[24]

4.4K 474 44
                                    

Author's POV

"Harry, kau tadi mengatakan kalau malam ini kau akan dinner bersama Haizley dan temannya," tanya Niall. Harry hanya tertawa mendengar pertanyaan Niall. "Kurasa kau harus pulang sekarang. Alexa juga sudah sibuk bersama temannya."

Harry menyisir rambutnya ke belakang dengan menggunakan jarinya lalu mengusap wajahnya. "Kalau aku datang ke dinner bodoh itu, itu bukan makan malam lagi. Apakah menurutmu aku ini pengecut karena tidak datang hanya karena Avan, pecundang bodoh itu, huh."

"Maksudmu? Bukankah dia baik sudah mengajakmu."

Harry mendengus dingin setelah mendengar ucapan Niall. "Aku tahu kalau pria itu masih menyukai mantan pacarnya yang sudah menjadi pasanganku dan aku juga tahu kalau dia tidak menyukaiku. Aku tidak ingin bertengkar dengan Haizley makanya aku memilih tidak datang. Aku yakin jika aku datang ke sana, aku hanya datang untuk bertengkar dengan Avan."

"Harry. Bagaimana kalau kau pulang sekarang. Siapa tahu dia sudah pulang." Niall menggerakkan tangannya di depan wajah Harry yang sudah menempelkan wajahnya pada meja.

"Kepalaku masih pusing. Mungkin satu jam lagi, aku bahkan melihatmu dua saat ini."

"Kau mau aspirin?" Harry hanya mengangguk sebagai jawabannya.

+

"Kau tidak makan?" tanya Pamela melihat sahabatnya itu hanya diam, bahkan tidak menyentuh makanannya. Haizley hanya melihat ke arah pintu masuk restoran seperti sedang menunggu seseorang yang mungkin tidak akan datang. "Kau tidak perlu memikirkan Harry, kurasa dia sibuk. Kau tahu, ini memang dinner yang tidak penting. Aku juga benci mengakui ini, tapi aku benar-benar muak pada Avan, dan aku tidak tahu apa alasannya."

"Kau membenci Avan karena dulunya dia mendekati mu terlebih dahulu sebelum pacaran dengan Haizley. Kau bahkan menangis curhat padaku, karena kau menyayangi sahabatmu makanya kau pura-pura bahagia saat Haizley pacaran dengan Avan. Hahaha, iya kan. Ayo mengaku. Sudahlah Pame-" Pamela menutup mulut Sara dengan kedua tangannya, membuat Sara tidak melanjutkan ceritanya yang membuat Haizley merasa penasaran. Pamela tersenyum pada Haizley yang masih menatap Sara, sementara Pamela merasa ingin mencekik leher temannya yang luar biasa polosnya.

"Sudalah Haizley. Lupakan ucapan dari Sara, dia mabuk cocktail malam ini. Diam oke. Berhenti bahas Avan, jangan mentang-mentang dia ada di toilet kalian bisa bercerita tentang dia." Haizley menautkan alisnya bingung sekaligus tidak menyangka kalau Pamela adalah benar-benar sahabat yang baik, dia merelakan Avan untuknya, dulu. Walaupun pada akhirnya mereka putus juga.

"Lagipula kau yang memulai nya," sanggah Sara membuat Pamela menatapnya tajam. "Bukankah Avan itu memang hot? Seperti katamu, dulunya. Dia juga dingin. Avan itu seperti dispenser. Hahaha!"

"I want to kill you right now," Pamela mengumpat sambil jari telunjuknya berputar pada bibir gelas.

"Avan juga tampan," tambah Sara lagi.

"Huek!" Pamela mengeluarkan suara muntahan membuat Haizley dan Sara menatapnya bingung. "Jangan katakan itu lagi, oke. Jika kau mengatakannya, aku yang belum hamil bisa-bisa keguguran." yang mereka tahu minum mocktail tidak menyebabkan mabuk, tapi tidak tahu apakah jika meminum banyak bisa menyebabkan mabuk. Kecuali jika Pamela meminum cocktail dalam jumlah banyak. Tapi Pamela hanya meminum mocktail. Itu yang menyebabkan kedua temannya heran.

"Tapi Harry lebih panas. Hehehe... maafkan aku Pamela."

"Kau conditioner?" tanya Haizley berniat membuat lelucon.

"Ya, aku directioner, penggemar band itu. Tapi kurasa aku adalah carrot, aku hanya menyukai Zayn di one direction. Tapi Zayn sudah keluar jadi aku bukan penggemar mereka lagi. Menyedihkan bukan," ucap Sara. Haizley baru ingin bicara tapi Avan sudah datang, membuat Haizley terpaksa menyimpan ceritanya.

Mate MoronWhere stories live. Discover now