LIMA BELAS

72.9K 3.9K 37
                                    

(Alena Pov.)

Gue, Rasya, dan Arham memasuki mobil alphard putih. Kami sepakat supir saja yang menyetir alasannya hanya satu yaitu Malas.

Tak lama kemudian mobil kami berhenti di depan pusat perbelanjaan di jakarta.

"Eh ke Sb dulu ya?" Ucap Arham.

Gue mengangguk setuju dan menarik rasya yang hampir memasuki salah satu toko baju.

"Ish gue mau masuk ke sana." Ucap Rasya kesal, gue mendengus sebal dan menatap Rasya geram.

"Lo itu kayak dari kampung aja, baju lo ada satu ruangan di rumah jadi gak usah aneh-aneh." Ucap gue kesal.

Dia masih mencerutkan bibir nya.

"Kalian tunggu di sini gue mau beli kartu timezone, kalian mau yang apa?" Tanya gue saat kami sampai di timezone.

"Gold Card aja Princess." Ucap Arham.

Gue mengangguk mengerti lalu berjalan ke arah kasir.

"Selamat siang, mau card jenis apa?" Tanya wanita itu.

"3 Gold Card." Ucap gue datar.

Wanita itu tersenyum ramah lalu mengambilkan 3 buah gold card di dalam sebuah lemari dan memberikan nya kepada gue.

Gue memberikan Kartu atm gue dan setelah itu wanita tadi menyuruh gue mengecek saldonya.

Gue menggesekkan ketiga kartu itu dan saldo nya senilai 1000.000.

Gue tersenyum ramah lalu membalikkan badan gue

Dug!

Gue menubruk dada seseorang saat gue membalikkan badan gue.

"Hmm nyaman banget." Batin gue.

Gue mendongak dan menatap kedua bola mata berwarna biru.

"Aditya? Apa dia dengan cabe songong itu ya?" Batin gue.

"Lo sudah puas natap wajah gue?" Tanya nya sambil tertawa.

"Sumpah keren banget!" Pekik gue dalam hati.

Gue membulatkan mata gue lalu berjalan meninggalkan nya tapi dia menahan tangan gue.

"Wait, eumm..." Ucap nya menggaruk tengkuknya sedangkan gue menatapnya bingung.

"Eum..itu.." Ucapnya masih gugup.

Gue menatap nya datar sambil mengambil ancang-ancang buat pergi.

"Maafin gue soal yang kemarin." Ucap nya cepat.

Gue mengangguk sambil tersenyum tipis, ingat TIPIS!

dia menatap gue dengan wajah cengonya, gue memutar bola mata gue malas sambil menamparnya pelan.

"Ngapain lo ngeliat gue kayak gitu? Kayak pengen makan gue aja." Ucap gue terkikik geli.

Lagi dan lagi dia terdiam sambil menatap gue dalam.

Baru saja dia ingin membuka mulutnya seseorang memanggil gue sambil menatap gue tajam.

"Lo dari mana saja sih? Beli card aja lama banget." Ucap Rasya kesal.

Gue nyengir lebar kearah nya.

"Eum..gu..gue duluan ya." Ucap gue kikuk lalu menarik lengan Rasya dengan cepat.

Gue dan Rasya cekikikan menatap Arham yang memandang kami sebal karena dia kalah dalam permainan basket.

"Kalian curang, coba aja kalian gak narik rambut gue pasti gue yang menang." Ucap nya menatap kami kesal.

"Eh kita ke J.CO yuk?" Ajak gue.

Kedua sahabat gue mengangguk setuju.

***
Kami berjalan menuju kamar kami masing-masing dengan sempoyang, bayangin aja ini udah jam 02.13 malam, tuh mall lama bener ya tutupnya?

Hehe gak deng, gue sama kedua sahabat gue mampir dulu ke club minum-minum dikit, cuman dikit kok. Hehe.

Gue berjalan masuk ke kamar sebelah kanan dan langsung membaringkan tubuh gue di ranjang empuk itu tanpa memperdulikan suasana kamar gue, yang eumm agak berbeda?

Keesokan harinya gue terbangun sambil mengusap muka gue.

Gue melihat sekeliling gue, kok walpaper nya hitam putih ya? perasaan kamar gue warna biru? ini juga kenapa foto besar di depan gue terpampang Foto cowok?

Wait! Cowok? ASTAGFIRULLAH! Ini kan kamar Arham!

Gue keluar kamar dan menatap kedua sahabat gue yang berdiri di depan pintu kamar.

Gue didepan kamar Arham, Rasya di depan kamar gue, dan Arham di depan Kamar Rasya.

Kok jadi random kayak gini?

"Eh kok gue bisa ada di kamar Rasya?" Tanya Arham bingung.

"Gue juga kenapa bisa ada di kamar Arham?" Tanya gue.

"Gue juga, ngapain gue ada di kamar Alena?" Tanya Rasya yang juga sama seperti gue.

Kami saling menatap kemudian tertawa terpingkal-pingkal dan kami pun tukaran kamar lagi.

***

7 bulan kemudian...

Gue berjalan santai ke arah ruangan gue bersama kedua sahabat gue.

Ting!

Gue menutup pintu ruangan gue dan menatap Fero yang sedang berpelukan dengan Arham dan Rasya.

"Udah belum drama nya?" Tanya gue kesal. Mereka menatap gue cengengesan.

"Jadi apa yang ingin lo bicarain?" Tanya Fero kepo.

Gue menghela nafas panjang sambil memijat pelipis gue.

"Malam Prom night nanti kita buka penyamaran." Ucap gue santai.

Mereka menatap gue berbinar.

"Seriously? Aaa makasih ya Allah engkau telah membebaskan ku dari penyamaran yang membuatku muak ini." Ucap Rasya sambil sujud menghadap lemari besar yang tergantung di ruangan gue.

Gue, Arham, dan Fero menatap cengo ke arah Rasya yang masih sujud.

"Ham, lo mending telfon RSJ!" Ucap gue panik.

Arham ikut panik lalu mengambil hp nya.

"Buat apa? Emang ada orang gila ya di sini? Aaa mama!!" Pekik Rasya panik.

Gue kembali cengo begitupun dengan kedua orang di samping gue.

"Lo." Ucap gue, Arham, dan Fero berbarengan.

Rasya membelakakkan mata nya lalu menatap kami sinis. Sedangkan kami menatapnya geli.

"Udah-udah. Jadi mau lo apa Len?" Tanya Arham

Gue tersenyum misterius sambil mengetuk-ngetukkan pulpen ke meja kaca gue.

"Gue pengen kalian atur prom night nanti jadi private party, dan pastiin semua orang memakai topeng, gue bakalan kasih mereka kejutan." Ucap gue antusias.

Mereka menatap gue bingung tapi tetap mengangguk.

"Eh kita pakai kacamata terus mau pake topeng? Anjir! Otak lo udah miring banget!" Ucap Rasya kesal.

Gue terkikik geli dan berjalan ke arahnya.

"Gak monyet, kita buka identitas asli kita nanti." Ucap gue tersenyum sinis dan Rasya menatap gue berbinar.

"Serius?" Tanya nya gak percaya

Gue mengangguk mengiyakan.

"Jadi kepsek itu gimana?" Tanya Fero.

"Kalian liat aja nanti." Ucap gue menyeringai.

My Nerd Is CEO—

(25-Desember-2015)

[1] My Nerd is CEOWhere stories live. Discover now