Bonus Chapter [3]

1.3K 205 10
                                    


A/N : Bonchap yang ini panjang buanget, jadi gue harap commentsnya banyak biar gue senyam-senyum sendiri disini. Ooya ini pake sudut pandangnya Runa sama Ed jadi tiati bacanya. Ini bonchap terakhir, habis ini langsung penutup terus author's note sama jawaban QnA.
Happy reading and stay tuned!

***

Harry memang selalu menang banyak, aku tahu itu.

Waktu kecil, aku sering bertanya-tanya, kenapa dia menjadi begitu spesial, sedangkan aku tidak. Kami kembar, tapi orang-orang selalu bisa membedakan mana Harry dan mana Edward. Itu membuatku tertekan sejak dulu. Di rumah, aku lebih dekat dengan Ayah dan Gemma. Ibu selalu mengistimewakan keberadaan Harry.

Kadang aku bertanya, apakah jika aku menghilang, akankah mereka mencariku? Atau mereka hanya akan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa?

Pertanyaan itu terus bergulir di kepalaku, walaupun itu terdengar mustahil untuk anak kecil berumur empat tahun.

Mungkin Tuhan mendengarkan keluhanku, ya. Karena pada saat aku berumur lima tahun, aku bertemu dengannya. Semuanya berubah setelah itu. Dan walaupun kami berpisah saat aku berusia tujuh tahun, untungnya setelah itu Harry sudah tidak melihat aku dengan tatapan mengasihaninya itu. Dia semakin sering menghabiskan waktunya denganku, dan kami berdua menjadi dekat.

Selama tahun-tahun itu pulalah aku lupa akan Putri Kecilku. Api kecil yang mengambil langkah besar dalam hidupku, aku melupakannya.

Pertanyaan-pertanyaan tadi juga lenyap untuk sementara, karena situasi berubah. Ibu sudah tidak begitu mengistimewakan Harry, sehingga aku merasa lebih baik.

Saat aku berumur sepuluh tahun, Ayah membawaku ke rumah kakek. Rumah dengan kesan tua tapi elegan itu, yang masih kuingat jelas sampai sekarang.

Di halaman belakang rumah itu, aku bertemu dengan perempuan lain. Rambut coklat, dan wajah yang benar-benar mirip dengan Putri Kecilku.

"Runa!" Aku berteriak ketika melihatnya, tapi dia menatapku dengan tatapan bingung. Ayah yang berdiri di belakangku tertawa.

"Dia bukan Runa, Ed. Itu Maya." Ayah menepuk pundakku, dan aku merasa bingung. Wajah gadis itu benar-benar mirip dengannya.

"Lalu Runa dimana, Pa?" Aku bertanya pada Ayah, tapi dia sudah tidak ada di belakangku. Dia sudah kembali masuk ke dalam rumah untuk bertemu kakek, dan itu kode padaku untuk berkenalan dengan gadis itu. Huh, aku tidak mau.

"Hei." Dia berjalan mendekatiku, rambut coklatnya tertiup angin. Dia cantik, tapi berbeda dengan cantik-nya Runa.

"Aku Maya. Kau?" Dia memperkenalkan dirinya, dan aku hanya menjawab singkat, "Edward."

Situasi tidak berjalan bagus setelah itu, karena aku langsung masuk ke dalam rumah dan merengek minta pulang, dengan alasan ada tugas dari sekolah. Sejak saat itu aku tidak pernah bertemu Maya lagi, sampai saat aku masuk ke bangku SMP, kami satu sekolah dan juga satu kelas.

Dia mengenalku, dan mencoba mendekatiku lagi seperti dulu, tapi aku tidak begitu menanggapinya. Sialnya Harry malah menjadi teman dekatnya, dan belakangan baru Ayah memberitahuku kalau dia itu sepupuku. Jadilah aku, dia dan Harry selalu pulang bertiga.

Saat aku berusia lima belas tahun, sekolah mengadakan studi lapangan, tapi aku lupa studi lapangan kemana. Aku satu tim dengan Maya, yang selama beberapa tahun terakhir sudah bisa kutoleransi keberadaannya, tapi tidak dengan Harry. Harry sakit saat itu jadi dia tidak ikut.

Take You Home [Sequel To NEY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang