[36]

2.9K 320 76
                                    

Harry's POV

"Haizley. . ." dengan setengah sadar aku mengerang pelan menoleh ke sampingku. Dia masih tertidur dengan posisi memunggungi aku. Aku menggeser tubuhku mendekat pada Haizley. "Hey, kau belum bangun," ucapku dengan mengguncang lengannya pelan.

"No, stop." Ia hanya mengerang kesal.

"Wake up, darling," bisikku sambil mencium puncak kepalanya berkali-kali. Aku mencoba menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya lalu mencium pipinya, "Are you tired?"

"Aku mengantuk," gumamnya dengan suara khas orang bangun tidur. Ia menarik bantal kepalanya untuk menutupi wajahnya. Aku juga masih lelah dan juga mengantuk, tubuhku terasa pegal semua. Seandainya ini rumahku aku lebih memilih tidur tapi aku sadar aku sedang di rumah orang tua Haizley. Mereka bisa curiga jika aku bangun terlambat. Kalaupun Les atau Chesty tahu kurasa mereka tidak akan ambil pusing.

Aku menarik tubuh Haizley agar lebih dekat denganku. Aku menenggelamkan kepalaku di lehernya. Dari dalam selimut aku melingkarkan kakiku diatas kakinya. "Les masih sering membangunkanmu saat sarapan, hmm."

Haizley membalikkan tubuhnya padaku. Aku bergerak kegelian saat dada telanjang Haizley bersentuhan dengan dadaku. Ia masih berusaha membuka matanya. Tanganku bergerak mengusap punggungnya. "Ayo bangun. Pasti Olivia sudah mencari kita."

"Memangnya ini sudah pagi?"

Mataku mengitari sekeliling kamar Haizley mencari letak jam. "Ini sudah pukul sembilan."

"Apa? Oh tidak," katanya panik. Haizley menyibakkan selimut yang tadi menutupi tubuh kami.

Ada apa dengannya. Ia langsung turun dari tempat tidur, mengambil t'shirt milikku yang tergeletak di lantai lalu memakainya. "Kau mau kemana. Kenapa kau panik seperti itu."

"Pakai bajumu. Sebentar lagi Les membangunkan aku."

"Kau mau keluar. Lihat dibawahmu," ujarku. Ia langsung tunduk melihat kakinya. Bajuku memang agak kebesaran dibadannya sehingga t'shirt itu sampai pada setengah pahanya. Aku meledakkan tawaku setelah Haizley kembali duduk diatas ranjang dan menarik selimut untuk menutupi kakinya. Aku mencium pipi Haizley berkali kali karena gemas melihat kelakuannya. "Kau juga memakai bajuku, sayang."

"Lebih baik kau mandi." aku menggesekkan hidungku di pipinya . "Atau lebih tepatnya kita."

Haizley tidak meresponnya ia hanya diam menyandarkan tubuhnya pada headboard. "Kau kenapa. Kau memikirkan tentang semalam."

"Bukan Harry."

"Lalu apa. Atau kau menyesal."

Haizley tertawa sumbang. "Menyesal. Yang benar saja, duh. Kita melakukannya dengan sadar. Aku hanya memikirkan bagaimana jika Les tahu."

Aku menautkan alisku mendengar pertanyaan Haizley. "Memangnya kenapa kalau Les tahu. Apa dia akan memukul aku karena meniduri putrinya."

"Bukan Hazz. A-aku. Aku hanya tidak mau dia tahu. Pasti dia akan menggoda aku kalau dia tahu ini. Kau tahu, uh. . . Itu sangat menjengkelkan."

Aku meraih night robe Haizley yang ada di headboard memakainya lalu keluar dari dalam selimut. Haizley menutup wajahnya sambil tertawa melihat aku. Night robe berbahan satin yang aku pakai warnanya pink dan benda ini pasti terlihat menggemaskan di tubuhku. "Kau mau keluar memakai itu."

"Bajuku ada di dalam mobil. Kau bisa mengambilnya?"

"Tidak perlu. Bajumu banyak di dalam lemariku. Aku akan menyiapkannya."

"Oh ya. Mungkin itu tanda kalau aku akan sering tinggal disini."

"Maksudmu kita akan kembali."

Aku memegang kedua sisi pipi Haizley lalu mencium keningnya, "Iya. Ayo bangun kalau kau memang tidak mau Les tahu." aku menyibakkan selimut yang menutupi kaki Haizley lalu menarik tangannya dengan pelan agar turun dari tempat tidur.

"Aku masih mau di tempat tidur, Hazz."

"Mauku juga begitu sayang," ucapku lalu mencium hidungnya. "Ayo mandi."

[a/n: inget chapter terakhir ff ini tidak XD]

Author's POV

"Kau yang jalan duluan," ujar Haizley. Ia yang masih ragu melangkahkan kakinya turun ke tangga.

"Kenapa harus aku. Kau yang duluan," ucap Harry. "Karena kau perempuan. Kau yang pertama."

"Kau saja. Aku mau kembali ke kamar. Rambutku belum kering."

"Menurutmu rambutku kering. Kenapa kau jadi tegang seperti itu. Yang ada Les akan curiga."

"Kalian sedang apa disitu. Kalian mau saling dorong sampai jatuh dari tangga," ucap Les yang secara tiba-tiba muncul di belakang mereka. Kaki Haizley refleks menendang kaki Harry memintanya untuk menjawab Les.

"Tidak ada. Tangganya terlihat bagus," jawab Harry asal.

"Ayo turun. Kalian pasti kelaparan," ucap Les lalu mendahului Harry dan Haizley turun dari tangga. Saat Les hampir sampai dibawah ia kembali menoleh ke belakang. "Oh ya, bagaimana semalam? Kalian menikmatinya."

"Hah?" mulut Haizley terbuka lebar. Ia mengerit heran mengingat kamarnya cukup jauh dari kamar orang tuanya.

"Kenapa kau kaget. Maksudku menikmati ulang tahunmu semalam." Haizley menghembuskan napasnya lega. "Atau kalian menikmati hal lain?"

"Dad!"

"Lupakan," ucap Les dengan mengibaskan tangannya ke udara lalu kembali berjalan. Harry yang ada disamping Haizley hanya bisa menahan tawanya sedari tadi.

Sesampainya di dapur mereka menemukan Olivia yang juga sedang ada meja makan. "Lihat kedua pemalas itu," ucap Olivia pada Haizley dan Harry.

"Good morning sugar," sapa Harry lalu mencium puncak kepala Olivia. Harry menarik kursi untuk Haizley agar ia duduk disampingnya.

"Semalam Sara dan Pamela mencarimu. Tapi aku mengatakan kalau kau sudah tidur."

"Kupikir mereka menginap," ucap Haizley.

"Memangnya semalam kau langsung tidur?" tanya Les. Haizley menendang kaki Harry dari bawah kolong meja.

"Kami mengobrol semalam," jawab Harry cepat.

"Oh hanya mengobrol, ya. Lalu bagaimana dengan Cameron. Temanmu itu tidak sopan Haizley," kata Les selagi ia memotong rotinya. Ia menyebut Cameron adalah teman Haizley karena Olivia sedang ada di dekatnya.

"Dia pulang. Mungkin cari pacar," ucap Haizley berusaha menutupi kalau dia kesal ayahnya membahas seseorang yang semalam telah resmi menjadi mantan pacarnya.

"Itu terdengar tragis. Jadi Cameron sudah putus dengan pacarnya?" tanya Les namun ia melirik Harry yang entah kenapa lebih banyak diam sejak tadi.

Haizley memutar matanya jengah. "Bisakah kita bahas yang lain."

"Bagaimana kalau kita bahas yang semalam." Haizley tersedak makanannya karena ucapan dari Les. Ia mengambil minumnya meneguknya dengan cepat. Haizley menengadah pada Les. "Ada apa. Kenapa kau kaget setiap aku mengatakan semalam."

"Tidak apa apa," gumam Haizley selagi ia menyelipkan rambutnya yang masih basah ke belakang telinganya.

"Kau alergi. Lehermu kenapa merah begitu."

"Aku mau muntah," ucap Haizley lalu berlari meninggalkan meja makan.

"Secepat itu," kata Les sambil menatap Harry.

[]

[a/n: Aku mau post chapter baru di akhir cerita, tunggu aja ya. Kalau bukan malam ini, besok. Tapi aku usahain selesai sih

Mate MoronNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