan Lena terdiam didepan Joe yang mengusirnya. Andai saja aku berada disitu, aku tidak segan-segan berdiri untuk Lena dihadapan Joe. Aku bisa saja keapartemen Joe sekarang tetapi marah dan meneriakinya tidak akan menyelesaikan masalah. Lebih buruknya lagi, hal itu akan membuat Lena semakin menangis dan sedih. Aku mencoba sekuat tenaga untuk mendinginkan kepalaku. Aku tidak mau Lena semakin parah.

Niall: "Mungkin dia cuma bercanda?" Semoga saja Lena tidak menangkap adanya keraguan pada nada berbicaraku. Sebenci-bencinya aku terhadap Joe sekarang tetapi aku mencoba untuk membuatnya terlihat seperti seorang yang baik didepan Lena. Bagaimanapun juga dia temanku dan aku tahu sebenarnya dia seorang teman yang baik hanya saja dia masih kesulitan untuk mengontrol emosinya.

Lena: "Engga, Niall. Walaupun cara menyampaikannya ga kasar tapi dia ga bercanda." Lena mengusap hidungnya dengan tangan.

Niall: "Kamu ingin aku bicara ke dia?" Walaupun sebenarnya aku lebih memilih untuk berada disini dengan Lena.

Lena: "Nanti aja, kalau dia sudah ga marah." Lena benar-benar tidak tahu bagaimana Joe sebenarnya.

Niall: "Dan 'nanti' itu bakal jadi berhari-hari. Dia ga akan bicara sama kita kecuali kita yang memulai." Aku mengelus kepalanya.

Lena: "Aku benci berada disini!" Lena sudah tidak tahan lagi dan akhirnya dia meneriakkan suaranya.

Niall: "Keluarkan semua yang ada dibenakmu, Na. Biar kamu lebih lega."

Lena: "Aku benci berada diruangan ini! Semuanya mengingatkanku sama Joe! Dinding itu – " Dia menunjuk dinding yang penuh dengan koleksi foto-fotonya. Aku tahu pasti Joe yang membantu mendekorasi apartemennya dan salah satunya ada wajah Joe disana. "Komputer itu, aku benci semua yang ada diruangan ini!" Hatiku seakan pecah menjadi berkeping-keping.

Melihat apa yang ada disekeliling cukup membuatnya panas seperti ini. Dia berkata bahwa semua mengingatkannya pada Joe. Apakah Lena mempunyai perasaan terhadap Joe? Apakah semua ini arti dari cinta mereka? Tetapi yang lebih menghancurkan hatiku adalah, apakah aku termasuk 'semua' yang dibencinya karena aku pun juga berada diruangan ini?

(Joe's POV)

Joe: "Bodoh!" Aku berteriak sekuat tenaga pada diriku sendiri.

Apa yang ada difikiran Lena saat aku mengusirnya? Dia pasti membenciku. Lena tidak salah apa-apa dan disini aku mengusirnya. Mengapa aku menjadi seperti ini? Seharusnya aku marah pada Harry tapi seakan hatiku marah pada semuanya.

Aku marah pada Harry karena dia sudah mempunyai Louis tetapi berniat untuk selingkuh. Aku marah pada Louis yang menjadi tidak sensitif dan tidak mudah cemburu seperti biasanya saat Harry dekat dengan orang lain, walaupun termasuk aku. Louis seakan tidak marah pada Harry yang bersikap seperti itu pada Lena. Aku marah pada Niall yang juga membiarkan Harry menggoda Lena. Tapi apakah Niall tahu mengenai ini? Niall adalah anak yang cukup polos. Aku marah pada Lena karena...aku mencoba menemukan alasan mengapa aku pantas marah padanya. Aku tidak berhak marah padanya yang bertingkah biasa saja saat Harry menggodanya. Dia pasti tidak tahu Harry sudah bertunangan dengan Louis. Dan aku tidak berhak marah padanya mengenai dia tidak memberi tahuku kalau pergi kerumah Niall karena aku bukan siapa-siapanya. Tunggu!

Niall bilang kalau Lena datang dengan Harry dan Louis. Lalu dimana dia dua hari yang lalu? Pada saat aku berencana memberikan kejutan padanya? Dia tidak ada diapartemennya.

(Niall's POV)

Lena tertidur lelap dipelukanku. Butuh waktu cukup lama untuk membuatnya tertidur. Aku tahu pasti berat baginya. Aku merasa tidak enak karena sudah merusak pertemanannya dengan Joe. Aku ingat bahwa Joe adalah teman pertamanya disini.

Andai saja Lena tidak tidur diatasku, mungkin aku sudah pergi kesebelah untuk mengobrol dengan Joe. Apa yang dilakukannya pada Lena sangat tidak pantas.

Pesan

Niall: Aku diapartemen Lena.

Harry: Buat apa?

Niall: Joe mengusir Lena dari apartemennya.

Harry: Apa?! Bahkan dia tahu ini bukan masalahnya sama Lena. Apa dia sudah gila?!

Niall: Sepertinya...

Harry: Aku sama Louis bakal ngobrol sama dia secepat mungkin. Kamu ga perlu berbuat apa-apa!

Aku tahu Harry lebih muda dariku tetapi aku selalu datang padanya untuk meminta bantuan, pendapat dan apapun yang aku butuhkan. Dia lebih dewasa dari pada aku, bahkan dari Louis yang umurnya jauh diatas Harry.

***

Aku melihat jam di dinding dan itu menunjukkan pukul 10 malam. Lena tidak sedikitpun merubah posisinya. Aku juga tidak ingin membangunkannya. Dia pasti lelah karena menangis terlalu lama.

Aku menarik selimut dengan kakiku dan menutupi tubuhku dan Lena.

To be continued...

They Don't Know About Us - One Direction FanFiction - IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang