[07]

5.9K 662 51
                                    

"Bagaimana sayang, lelah? Sini, aku bantu." Haizley memutar bola matanya melihat Harry yang sedang duduk di sofa dengan kaki bertumpu.

"Untuk apa kau masih disini. Pergi sana." titah Haizley seraya mengarahkan batang pel ke sembarang arah. "Apa liat-liat? Aku akan mencolok matamu dengan menggunakan batang pel ini jika kau masih menyengir."

"Kau mengusir aku? Teganya kau ini." Harry kembali menyengir. "Aku tidak ada kegiatan hari ini sampai empat hari ke depan. Jadwalku kosong."

"Memangnya aku perduli. Pokoknya, hari ini kau jangan di rumah. Terserah kau mau apapun hari ini, agar kau tidak di rumah. pergilah, date dengan Louis, balikan dengan salah satu mantanmu, cari perempuan baru atau apa, ter-serah."

"Begitu, ya. Tapi, aku masih betah denganmu," ucap Harry seraya mengedipkan sebelah matanya.

Haizley mendengus lalu kembali melanjutkan pekerjaannya, yaitu mengepel lantai sesuai dengan kesepakatan yang ia tulis sendiri. "Kau buat apa hari ini?" tanya Haizley dan entah kenapa Harry hanya diam dan menatapnya dengan tatapan kosong. "Heh, keriting aku bertanya." karena Harry tak kunjung menjawab pertanyaannya Haizley mendekati pria itu. "Heh, kau sedang lihat apa?" Haizley menepuk dengan keras pipi Harry.

"Shhtt... sakit, sialan."

"Aku bertanya. Kau sudah menyiapkan makanan belum. Aku belum sarapan."

Harry tersenyum miris. "Selain jadi seorang publik figur, aku punya pekerjaan sampingan yaitu menjadi pembantu."

"Selain jadi make up artist aku punya pekerjaan sampingan mengurus pasien nuthouse sekarang," balas Haizley.

"Iya, aku ikhlas sayang. Semoga kau panjang umur." Harry menyisir rambutnya ke belakang. "Heran, suami tampan seperti ini, dijadikan pembantu."

"Itu bakat alami mu," gumam Haizley.

"Aku hanya membuat sandwich." Harry menjeda kalimatnya. "Nanti aku lanjutkan. Ayo, duduk sini." katanya dengan menepuk-nepuk sofa mempersilahkan Haizley untuk duduk. "Ayo, sini. Aku yang akan mengepel nanti, puas ma?"

Haizley meletakkan pel lalu duduk di samping Harry kemudian memeriksa kening pria itu. "Sehat," gumamnya.

Harry menyodorkan secangkir teh. "Ini minum. Kau lelah kan?" Haizley terlebih dulu menautkan alisnya lalu mencium aroma teh yang ada di cangkir itu. "Tidak ada sianida nya. Itu teh bukan kopi," lanjutnya.

"Apa hubungannya?" tanya Haizley.

"Aku tidak tahu. Niall yang mengatakan ada berita--"

"Iya stop. Aku tidak ingin mendengar ceritamu." potong Haizley. "Omong-omong terima Kasih."

"Jika aku tour nanti, mum akan tinggal disini."

"Argh panas!" ringis Haizley memegangi bibirnya yang baru berciuman dengan air yang ada di dalam gelas. "Apa? Apa katamu. Bagaimana ceritanya kau mengizinkan orang tinggal disini!"

"Heh ingat, Ini rumahku. Terserah aku mau ajak. Siapa. Mengerti." Harry mengeja satu satu katanya. "Apa? Mau protes. Sudah seminggu kau kuteraktir karena perjanjian bodoh itu."

Haizley mendengus. "Aku akan pulang ke LA."

"Eh-eh... siapa yang mengizinkanmu? Dengar dulu, aku tidak mau karirku rusak karena kau. Kau tetap di London."

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang