Bagian Lima - Pahit Manis Cokelat Panas

35 3 0
                                    

Coklat dan kopi susu tidak jauh berbeda jika diperhatikan dari jauh. Tapi keduanya tak sama. Dan coklat tak akan pernah bisa menggantikan kopi susu.

Sejak pertama ia meminta Reka menjadi pendampingnya, ia tahu ia tetap tidak akan menang dari Joni. Ya, begitulah rasanya jika kau menjadi pria kedua dalam hidupnya.

Seperti cokelat panas yang biasa Reka buatkan untuknya. Rasanya manis sekaligus pahit. Begitulah hidup.

Meski tumbuh besar di kota yang sama, bahkan di rumah hanya bersebelahan, ia tak pernah bisa mengalihkan perempuan itu dari dunia soliternya. Sudah sejak SMP Sani berusaha untuk masuk ke dalam dunia Reka. Selalu memperhatikan dan memberikan perhatian, tapi perempuan itu terlalu tak acuh untuk tahu. Terlalu menyendiri untuk menyadari.

Ia tahu mungkin memang agak ngeri juga mengingat jarak usia mereka yang hampir tujuh tahun. Saat ia masih SMP perempuan itu bahkan baru merasakan sekolah pertamanya di bangku SD. Creepy, ia tahu. Tetapi melihatnya tumbuh hingga bertahun kemudian membuatnya tak sanggup untuk memalingkan diri.

Bahkan ketika ia harus pergi kota itu selulus SMA, begitu ia siap ia datang kembali mencari si gadis dengan secangkir teh dan bukunya itu.

Tak dinyana olehnya, posisi mug cokelat panasnya sudah terlanjur diisi oleh segelas kopi susu yang mengepul panas. Energik dan penuh cerita, berbeda dengan dirinya. Sejujurnya ia tidak rela, maka dari itulah ia tak mau menyerah. Dan ketika Reka akhirnya menjawab iya, ia tak kuasa merasa lega. Dan bahagia. Cokelatnya terasa terlalu manis, bahkan ketika ia lupa menambahkan gula. Cheesy, tapi ia tidak peduli. Dia lah Sani. Dan dia lah yang menang.

Berbulan-bulan kemudian adalah bulan-bulan yang bahagia untuknya.

Secangkir teh kini bersama dengan cokelat manisnya. Meski ia tahu akan selalu ada secangkir teh dan segelas kopi diantaranya. Tapi tak apa, ia mengerti. Joni memang teman pertama dan teman satu-satunya Reka sebelum dirinya. Jadi ia tak akan merenggut itu.

Bahkan ketika kopi susu Joni tetap ada di setiap rabu sore pun ia bisa merasakan cangkir teh Reka lebih mendekat padanya sedikit demi sedikit. Ia bahagia.

Yang ia tidak tahu adalah seberapa cepat waktu bahagia itu harus berlalu.

Yang ia tidak tahu adalah seberapa singkat sisa waktunya untuk menemani teh itu.

Cokelat panasnya hanya tinggal seperempat ketika teh rendah gula itu masih penuh dan utuh.

Memberitahu Reka adalah bagian terberat dari semuanya. Tetapi ia tahu ketidaktahuan hanya akan semakin menyiksa pecandu teh rendah gula yang disayanginya itu. Jadi ia akan selalu berusaha jujur.

Dan kelahiran Cici adalah bagian terberat kedua dalam hidupnya—ternyata. Karena saat itulah Joni menemukan Melati, dan saat itulah ia tahu selama ini cokelatnya tak berarti apa-apa. Hanya pengisi kekosongan—jika tak ada kopi susu di sana.

Tapi tak apa. Toh, cokelat panasnya sudah hampir habis. Ia tak masalah jika memang hingga akhir cangkir teh Reka lebih memilih kopi susu itu. Yang ia sesali adalah Melati. Karena setelah ia pergi kopi susu Joni tidak akan berpaling pada Reka dan mengembalikan keadaan seperti yang seharusnya. Perempuan pendiam itu akan kesepian.

Dan benar saja. Ia bisa mendengar isak ibu dari anaknya itu setiap kali makamnya dikunjungi untuk kesekian kali. Merutuki waktu yang berakhir terlalu cepat. Memintanya untuk kembali.

Ia hanya berharap Cici tidak ikut merutuki kepergiannya.

Secangkir Teh dan Segelas KopiWhere stories live. Discover now