Melukis Pelangi 1.

4.6K 346 11
                                    

Yuki Pov...

Alhamdulillah , hari ini gue bisa bangun pagi dengan semangat, lancar jaya tanpa terkendala. Gue bangun tepat pukul setengah 5 pagi, terus melesat sholat subuh, habis itu buat puding coklat kesukaan gue. Cukup memakan waktu sih buat puding ini, setengah jam man.

"Kena setan apa loe dek?" tanya Max kakak kandung gue yang paling manis plus ganteng sedunia rumah gue. Iyalah,dia laki-laki sendiri di rumah. Bang Max bersandar pada dinding dekat pantry.

"Kena setan suka masak, puas loe bang!" ketus gue.

"Duh, galaknya adek gue ini." Ucapnya lalu menghampiri gue yang sejak tadi berdiri di depan kompor. Berdiri tepat di belakang gue, duh bikin merinding aja sih abang gue.

"Apaan sih bang, sana jauh-jauh bikin gak konsen deh." Semprot gue sambil menyikut perutnya. Tiba-tiba bang Max memeluk gue dari belakang.

"Lepasin bang atau gue aduin ke Bunda!" ancam gue. "Silahkan aja teriak ke Bunda, gue akan lepasin tapi dengan satu syarat." Ucapnya.

"Buruan deh ngomong!" sewot gue.

"Gue buatin puding juga ya!" balasnya dengan cengiran khasnya. Kebiasaan deh abang gue ini, maunya tinggal jadi doang, huh.

"Iya, gue buatin." Balas gue. Baru gue ngomong iya, dia udah ngelepasin pelukan andalannya.

Masih ngantuk sebenernya tapi gak mau ngerepotin bunda juga, kasihan bunda, biarkan anakmu ini jadi chef sebentar Bun. Beberapa informasi tentang gue, promosi ya. Gue anak kedua dari dua bersaudara, Max abang gue yang kuliah sekampus sama gue di UI, ralat gue sih yang ngintilin dia. Dia jurusan bisnis management gitu, nah gue jurusan bahasa Jepang. Hebat gak tuh jurusan gue, nama gue aja udah Jepang gitu, Yuki Anggita. Itu aja sih ya, sekilas info dari gue.

"Anak Bunda, bikin apa tuh?" tanya Bunda gue tercinta yang udah cantik walau belum mandi.

"Puding Bun, bentar lagi jadi. Abang Max tuh sukanya nyuruh-nyuruh, minta dibuatin juga." Ucap gue berusaha mengadu sebenernya. Entah kenapa ya, kalo di depan Bunda gue kelihatan childhis banget.

"Bunda juga buatin ya!" ucap Bunda yang sukses buat gue melongo. Bagus ya, hari ini gue dikerjain satu rumah, sabar.

Good, for this morning. Gue akhirnya bikin puding lagi.

"Dek, mau turun gak loe dari mobil gue?" teriak bang Max pas di telimga gue. Sumpah gue cincang nih abang satu.

"Gue denger tau, gak usah pake toa juga!" semprot gue. "Dan satu lagi, ini mobil Bunda tau." Sambung gue lagi, terus melesat keluar dari mobil abang nyebelin ini.

"Yuki, selamat pagi!!!" teriak sekumpulan cowok keren tapi kocak juga kadang-kadang.

Mereka temen satu gank gue, haha. Keren kuadrat gue, temen gue banyaknya cowok semua. Ada sih temen cewek tapi gak deket banget juga.

"Selamat pagi!!!" balas gue.

"Loe bawa kan hukuman loe?" tanya Brandon.

"Iya gue bawa,bawel loe." Balas gue.

Gue mengeluarkan sekotak puding coklat buat Brandon , gue kalah main catur kemarin sama dia. Biasanya gue yang menang, tumben banget dia bisa menang.

"Gue ikut minta ya?" celetuk Hito yang blasteran Jepang.

"Enak aja loe, khusus buat gue nih." Balas Brandon.

"Harusnya yang paling keren yang makan." Ucap Verrel yang udah mengambil kotak puding itu dari tangan Brandon.

"Jangan curang lho, gue yang ngalahin dia main catur, loe yang makan!" Protes Brandon.

Daripada gue pusing dengerin mereka ribut, mending cabut ajalah. Tinggal dibagi aja apa susahnya sih, pudingnya juga banyak ini.

"Eh...kalian pada ngapain sih ribut-ribut begitu?" tanya Ariel cewek teranggun yang gue kenal. Langsung deh mereka pada diem semua. Dasar.

