ga wa

10.3K 1.5K 649
                                    


Gue ga ngerti sama sekali sama Qiye. Salah gue apa sih? Kenapa setiap gue suka sama orang, pasti yang sakit gue doang.

Btw, tentang Louis? Dia kemaren dateng, terus minta maaf. Gue ga ngerti dia kesambet apaan tiba—tiba dateng, minta maaf, terus meluk gue.

Qiye? Dia dateng, disaat gue lagi di peluk Louis. Terus, dia ngasih boneka yang ternyata waktu di pencet ada suara "halo luni! Ini qiye! gue mau ngomong sesuatu, ok gue tau gue ga romantis kaya cowo—cowo di luar sana. tapi, gue cuma mau bilang kalo gue suka suka sama lo. bukan suka, tapi sayang hehe. lo mau ga jadi pacar gue?"

Dan lo tau kan kejadian abis itu apa? Ya, Qiye malah ngajak Lenka dinner. Dia juga bilang, dia ngedeketin gue selama ini karna Louis. Lucu kan? Lucu banget, coy.

Gue ga ngerti kenapa gue biasa aja waktu Louis meluk gue, dan kenapa gue seneng banget waktu denger suara Qi di boneka itu dan sekarang gue baru menyadari kalo gue jatuh cinta ke orang yang salah lagi.

#

Terlambat. Gue sama sekali ga mood untuk ke sekolah, gue males ketemu Louis. Gue males ketemu Lenka. Gue males ketemu Qiye. Gue males ketemu semua orang.

Lunisa melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas, "Pagi, pak!" ucap Luni, kepada Mr.Darson.

Mr.Darson menggeleng-gelengkan kepalanya, "Lunisa! Jam berapa ini?"

Lunisa menunjuk jam dinding kelasnya, "Jam 8, pak. Bapak ga liat? Tuh!" balasnya, lalu menunjuk jam dinding lagi.

"Iya, saya tau jam 8. Terus, kenapa kamu bisa telat sejam? Kamu sudah berani melanggar peraturan?"

"Kalo udah tau, ngapain nanya, bego" batin Lunisa.

"Maaf, pak. Telat bangun!" balas Lunisa, berbohong.

Mr.Darson menggeleng-gelengkan kepala-nya lagi, "Yaudah, dengan terpaksa, kamu boleh duduk."

"Makasih, pak!" balas Luni, lalu membalikan badannya lalu tanpa sengaja matanya melirik kearah Lenka, yang ternyata sedang meliriknya juga, dan keduanya saling membuang muka setelah mereka menyadari telah bertatapan cukup lama.

Awkward. Itu yang di rasakan mereka berdua. Mereka yang sudah bersahabat lama, namun persahabatan itu hancur karena masalah lelaki.

Lunisa membuka hp—nya, berharap seseorang yang sering mengganggunya itu mengirimkan pesan lagi.

07.25 AM

louis: pagi luniiii

Lunisa membuang napasnya pelan, "Udah gue duga, ada waktunya dimana gue denger nama lo, gue biasa aja, Lou." Batin Lunisa.

08.12 AM

lunisa: pagiii

Lunisa mematikan hpnya, dan kembali mengikuti pelajaran Mr.Darson.

*kring*

"Huft, paling Louis." Batin Lunisa.

08.43 AM

qiye: lun

qiye: pulang skola gue tunggu di taman belakang skolah

qiye: mau ngomong

"..anjir, yang nge-chat qiye, tau gitu gue buka daritadi.."

11.01 AM

lunisa: penting?
read.

"..seriusan? di read doang?.."


#

Bel berbunyi, Lunisa segera melangkahkan kakinya menuju taman sekolah. Sesuai dengan perkataan Qi, Lunisa sudah menunggunya di taman belakang sekolah.

Lunisa menatap sepatunya dan beberapa kali melihat ke arah jam-nya, ia sudah menunggunya sekitar sejam, namun ia sama sekali tidak melihat Qiye.

