PROLOG

265K 12.8K 470
                                    

Satrya melangkahkan kakinya di trotoar Queen's Road Street. Beberapa kali ia menatap langit kelabu di atas sana yang diramaikan oleh gedung-gedung tinggi yang seolah saling berebutan untuk mencakar langit. Ia menyembunyikan kedua telapak tangannya ke dalam kantong jaket parkanya, berusaha melawan angin dingin kota Hong Kong di bulan Desember 2016. Satrya senang menikmati pemandangan kota dengan hiruk-pikuk orang-orang yang berjalan di trotoar lengkap dengan coat dan boots-nya.

Dilihatnya sepasang muda-mudi berpelukan mesra ketika menunggu lampu pejalan kaki berubah dari merah ke hijau. Kemudian mereka berciuman, seolah dunia milik berdua. Entah ini perasaan iri atau malas melihatnya, yang jelas Satrya mau muntah melihat kelakuan mereka. Di persimpangan jalan, ia melihat lagi sepasang muda-mudi yang lain. Si perempuan membawa boneka beruang yang besar sekali di punggungnya, sedangkan si cowok menenteng tas si perempuan.

Funny, huh?

Sambil terus berjalan menuju hotel, Satrya kerap memikirkan hal ini: cinta memang bisa bikin orang jadi setengah gila. Seperti sepasang muda-mudi pertama yang menganggap dunia milik mereka berdua saja, tidak peduli tatapan orang, mereka dengan santainya berciuman di pinggir jalan. Padahal kalo dipikir-pikir sama orang waras yang melihat pemandangan itu, rasa-rasanya mereka kayak nggak punya tempat pacaran yang lebih romantis aja ya daripada di pinggir jalan?! Atau muda-mudi yang kedua, demi membiarkan si cewek membawa boneka Teddy Bear yang gede banget, si cowok rela bawa-bawa tas si cewek yang bakal bikin ke-macho-annya luntur.

Terus hal gila apa yang Satrya pernah lakukan demi cinta?

Ia teringat pada seorang perempuan. Mungkin perempuan itulah yang telah membuatnya setengah gila. Kegilaan Satrya bukanlah kegilaan dalam mengungkapkan perasaan pada perempuan itu, justru saking tergila-gilanya ia dengan perempuan itu, dia tidak sanggup mengungkapkan perasaannya karena takut perempuan itu akan pergi menjauh darinya jika suatu saat ia sadar ketidakmampuan Satrya dalam membina hubungan. Perempuan itu berhasil membuat Satrya setengah gila ketika akhirnya ia menyerahkan sebuah undangan pernikahan pada Satrya. Membuat Satrya gila-gilaan mencari cara untuk move on darinya sampai jatuh sakit. Mungkin itulah hal gila versi Satrya.

Satrya menyalakan rokoknya di depan sebuah hotel, dekat sebuah tempat sampah yang atasnya merupakan asbak. Tempat itu memang diperuntukkan untuk para perokok, agar abunya tidak mengotori trotoar pejalan kaki. Dinginnya udara Hong Kong di bulan Desember membuatnya ingin selalu menghisap rokok agar tubuhnya terasa hangat. Dilihatnya informasi cuaca di ponselnya, menurut weather.com saat itu Hong Kong hanya 15 derajat celcius, tapi anginnya lumayan kencang.

Seorang perempuan yang sedari tadi berdiri di depan hotel menghampiri Satrya.

"Mas, Indonesia ya?" tanya perempuan cantik itu. Memang wajah gadis itu juga melayu, walaupun kulitnya tidak sawo matang khas melayu. Penampilannya menarik banget sih tapi di mata Satrya. Matanya berbentuk almond dan pupil matanya berwarna coklat, alisnya melengkung rapi, tulang pipi yang tampak jelas dan bentuk pipinya yang tirus serta hidungnya yang lancip. Belum lagi kaki ramping dan jenjang yang dibalut celana skinny jeans. Hari itu ia memakai atasan sweater rajut yang kebesaran lalu ditumpuk dengan trench coat musim semi yang tidak terlalu tebal warna biru navy. Rambutnya itu warna coklat gelap natural layaknya perempuan-perempuan Indonesia, tidak terlalu tebal dan agak ikal di bagian bawah. Cewek ini bisa kali ya, masuk dalam salah satu jajaran Disney Princess?

Satrya pernah bilang dulu kalau inner beauty is bullshit for first impression, dan teori itu benar adanya.

Hal gila lainnya, Satrya tidak pernah bisa menghilangkan bayang-bayang perempuan yang membuatnya setengah gila itu setiap ia dekat dengan perempuan lainnya.

Sampai ketika ia bertemu cewek yang merupakan wujud asli Disney Princess ini.

***

Jejak (#3)Where stories live. Discover now