PART 6

9.7K 412 3
                                    

Warning! Ada sedikit 18+

Dave, tunggu" teriakku padanya. Akupun mengejar dia. Tapi karena langkahku yang terburu buru. Akupun terjatur di belakang David yang jaraknya hanya beberapa meter dariku. Mendengarku terjatuh, dia langsung menoleh dan menghampiriku. Deg... bukannya merasakan rasa sakit. Aku malah merasakan jatungku bedetak cepat.

"Bagaimana bisa jatuh? Ayo kubantu berdiri" dia mengulurkan tangannya. Aku hanya tersenyum menatapnya. Aku teringat akan pertemuan pertama kita. Saat aku jatuh karena mencoba menghindari mobilnya.

"Kenapa tersenyum? Memangnya kakimu tidak sakit?"

"Sakit, sedikit..."

"Mau digendong?"

"Eh, tidak tidak. Tidak perlu aku bisa berjalan sendiri" kataku kemudian secepat mungkin bangkit berdiri. Kamipun mulai berjalan.

"Dasar aneh. Ayo kuantar pulang"

"Aku membawa sepeda. Tidak mungkinkan kutinggalkan disini?"

"Untuk sepeda, kau tidak perlu khawatir. Aku akan menyuruh orangku untuk mengantarnya ke rumahmu. Well, pulanglah denganku"

"Tidak perlu. Aku bisa pulang dengan sepedaku"

"Kakimu kan masih sakit?"

"Sekarang sudah sembuh. Lihatkan? aku bisa berjalan dengan normal?" kataku. Sekarang kami sudah sampai di pintu restoran. Kenapa langitnya mendung sih? Gerutuku dalam hati.

"Lihat langitnya mendung. Mungkin sebentar lagi akan hujan. Kau bisa kehujanan. Sudah kubilang pulang denganku saja"

Aku menghela nafas "oke, aku akan pulang denganmu"

Kami berjalan menuju mobilnya. Masih sama, mobil hitam yang dulu.

"Masuklah" kukira dia akan membukakan pintu mobilnya. Ternyata tidak. Tapi sempat kulihat dia tersenyum sebelum masuk ke dalam mobilnya. Huh sial. Kenapa aku jadi berharap yang tidak tidak begini?!

•••

"Terima kasih sudah mengantarku" kataku begitu sampai di rumah.

"Oke. Sama sama"

"Mau masuk?" Please... jawablah iya. Aku ingin kau menemaniku sore ini.

"Dengan senang hati" dia tersenyum.

"Akan kubuatkan kau minuman hangat. Susu atau kopi?"

"Susu" jawabnya singkat kemudian mengeluarkan handphone dari sakunya.

"Baiklah"

Sambil mengaduk ngaduk susunya, aku terus bertanya tanya dalam hati. Apa ya yang dia lakukan dengan handphonenya? Dia terlihat serius menatap handphonenya. Aku jadi penasaran, apakah dia sudah punya pacar? Aku jadi merasa bersalah kalau memang dia sudah punya pacar. Kenapa juga aku merasa marah? Dia mengabaikanku. Bahkan tidak menatapku.

Dengan rasa kesal kubawa secangkir susu itu ke ruang tamu. Tapi disaat aku berbalik. Aku malah melihat David yang sedang bersender di pintu dapur. Dia menatapku dengan tersenyum. Lebih tepatnya menahan tawa.

"Dave?! Sejak kapan kau berdiri disitu?"

"Entahlah... aku juga tidak tahu" dia mengangkat bahunya dan masih tersenyum menahan tawa.

"Kenapa tersenyum seperti itu? Ada yang lucu?"

"Tidak tidak. Mana susunya?"

Me And Mr. Highmore (Complete)Where stories live. Discover now