16.

1.3K 216 12
                                    

22.45

Suara raungan motor menggema di lintasan itu, diikuti dengan sorakan orang-orang. Dua buah motor berdiri di ujung garis start, menunggu saat-saat dimana mereka akan melaju dengan kecepatan tinggi.

"Well,well, good night everyone!" Seorang gadis dengan rambut pirang dan pakaian kurang kain - seperti biasa - berlenggang di dalam lintasan.

"Malam ini kita akan merayakan balapan terakhir dari teman kita, Niaz!" Gadis itu menunjuk ke arah motor Zayn yang berwarna merah, dan Zayn hanya mengangguk menanggapi sorakan orang-orang.

"Baiklah, agar tidak menunggu lebih lama lagi, kita mulai saja!" Gadis itu mengayunkan bendera yang dibawanya di udara, menatap kerumunan orang diluar lintasan.

"3."  Runa mendekat ke arah lintasan.

"2." Gadis itu melewati kerumunan orang-orang, yang langsung minggir begitu melihat wajahnya.

"1!" Gadis itu sampai di bagian paling depan tepat ketika motor Edward dan Zayn telah melaju, membuat rambutnya yang dia ikat setengah tertiup ke udara. Runa menatap punggung kedua pria itu dari tempatnya berdiri, lalu kembali ke gedung utama dengan wajah kusut. Dia melihat Perrie duduk di situ, dan dia langsung teringat akan janjinya. Pun Runa menghampiri Perrie dan duduk di sebelahnya.

"Hei P." Runa menyapa calon kakak iparnya itu, dan Perrie tersenyum.
"Ini mungkin menjadi pengganti pesta lajang Zayn." Perrie terkekeh, dan Runa tersenyum menanggapinya. Dia tidak mengira kalau Zayn memutuskan untuk bertunangan dengan Perrie di usianya yang masih muda ini.
"Runa, kau keberatan kalau menjadi bridesmaid saat pernikahan kami nanti?" Perrie bertanya sambil melirik Runa, dan Runa menoleh, menatap Perrie dengan wajah terkejut.
"Kukira kalian baru saja akan bertunangan." Runa tertawa diikuti Perrie.
"Memang, tapi aku ingin memastikan." Perrie menanggapi, dan Runa mengangguk.

Keduanya mengobrol ria sambil menunggu kedatangan Zayn dan tentu saja Ed, tapi dalam hati Runa ada sesuatu yang mengganjal disana. Dia teringat senyum kecut Edward ketika dia secara tidak langsung menolak pria itu, dan punggungnya yang menjauh menuruni bukit tadi. Runa menggeleng untuk menyingkirkan pemikiran itu dari otaknya, dan kemudian indra pendengarannya menangkap sesuatu.

"Itu mereka!" Orang-orang mulai menunjuk ke arah cahaya yang nampak di ujung lintasan, membuat Runa serta Perrie berdiri dari tempat duduknya, berjalan ke posisi yang lebih baik untuk melihat kedatangan dua orang tadi. Dada Runa berdebar-debar, ketika mengetahui siapa yang memimpin, dan apa yang harus dia lakukan setelah ini.

"Itu Zayn, kan?" Perrie menunjuk ke arah motor yang memimpin, dan Runa mengangguk tanpa suara. Dilihat dari posisi mereka sekarang, Runa tahu Edward sengaja tidak 'mengeluarkan banyak tenaga' untuk melawan Zayn. Gadis itu menghela nafas panjang.

Setelah balapan ini, dia akan bertanding dengan Ed, dan di kepala Runa, dia teringat kembali akan taruhan mereka. Runa menggigit bibir bawahnya.

Boom.

Zayn yang menang.

Kerumunan orang itu bersorak ria dan berhambur ke lintasan untuk menyambut Zayn, sementara Runa pamit pada Perrie dan pergi ke parkiran untuk menjemput Buddy. Runa mengenakan helmnya dan menaiki Buddy, lalu menyalakannya. Runa membawa motornya menuju lintasan, karena Josh sudah tahu tentang balapannya dengan Ed dan memutuskan untuk tidak merahasiakan itu dari para penonton.

"Baik, semuanya. Malam ini akan ada balapan, jadi kami harap kalian mengosongkan lintasan dengan segera." Terdengar suara Josh dari pengeras suara, dan Runa menutup kaca helmnya. Didapatinya Zayn menoleh melihatnya dengan kening yang berkerut, helmnya sudah dia buka.

"Kau mau balapan?" Zayn bertanya dengan nada bingung, dan Perrie yang sudah ada di sebelahnya memandang Runa dengan tatapan yang sama. Runa membuka kaca helmnya.

"Terakhir." Runa mengerling lalu menutup kaca helmnya lagi, dan Zayn hanya mengangguk. Dia tahu adiknya akan baik-baik saja dan itu tidak akan menjadi masalah besar. Zayn pun melajukan motornya menjauh bersama Perrie yang diboncengnya.

Lintasan kembali kosong, hanya diisi oleh Runa dan Edward yang sekarang kembali seperti Runa dan Curly, dimana keduanya saling tidak mengenal satu sama lain. Orang-orang bersorak-sorai, karena dua orang ini termasuk duo bintang mematikan GP.

"Runa." Edward membuka kaca helmnya yang di bagian mulut, seperti biasa. Runa tidak menyahut, tetap menatap ke depan.

"Lupakan saja kata-kataku yang tadi, jangan kalah." Menang, agar aku punya alasan untuk tinggal.

Runa hanya mengangguk singkat, dan Edward menghela nafas lega. Seperti biasa, perempuan tadi melakukan 'ritual' sebelum balapannya, dan setelah dia mengucapkan '1!', motor Runa dan Edward sama-sama melaju di lintasan itu.

Runa, dia tidak memikirkan tentang taruhan sama sekali. Dia membawa motornya dengan kelajuan biasa ketika balapan, dan Edward menyadari itu. Pria itu mendesah keras karena dia menduga Runa melakukan itu karena kejadian tadi.

Sekarang mereka sudah ada di tikungan ke-lima, di jarak dua ratus lima puluh meter dari gedung utama tadi. Di tikungan lima ini model jalanannya adalah melengkung, sehingga di ujung jalan sebelah kiri dan kanan ada pembatas jalan yang terbuat dari besi.

Edward tersenyum kecil sebelum mendekatkan motornya dengan Runa, membuat gadis itu menoleh.
Andai saja dia tidak memakai helm, kerutan di keningnya pasti terlihat dengan jelas. Edward menyenggol motor Runa dari samping, membuat gadis itu kehilangan keseimbangan dan motornya 'tersingkir' ke kiri.
Runa yang tahu bahwa Edward hanya ingin bermain-main membalas perlakuan pria itu, tapi Edward menghindar. Tak lama setelah itu Edward kembali melancarkan serangannya, dan Runa tidak sempat mengelak.

Motornya tersorong ke arah kiri sampai bergesekan dengan pembatas jalanan tadi, menciptakan percikan api yang tampak indah di gelapnya malam. Runa membuka kaca helmnya dan tertawa, dan Edward tersenyum tapi Runa tak bisa melihatnya. Edward menstabilkan posisi motornya, begitupun Runa, sehingga mereka berada di tengah-tengah lintasan, saling berdampingan.

"Ed, kau gila, kau tahu itu!" Runa berteriak di antara kerasnya hantaman angin dari depan, dan Edward hanya mengangguk-angguk.

"Hei Ed-"

Ucapan Runa terpotong karena secara tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang cukup besar, dan motor Edward terhempas ke ujung jalanan. Tubuh Edward terpental sampai membentur pembatas jalanan, dan dia mengerang. Untung saja dia memakai helm. Tapi sepertinya ada tulangnya yang patah karena terbentur dengan pembatas besi tadi.

Di antara kelinglungannya, Edward mengangkat kepala, dan matanya membelalak ketika melihat di tengah-tengah sirkuit, motor Runa terkurung di antara tarian lidah-lidah api, dan tubuh gadis itu tak terlihat. Edward berusaha untuk berdiri, tapi kembali terhempas ke tanah dengan keras karena tidak kuat. Edward mencoba melihat ke arah lain, mencari tanda-tanda keberadaan Runa, sebelum akhirnya dia melihat sebuah helm tergeletak di dekat motornya yang terkapar sekitar lima meter darinya, dan setelah itu, semuanya gelap bagi Ed.

Yang dia ingat, helm itu adalah helm Runa. Dan sebelum dia benar-benar pingsan, dia mendengar sesuatu, seperti suara rintihan yang tidak begitu jelas. Yang jelas, suara rintihan itu menyuarakan namanya dengan terbata-bata.

"Ed..ward.."


Take You Home [Sequel To NEY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang