DILARANG KERAS!!! COPAS, REMAKE, PLAGIAT, MENGAKUI DLL YANG INTINYA MENGOTAK-ATIK CERITA INI. KARYA INI DILINDUNGI OLEH UU RI MENGENAI HAK CIPTA. BAGI YANG MELANGGAR, BISA DIKENAKAN HUKUM PIDANA 7 TAHUN DAN/ATAU DENDA PALING BANYAK 500 JUTA RUPIAH.
---
No edit jadi typo bertebaran. Harap maklum.
---
ARIANNA
Aku mendorong trolley belanja sambil membaca daftar barang yang akan aku beli siang ini. Nanti malam Rion akan datang seperti biasa dan aku sudah janji akan memasak untuknya, jadi saat ini aku ingin menyiapkan bahan-bahannya terlebih dulu, mumpung aku sedang tidak ada kesibukan.
Harusnya kemarin Rion datang, seperti biasanya, tapi pagi ini dia ada tes psikotes di salah satu perusahaan yang memanggil dia untuk tes kerja. Karena itu rencana kedatangannya mau tidak mau berubah menjadi Sabtu malam. Aku sebenarnya sudah bilang dia tidak perlu datang kalau hanya akan membuat dia lelah, tapi seperti biasa Rion memaksa.
Aku melewati lorong yang berisi bumbu-bumbu masak. Aku memerlukan garam, merica bubuk dan ketumbar. Aku belum tahu mau masak apa untuk Rion. Dia tidak punya makanan favorit sejak dulu. Apapun itu selama bisa dimakan, pasti akan dia habiskan. Tapi biasanya Rion selalu suka kalau aku membuatkannya balado ayam, tumis buncis dan perkedel jagung. Setiap mamanya masak itu, dia pasti makan begitu lahap.
Ah, kalau begitu aku masak itu saja buat makan malam kami. Rion pasti suka.
Setelah mengambil semua bumbu yang aku perlukan, aku pun berjalan menuju bagian daging mentah. Aku melihat jejeran ayam mentah yang sudah dibungkus sambil memperhatikan ukuran dan kesegarannya. Saat aku menemukan ayam yang sesuai, aku mengulurkan tangan untuk mengambilnya, tapi bersamaan sebuah tangan juga berusaha mengambil ayam yang sedang kuambil.
"Maaf," ucapku kemudian menarik tanganku bersamaan dengan tangan tersebut. Aku menoleh, melihat pemilik tangan itu untuk mengucapkan permintaan maaf, tapi niatku terhenti saat melihat wajah yang menatapku balik dengan cengiran menghiasi bibirnya. "Oh! Elo!" ucapku dengan malas.
Farrel. Kenapa dia selalu ada dimana-mana?
Dia tertawa geli sambil menggelengkan kepala. "Kenapa lo selalu bereaksi begitu kalau ketemu gue?"
"Hmm, gue yang memegang ayam ini duluan, jadi ayam ini buat gue," kataku tidak memperdulikan ucapannya sambil berusaha mengambil ayam tadi.
"Siapa bilang? Gue yang nyentuh duluan." Farrel ikutan memegang ayam tersebut.
"Masih banyak ayam yang lain, kenapa harus yang ini?" ucapku geram. Aku tahu dia sengaja melakukannya untuk membuatku kesal. "Cari sana ayam lo sendiri!"
"Kalau gitu gue balikin ke lo. Kenapa bukan lo yang milih ayam yang lain?"
"Karena gue udah liat ayam ini duluan!"
"Meskipun masih banyak ayam lain yang lebih bagus?" tanya dia sambil tersenyum miring.
"Bukan masalah lebih bagus atau nggak, tapi sekali gue milih gue nggak akan milih yang lain."
Farrel tertawa geli dan kemudian melepaskan ayam yang kami pegang. "Bahkan sama ayam aja lo sangat posesif," ejeknya yang membuat mukaku memerah karena kesal juga malu. "Enak kali ya jadi pacar lo, diposesifin terus." Farrel tertawa geli sambil menatapku penuh arti.
Aku juga tidak tahu kenapa aku jadi tidak mau mengalah seperti ini. Mungkin karena lawanku adalah lelaki menyebalkan ini. Dia selalu saja menggangguku dimanapun aku berada. Tidak cukup di kampus, dia pun sering muncul saat aku berada di luar kampus seperti saat ini. Memang Bandung kecil tapi tidak sekecil itu juga kan kota ini hingga kami bisa sering berpapasan?

CZYTASZ
[5] Love Me Right [SUDAH DITERBITKAN]
Romans[CERITA AKAN DITERBITKAN SECARA SELF PUBLISH SEHINGGA SEBAGIAN BESAR BAB SUDAH DIHAPUS] Winner of The Wattys 2016 for EDISI KOLEKTOR and PILIHAN STAF category. "Because wherever I am, me without you is just half" Novel ke-5 yang merupakan sekuel da...