"Oiya, kenapa ga gue line aja? bego,"

16.54 PM

lunisa: qi dimana?

lunisa: gue uda nunggu daritadi

Lunisa kembali mengecek hp-nya, namun ia sama sekali tidak mendapat balasan dari Qi. Lunisa menggigit bibir bawahnya gelisah, air setetes demi setetes terjatuh dari langit, ia kembali melihat ke arah jam tangan-nya, dan waktu sudah menunjukkan pukul enam lewat.

"Qi dimana, sih? Apa gue pulang aja? Tapi, kalo gue pulang nanti dia kesini, gimana?" batin luni.

Lunisa membiarkan dirinya basah terguyur air hujan sampai ia merasa tidak adanya lagi air hujan yang mengguyur kepalanya, Luni membalikan tubuhnya, "Qi, lo kema--, eh, lou!" ucap Lunisa,

"Lun, lo ngapain disini?" tanya Louis, khawatir.

Lunisa membuang napasnya pelan, "Qiye nyuruh gue nemuin dia disini abis pulang sekolah. Tapi, dia ga dateng--dateng," ucap Lunisa.

Louis membulatkan matanya, "Qiye? Tadi, pulang sekolah gue liat dia pulang bareng Lenka."

"Oh?"

Louis menggeleng-gelengkan kepalanya, "Lo pucet banget, Lun. Lo gue anter pulang ya?"

Lunisa mengangkat tubuhnya untuk berdiri, "Gausah, Lou. Gue bisa sendiri kok!"

"Lun, gue anter aja, ini udah malem." balas Louis.

"Gue bisa sendi----," ucap Lunisa sebelum ia tak sadarkan diri di tangan Louis.

"Lun, bangun lun!" ucap Louis, lalu segera menggendong Lunisa yang tidak sadarkan diri.

Samar-samar Louis melihat seseorang lelaki yang berlari kearahnya. Qi. Itu Qi.

"Lunisa kenapa, lou?" tanya Qi, panik.

Louis mengangkat satu alisnya, "Kenapa? Lo masih nanya kenapa?"

"Gue tadi---gue lupa," ucap Qiye.

"Dia nungguin lo berjam--jam, lo malah pergi bareng sama Lenka. Bego," balas Louis.

"Gue bilang, gue lupa, Lou."

Louis mendecak, "Terus gimana? Alesan lupa lo itu bisa buat Luni sadar? Kaga coy,"

"Lo lupa? Lo pernah buat Lunisa kaya gini juga! Lupa lo? Hah?"

"Seenggaknya, gue udah belajar dari semua kebrengsekan gue buat jadi orang yang lebih baik. Bukan orang yang awalnya baik dan selalu nyemangatin orang terus tiba--tiba jadi brengsek tanpa sebab." ucap Louis.

Qiye membeku.

Louis membalikan tubuhnya, "Lo orang kedua yang ngancurin hati Luni sehabis gue. Satu hal yang harus lo inget, jangan boongin perasaan lo, kalo lo sayang lo kejar, jangan pura--pura jadi cowo brengsek. Gue tau lo sayang sama Luni, ya sama kaya yang gue rasain sekarang. Luni? Hati yang udah di ancurin sama seseorang bisa tetep ada tapi wujudnya udah ga sempurna. Bego--nya gue yang buat hati itu udah ga sempurna lagi, karena ada orang yang selalu ada sama dia di saat dia gapunya siapa--siapa. Dan bego--nya elo Qi, ngancurin hati Luni saat dia udah punya rasa sama lo." Ucap Louis, meninggalkan Qiye yang masih terdiam tanpa bisa mengeluarkan sepatah katapun.








&&

hai gais akhirnya dhdhehsjkskdkd

ayo tunjuk tangan yang kangen gue!!:--)

btw baca ff baru aing bersama 2 dugong tercinta dongski judulnya sayang? ft lukeeey dhdhheusjsjsn  baca ok baca!!!

line clone ➕louisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang