Chapter 7

2.8K 222 1
                                    

Soojung tidak henti-hentinya memejamkan matanya. Blitz kamera-kamera yang bertebaran di depannya sangat menyilaukan matanya. Dirinya dan Young Do sekarang sudah berada di ruangan konferensi pers. Ia duduk bersama Young Do dan seorang MC di hadapan banyak sekali wartawan dengan kameranya. Soojung tidak bercanda ketika ia mengatakan banyak. Karena memang reputasi Young Do yang sedang naik daun dan menjadi salah satu aktor dengan bayaran termahal, Young Do harus mengikhlaskan urusan pribadinya harus menjadi konsumsi publik.

Lagi lagi Soojung menundukkan kepalanya, merasa tidak kuat dengan blitz yang menyala setiap detiknya. Dalam hati ia mengagumi sikap Young Do yang tenang dan sama sekali tidak terlihat terganggu oleh kilatan-kilatan blitz yang ada.

"Kali ini pertanyaan untuk Jung Soojung.."

Soojung terkejut ketika ia mendengar namanya. Ia mengangkat kepalanya dan menatap sang MC yang tersenyum sambil sesekali melirik notes kecilnya, "Kali ini pertanyaan untuk Jung Soojung," ulangnya. "Bisa diceritakan bagaimana perasaan anda ketika pertama kali bertemu dengan Young Do? Seorang aktor ternama kebanggaan bangsa?" Tanyanya sambil tertawa riang.

Soojung bisa melihat Young Do tersenyum tipis menanggapi candaan MC tersebut dan setelah itu Soojung sedikit kaget saat Young Do berpaling kepadanya. Tatapan matanya menatap lurus bola mata kosong milik Soojung. Apa yang harus ia katakan? Ia tidak mendengarkan sama sekali konferensi pers ini karena blitz-blitz itu.

Melihat gadis di sampingnya terpaku dan menatapnya dengan tatapan kosong, tangan kiri Young Do terulur untuk meraih tangan kanan Soojung. Digenggamnya tangan yang baru ia rasakan gemetar dan juga dingin. Young Do melihat sang pemilik tangan menatapnya, kemudian Young Do bergeser untuk mendekat dan berbisik di telinga Soojung, "Event ballet satu tahun lalu," katanya dan kemudian kembali menegakkan tubuhnya. Ia melirik Soojung yang menggigit bibirnya dan bersiap untuk menjawab, Young Do pun hendak melepas genggaman tangan itu tapi Soojung menahannya. Young Do mengerutkan keningnya, tapi Soojung malah menggenggam erat tangannya.

Young Do berdeham sebentar, kemudian ia berkata, "Maaf, dia terlalu gugup. Dia tidak biasa dengan konferensi pers seperti ini," katanya pada wartawan dan kemudian dengan sengaja membawa genggaman tangan mereka ke atas meja. Wartawan langsung bekerja dengan cepat. Diambilnya foto mereka berdua bergandengan tangan itu.

"Saya dan Young Do bertemu........"

**
Konferensi pers sudah selesai 15 menit yang lalu. Kini yang dilakukan mereka adalah foto bersama, dengan genggaman tangan yang tidak pernah lepas dari tadi. Young Do tidak melepas karena ia pikir Soojung butuh dukungan, dan inilah yang ia lakukan. Mendukungnya. Sementara Soojung tidak melepaskan karena sejenak ia merasa aman. Dalam genggaman tangan besar dan hangat Young Do, ia merasa aman, dan juga nyaman.

**
Begitu semua acara di konferensi pers ini selesai, mereka berdua masuk ke dalam backstage. Tepat ketika baru saja memasuki ruangan, Soojung langsung melepaskan genggaman tangan mereka dan berjalan dengan cepat menjauhi kerumunan keluarga yang memenuhi backstage tersebut. Young Do melihat itu dan hendak mengikuti Soojung, ia merasa khawatir. Tapi belum sempat ia melakukannya, dirinya sudah ditarik oleh Cho Yuna dan dipeluknya erat tubuhnya itu. Dan dalam seketika, dirinya sudah dikelilingi oleh keluarga besarnya dan juga oleh keluarga besar Jung.

Young Do menanggapi ucapan selamat itu semua dengan senyuman-senyuman. Tapi pikirannya sedang tidak ada disini. Ia memikirkan Soojung. Dimana gadis itu berada? Apa yang sedang ia lakukan? Apa yang sedang ia pikirkan?

**
Soojung menghela nafas lega ketika ia sudah sampai di taman belakang gedung Leon, tempat konferensi dilakukan. Ia merasa lega sekali ketika sudah bisa meniup udara segar. Dadanya sangat sesak di dalam tadi. Walau kalau boleh jujur, ia merasa sedikit tenang ketika Young Do menggenggam tangannya.

Soojung berjalan menuju bangku yang ada di taman tersebut dan duduk disana. Ia memijat-mijat kepalanya. Kepalanya sedikit pusing karena banyaknya kamera dan blitz tadi. Juga karena ia bisa merasakan penyakit maagnya kambuh. Karena tegang atas konferensi pers ini, Soojung lupa apakah ia sudah makan apa belum. Konferensi pers ini benar-benar menyita perhatiannya. Ia takut. Sangat takut. Ia takut ia salah berbicara. Ia takut ia akan mengacau. Ia takut ia akan membuat keluarga Choi dan keluarganya sendiri malu. Dan dia takut akibat apa yang akan timbul. Ia takut Young Do akan kehilangan fans dan karirnya. Ia takut fans Young Do akan menyerangnya, menerornya. Banyak sekali perasaan berkecamuk di dalam hatinya sampai ia merasa ia ingin muntah.

Soojung mengusap lehernya. Rasa tidak enak dalam tenggorokannya dan mual di perutnya sudah sangat kerasa sekali. Ia bangkit dan hendak ke kamar mandi, tapi belum sampai disana, ia sudah mengeluarkan isi yang ada di dalam perutnya. Soojung muntah di pinggir gedung.

"Astaga..." kata Young Do yang tiba-tiba datang, "Ada apa denganmu?" Tanyanya dan dengan cepat berjalan menuju Soojung.

Soojung tidak menjawab. Ia terus mengeluarkan isi perutnya. Ia sudah sangat tidak kuat, perutnya mual, dan kepalanya pening.

"Keluarkan semuanya jika kau masih mual Soo," kata Young Do sambil mengusap leher belakang Soojung. "Astaga badanmu dingin sekali," katanya lagi.

Soojung mengusap bibirnya dan berdiri sebisanya. Tubuhnya sangat lemas kini. Young Do sampai harus menahan tubuh Soojung dengan memegangi lengannya.

"Masih ingin muntah?" Tanya Young Do khawatir. Tangan lainnya mengeluarkan saputangan yang ada di kantong celananya. "Pakai ini," dan diberikannya pada Soojung.

Soojung menerimanya.

"Lebih baik kita ke dalam," ujar Young Do.

"Tidak," jawab Soojung langsung. Young Do bisa mendengar suara letih dari bibir gadis itu.

"Apa?"

"Tidak," Soojung menggeleng lemah, "Aku tidak ingin ke dalam,"

"Tapi kau harus istirahat Soo. Dan kau harus minum obat, bahkan lebih baik kau ke dokter."

Soojung menggeleng lagi. "Aku tidak mau Young Do. Tolong jangan paksa aku,"

Young Do terdiam. Ia bingung apa yang harus ia lakukan.

"Bawa aku duduk, bisakah?" Pinta Soojung. "Di kursi itu," Soojung menunjuk bangku yang ia duduki tadi.

Young Do membawanya dengan perlahan karena bisa dirasakan tubuh gadis di sampingnya sangat lemas. Ia kemudian mendudukan Soojung dengan lembut setelah itu ia duduk disampingnya.

"Aku akan mengambilkan minuman untukmu," kata Young Do.

"Tidak usah,"

"Soo.."

"Jika kau ke dalam, semua orang akan bertanya dimana aku, dan sekarang aku sudah tidak sanggup lagi untuk bertemu dengan orang-orang. Aku sangat letih,"

Young Do menatap Soojung yang memejamkan matanya. Ia merasa kasihan, dan khawatir. Sangat khawatir.

Hening beberapa saat setelah itu ia bisa merasakan Young Do meletakkan jas yang ia pakai dibahunya, kemudian pria itu menarik tubuhnya yang dingin ke arahnya. Dipeluk tubuhnya erat. Young Do berusaha memberi dirinya kehangatan yang memang ia butuhkan saat ini.

"Istirahatlah, tidak akan ada orang yang datang kesini," bisik Young Do pelan.

Soojung tersenyum tipis, dan kemudian memejamkan matanya lagi. Ia merasa ia bisa beristirahat dengan tenang sekarang.

**
"Bagaimana menurutmu Inho-ya? Mereka sangat serasi bukan?"

Inho menatap lurus kedua orang yang sedang duduk di taman belakang melalui jendela transparan yang berada di lantai 4, di ruangan milik Cho Yuna.

Cho Yuna tersenyum riang, "Dari awal aku sudah yakin Young Do akan menyukainya suatu saat nanti, tapi aku tidak menyangka bahwa secepat ini.."

Inho tersenyum mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Ibu artisnya itu. "Aku juga merasakan mereka akan baik-baik saja setelah ini.."

"Semoga begitu. Aku berharap begitu," Cho Yuna mengatupkan kedua tangannya di depan dada dengan masih menatap ke arah taman. Senyum nya tidak pernah lepas. Ia bahagia. Sangat bahagia. Dan ia berharap anaknya juga berbahagia. Bahagia yang tulus.

What Should I Do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang