Melukis Pelangi 11.

2.2K 226 4
                                    

AL pov.

Kepikiran Yuki aneh tapi ini bener-bener buat gue pusing bukan main.

Setelah kejadian yang bikin sedikit galau, hanya sedikit, gue tekanin lagi sedikit galau.

Gue merasa ada yang mengganjal di hati, mulai merasakan khawatir saat tau dia dibawa ke rumah sakit, entah karena apa gue kurang tau. Semoga aja bukan karena Rizky sialan itu. gue emang mencoba menghindari Yuki selama seminggu ini, gak bisa lihat wajahnya, kalo itu terjadi bisa dipastikan gue gak bisa berpaling dari wajahnya.

Cinta, apa mungkin cinta itu muncul di hati gue buat Yuki?

"Al, loe lagi mikirin apa?" tanya Riri yang gak tau sejak kapan datang dan udah duduk aja di dekat gue.

"Gak ada." Balas gue yang kali ini udah gak mau berbasa-basi lagi, udah gak bisa kasih harapan lagi buat dia, udah gak bisa sok manis lagi di depannya.

Gue emang gak bisa kalo gak ramah sama cewek, mereka emang banyak yang salah mengartikan keramahan gue. Kalo soal Yuki, lain lagi ceritanya. Gue bisa aja ramah sama dia waktu awal ketemu, tapi karena kissing taruhan itu, dia gak bisa diajak kompromi sama sekali. Sampai sekarang pun, entahlah gue bingung sama hubungan gue dan Yuki. Masih musuhan, maybe.

"Al, loe gak bisa bohong. Ada masalah?" tanya Riri kali ini memegang bahu gue.
Kaget, tapi gue bisa menguasai diri.

"Ri, gue gak bisa kasih harapan itu buat loe." Ucap gue beralih menatapnya.

"Al, loe ngomong apa sih?" ucapnya mengenggam tangan gue.

Berusaha melepas genggamannya yang membuat gue tambah bersalah, terlalu banyak memberi harapan buat dia .

"Ri, gue gak tau apa yang gue rasain sekarang sama Yuki, tapi rasanya ada yang aneh di hati gue buat dia. Waktu gue bilang mau membuka hati buat loe, gue kira semuanya akan berjalan dengan baik, gue bisa mencoba cinta sama loe, tapi kenyataannya cinta itu gak ada buat loe Ri." Ucap gue meremas rambut gue dengan frustasi, gue harus ngomong yang sebenarnya sama Riri.

"Al, kita bisa coba pelan-pelan." Isaknya menunduk tak mau menatap gue.
Air matanya mengalir di pipi mulusnya, gue bisa lihat itu.

Jahat, mungkin memang kata itu yang bisa menggambarkan diri gue sekarang.
Terlalu jujur, tapi itu harus gue lakuin buat kebaikan Riri juga. Dia akan semakin terluka terus mencintai cowok kayak gue yang jelas-jelas gak ada perasaan sama sekali sama dia.

"Ri, gue sayang sama loe, tapi sebatas teman gak lebih. Kita bisa berteman Ri." Tawar gue. Dia semakin terisak.

"GUE GAK MAU CUMA TEMAN AL!!!" teriaknya menatap gue penuh dengan tatapan terluka.

"Cinta gak bisa dipaksa Ri." Balas gue cukup bisa tenang menghadapi Riri.

"Itu karena loe gak terbiasa sama gue, kasih gue kesempatan!!!" ucapnya memohon.

Gue gak boleh lemah, rasa kasihan memang mendera hati. Gak tega melihatnya seperti ini, bagaimanapun juga gue punya Bunda di rumah, dan dia juga sama seperti Riri, wanita.

"Ri, gak semudah itu. Please jangan membebani gue dengan cinta loe itu!!!" pinta gue lalu bangkit dari duduk yang menyesakan ini. Gak mau semakin membuat dia terluka dengan kata-kata yang akan keluar dari mulut gue, bisa aja kan gue lepas kendali, Gue laki-laki yang gak punya kesabaran ekstra kayak wanita. Mungkin ada laki-laki yang begitu sabar, tapi untuk saat ini gue belum termasuk ke dalamnya.

Riri tiba-tiba memeluk gue dari belakang saat gue sudah berjalan 3 langkah darinya.

"Al... gue cinta sama loe!" Ucapnya lagi, dan isakannya semakin menjadi. Dosa gue bikin nangis anak orang.

Melukis PelangiWhere stories live. Discover now