"Gak ribut koq Ri, kita kan cinta damai." Celetuk Hito. Semuanya kompak mengangguk. Aish menyebalkan mereka.

"Yuki, tunggu!!!" teriak Riri, panggilan Ariel.

"Ada apa Ri?" tanya gue semanis mungkin.

untung persediaan gula gue banyak di rumah.

"Bareng ya, sebelahan kan kelas kita." Ucapnya dengan senyum tipisnya.

Dia perfect menurut kaca mata laki-laki, rambut panjang, body aduhai, senyumnya bikin klepek-klepek, pakaianya cewek banget ralat seksi man. Jangan-jangan dia jelmaan
'si manis jembatan Ancol' haha, ngelantur deh gue.

"Bareng aja Ri." Balas gue.

Dalam hati, untung aja gak sekelas sama dia, bisa kebanting gue sama dia. Gue cewek dengan tampilan sederhana, gak suka yang menor-menor, bahkan gak suka tuh yang namanya high heels. Rambut gue juga panjang walau gak sepanjang dia, dikira kuntilanak kalo panjangnya ngelampauin punya Riri. Gue cukup sering pake rok, ya harus gue tekenin di kata 'CUKUP'.

"Yuki, kenapa bengong?" tanya Riri.

"Eh, gue bengong ya. Gak papa, ayo jalan!" ucap gue.

"Tungguin kita dong cewek-cewek!" teriak trio sok cinta damai.

Gue dan Riri terus aja berjalan tanpa menghiraukan teriakan mereka.

"Ri, katanya lagi deket ya sama cowok songong anak pengkolan?" tanya gue sok akrab gitu, tapi emang lumayan akrab koq.

"Siapa maksud loe?" tanya Riri bingung.

Lupa gue, mana tau dia cowok songong anak pengkolan.

"Al Rahaikal Gutomo" jawab gue, merutuki kehafalan nama lengkap cowok songong itu.

"Jadi nama lengkapnya Al Rahaikal Gutomo?" tanya Riri.

Haduh ini kenapa jadi bahas nama lengkap sih.

"Iya, loe belum jawab pertanyaan gue tau." Ucap gue.
"Dia Cuma menganggap gue temen koq, gak ada apa-apa, ya deket sebagai temen aja." Balasnya. Koq kesannya gue lagi interogasi dia ya?.

Udahlah gue gak mau terusin pembicaraan yang gue mulai sendiri.

Akhirnya berpisah juga dengan Riri, sumpah ya gue merasa kurang PD sih.

Satu yang baru gue sadari, ternyata gue lebih tinggi dari dia, walaupun dia pake heels tetap tinggian gue. Bayangkan aja ya dia jalan pake heels, nah gue pake sepatu vans.

"Yuki, loe jahat amat sih ninggalin kita bertiga!" teriak Verrel.

"Tapi kenyang kan?" tanya gue.

Semua menggaruk kepala secara bersamaan, udah kayak anak kembar tiga aja mereka.

"Rel, nanti jadi kan latihan ngeband?" tanya suara ngebass tepat dibelakang gue.

Tingginya sedikit melampaui gue, hanya sedikit ya. Gue berusaha gak denger apa-apa dan gak menganggap dia ada.

"Jadi dong brow, di tempat biasa kan?" tanya Verrel.

"Iya, di tempat biasa." Jawab cowok songong .

Gue tidak lagi merasakan kehadirannya, syukurlah dia pergi, hush...hush...sana.

"Rel, jangan lupa bawa gitar gue ya!" ucapnya deket banget sama rambut gue. Sengaja deh ini anak pengkolan.

Dia beranjak menjauh dari gue, bikin emosi aja nih anak pengkolan.

"Bilangin ya Rel sama temen loe, yang katanya cewek ini. Gue bukan hantu yang gak kelihatan!" ucapnya tepat di samping gue, deket banget tuh sama muka gue.

Dia nih maunya apa sih, dia pergi lagi menjauh dari gue, baru satu meter dia pergi, tiba-tiba ego gue bertentangan dengan hati gue.

"Rel, bilangin ya sama temen ngeband loe itu, harus banyak belajar caranya sopan santun sama cewek.!" Teriak gue, sengaja biar dia denger.

TO BE CONTINUE

Dari penulis: Happy reading kawan, semoga puas dengan hasil tulisan saya. :)

Melukis PelangiTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon