Tiga

12K 1K 56
                                    

"Stop! Berhenti disana! Jangan mendekat!" teriak Iskak masih takut. Laki-laki itu menghentikan langkahnya sambil mengernyit bingung.



"Kenapa? Kamu takut padaku? Aku bukan hantu!" kata orang itu. Iskak masih belum percaya. Kalau bukan hantu, bagaimana bisa ia masuk ke dalam kamarnya yang sudah terkunci?



"Kamu tidak percaya? Baiklah. Akan ku buktikan kalau aku bukan hantu," kata orang itu seperti bisa membaca pikiran Iskak.



Orang itu mendekati tempat tidur dan merapikannya. Lalu dia mendekati dinding dan meninju dinding beberapa kali.



"Bagaimana? Sekarang sudah percaya, kan?" tanya orang itu. Tapi Iskak tidak menjawab apapun.



Perlahan ketegangan dan ketakutan di dalam diri Iskak mulai memudar.



"Siapa kamu? Bagaimana bisa kamu bisa berada disini?" tanya Iskak dengan suara agak bergetar. Orang itu tersenyum manis dan berjalan ke arah Iskak dengan raut riang. Begitu berdiri di depan Iskak, orang itu menyodorkan tangan kanannya.



"Namaku Millenio Adiwangga," ucapnya memperkenalkan diri. Iskak masih memandang orang itu dari atas hingga bawah dengan tajam.



Iskak tidak pernah mengenal namanya. Millenio Adiwangga.



Laki-laki ini bertubuh jangkung dan tegap, hanya mengenakan kaos tipis putih serta celana pendek yang juga berwarna putih. Kulitnya putih, rambutnya lurus pendek.



Iskak tidak menggubris uluran tangannya.



"Darimana kau datang? Bagaimana bisa kamu masuk ke kamarku sedangkan pintu dan jendela terkunci?" tanya Iskas. Terlihat senyum orang bernama Millenio itu sedikit memudar.



"Aku berasal dari planet Cosmaxus. Aku bisa disini dengan bantuan teleportist yang meneleportasi aku ke sini," jawab Millenio.



"Cosmaxus? Teleportasi?" tanya Iskak yang mulai merinding lagi. Apa orang ini orang gila?



"Iya. Planet Cosmaxus berada di Galaksi Spiralius. Aku di kirim kesini karena aku mendapat hukuman dari sekolahku karena membolos beberapa hari tanpa alasan. Hingga aku diteleportasi kesini. Sepertinya untuk waktu yang cukup lama," jawab Millenio.



Apa-apaan ini? Dia mencoba untuk membodohi Iskak atau apa? Apa jangan-jangan orang itu sudah tidak waras?



"Aku tidak tahu dan tidak akan pernah mau tahu apapun tentangmu. Sekarang lebih baik kamu keluar dari rumahku, oke?!" seru Iskak.



"Kamu tidak bisa seenaknya begitu. Aku tidak kenal siapapun di bumi. Tega sekali. Lagipula aku sudah membawa seluruh bajuku," kata Millenio merajuk sambil menunjuk sebuah peti kayu warna cokelat dengan desain kuno yang ukurannya dua kali ukuran koper besar.



Iskak tertegun melihat peti itu. Bagaimana bisa peti sebesar itu masuk ke kamarnya? Apa mungkin perkataan orang ini benar?

Orang ini aneh seperti orang gila. Tapi keberadaannya di kamar Iskak sungguh tidak masuk akal.



Millenio tiba-tiba mengarahkan tangan kanannya ke arah peti, dan peti itu terbuka dengan sendirinya.



"Astaga!" pekik Iskak antara percaya dan tidak percaya ketika melihat Millenio melakukan hal itu. Antara kagum dan takut.



"Kamu penyihir?" tanya Iskak takut.



Millenio memiringkan kepalanya sambil memandang Iskak dengan bingung.



"Kamu kaget? Kata kepala sekolah kemarin, aku akan dikirim ke bumi, di rumah orang yang punya darah sihir dalam dirinya," kata Millenio secara tidak langsung menjawab pertanyaan Iskak.



"Apa maksudmu?!" tanya Iskak. Millenio menghembuskan napas dan duduk di tepi tempat tidur.



"Aku sebenarnya juga tidak tahu. Aku hanya dengar dari kepala sekolah kalau pemilik rumah yang akan aku datangi pertama kali di bumi juga memiliki kemampuan sihir. Bedanya, orang itu tidak bisa melakukan sihir karena ia sama seperti orang bumi lainnya, sudah dilatih logika sejak kecil, hingga hanya 20 persen kemampuan otak yang bisa mereka gunakan. Sedangkan kami di planet Cosmaxus rata-rata mampu memnggunakan hampir 80 persennya," kata Millenio.



"Aku tidak tahu maksudmu. Tolong jelaskan lebih rinci," pinta Iskak.



"Boleh. Asal kamu beritahu padaku siapa namamu," ujar Millenio. Iskak merenung menimbang-nimbang.



"Untuk apa kamu harus tahu namaku?" tanya Iskak ketus.



"Karena mungkin dalam beberapa waktu ke depan aku akan tinggal disini," jawab Millenio santai.



"Siapa yang memberimu ijin? Aku belum memberimu ijin untuk tinggal disini!" balas Iskak.



"Lalu kamu tega membiarkanku jadi tunawisma dan luntang-lantung di jalanan?" tanya Millenio dengan ekspresi tanpa dosa.



Iskak sebenarnya orang yang tidak tegaan.

Aduuuh! Kenapa harus ada acara beginian sih!, Iskak menggerutu sendiri.



"Oke, baiklah! Iskak. Aku Iskak," kata Iskak.



"Iskak siapa? Aku mau nama lengkapmu. Bukankah aku tadi juga sudah menyebutkan nama lengkapku? Millenio Adiwangga."



Iskak memutar bola matanya.



"Iskak Chaesamario. Sudah kan? Sekarang jelaskan padaku tentang semuanya," suruh Iskak.



"Baiklah. Tapi kamu duduk dulu disampingku sini," kata Millenio sambil menepuk-nepuk tepi kasur di samping kirinya. Iskak agak ragu.



"Ayolah. Tenang saja. Aku tidak akan memakanmu kok," kata Millenio.



Memakanku? Yang benar saja!, batin Iskak mencibir.



[bersambung...]

Plis, walaupun ceritanya cuma seukuran satu sendok teh, tapi tolong appreciate ya dengan kasih vote & comment. Makasih..
Hatur nuhun nyak ^_^

Twinkle Twinkle (boyslove)Where stories live. Discover now