1. Hometown!

56 4 0
                                    


Tempat ini sungguh tak jauh berbeda, masih sama dengan setumpuk persoalan didalamnya. Di sudut jalan kulihat sebuah bangunan tinggi menjulang dengan seonggok pakaian saling bergelantung menatap tajam senyuman sang surya. Disekitarnya, terdapat bangunan - bangunan sederhana menghiasi trotoar yang telah beralih fungsi. Gemuruh suara klakson kendaraan bermotor saling bersahutan dalam jalanan yang begitu padat. Tidakkah mereka sadar bahwa memaksa klakson untuk berteriak pun percuma? Jika saja aku punya permadani, jika saja.

lampu merah terus menebarkan pesonanya,meninggalkan sebercak kegundahan dalam hati kecilku, dari kejauhan kulihat sekumpulan anak manusia menghampiri satu persatu pengendara dengan berbagai benda yang melekat pada kedua tangannya. Beberapa dari mereka, asyik memetik helai-helai senar ukulele, sebagian lagi memeluk lembar-lembar surat kabar dengan eratnya. beginilah tanah air yang telah lama kutinggalkan, tak tersentuh tangan orang-orang bertahta.

hari ini, untuk kedua kalinya ku benamkan kedua pijakanku dalam rengkuhan ibu pertiwi yang pernah kutinggalkan belasan tahun lamanya. lama menetap di negeri orang membuatku cukup merasa asing. lebih tepatnya, terasingkan. Rasa cinta tanah airpun nyaris pudar jika aku tak kunjung kembali. Namun takdir berkata lain, detik ini aku telah kembali.

"indonesia nggak banyak berubah ya Dan, cuman tambah rame" suara lantang papa sontak membuyarkan lamunanku.

"lebih padet dan lebih panas juga sih pa" balasku singkat seraya menurunkan sunglasses yang sedari tadi bertengger pada ubun-ubunku.

"ya bagus kan dan, kamu ngga perlu repot-repot pake baju 7 lapis kalo mau keluar rumah" sahut papa nyengir.

Kuarahkan kembali pandanganku pada gedung-gedung pencakar langit yang tertata megah disepanjang jalan hingga sampailah kami pada sebuah bangunan yang tak lagi asing bagiku.

Ya, rumah oma. Sebuah rumah yang pernah menjadi tempatku bernaung belasan tahun silam.

Dari kejauhan terlihat oma telah menanti kami di beranda rumahnya. Ya Tuhan! secepat inikah waktu berlalu? Oma, wanita renta yang kini berada didepanku ialah oma. wanita paling perkasa yang ku kenal itu tak lagi mampu melihatku dengan tak buram, tak lagi mampu menyambutku dengan teriakan khas nya. yang ada hanya seutas senyum dengan bibirnya yang ciut, menunjukkan sederet akar gigi yang telah lama tumbang.

"Oma, ik mis je zo veel! " (oma, aku sangat merindukanmu). sapaku seraya memeluk tubuhnya yang renta.

"oh ik mis je meer dan alles" (aku lebih merindukanmu) ujarnya pelan dengan suara yang tak berhenti bergetar tanda sebuah isak yang tertahan.

"mom, you look sexier than i thought " canda papa membuatku tergelak seketika.

"hoe dom je vader is danny.." (betapa bodohnya ayahmu danny..) sahut oma memutar mata.

"ayo masuk" ajak oma seraya membalikkan tubuhnya.

Dari balik punggungnya aku dapat merasakan sepintas rasa bersalah yang kini membara didalam hati kecilku. aku menghela nafas, sekarang aku tahu mengapa papa bersikeras untuk kembali tinggal di Indonesia.

Tayson, anak angkat oma, Yang juga merupakan pamanku membantu mengangkat koper-koper kami memasuki rumah. Mataku tak mampu berhenti menyapu sederet furnitur kuno yang terawat dengan baik. Nyaris tak ada yang berubah, tatanan rumah ini persis sama seperti 14 tahun silam. Hanya saja dindingnya kini berwarna putih bersih dan terlihat semakin kokoh. Ya, ku dengar beberapa kali oma meminta tayson melakukan renovasi.

Tayson kembali membantu mengangkat koperku ke lantai 2, tempat dimana kamarku berada. Aku terbelalak melihat kondisi kamarku yang berubah total. Begitu modern. Sangat bertolak belakang dengan ruang tamu yang kental akan suasana 'antik' nya. Ada tembok kaca raksasa yang membuat pandangan leluasa menembus kota jakarta. Hm, mungkin tak seluruhnya, hanya kawasan disekitar real estate. Diujung kamar terdapat 1 set home teater tak lupa dengan sofa super nyaman siap pakai. sementara tempat tidurku terletak diantara 2 pintu dalam yang tak lain ialah kamar mandi dan lemari pakaian yang luas lengkap dengan meja rias didalamnya. Dan bagian favoritku, satu set meja belajar dan rak buku terletak tepat didepan tembok kaca. Ruangan ini begitu sempurna.

"sengaja ku buat begini, supaya kamu betah. Sudah mirip di new york kan?" suara tayson memecah kekagumanku.

"bagusan ini tay, aku aja sampe nggak kedip tuh liatnya."

"oke, kalo gitu kamu istirahat dulu. aku  tinggal ya" Ujar tayson seraya pergi.

Tayson berusia 25 tahun, Hanya 8 tahun lebih tua dariku. Tayson ialah yang paling 'berbeda' denganku, papa, dan oma ketika bicara soal penampilan. Tingginya mungkin sekitar 175cm, kulitnya berwarna kecokelatan, matanya lebar dengan model rambut poni lempar yang tersisir rapi, bibirnya tipis dengan sedikit sisa cukuran kumis dan jenggot yang melekat pada wajahnya. Ya, benar-benar tipikal lelaki asia tenggara. Bagi orang indonesia tayson memang terlihat biasa saja. Namun dia mampu membuat gadis gadis eropa-Amerika tergila-gila dengan penampilannnya yang seperti itu. Beberapa kali Elena memberinya tawaran untuk menjadi seorang model di Prancis, Namun ia selalu menolak karena Tayson merasa passionnya seratus satu persen pada dunia Otomotif. Well, sekarang dia adalah owner sebuah showroom mobil di Jakarta.

Ku keluarkan ponsel yang terdengar berdering dari dalam saku celanaku. Oh, panggilan masuk dari Elena!

"bonsoir elena. Ada apa?"

"bonsoir my baby. How's it going?"

"totes fabulous ma. Seriously Tayson bener-bener bisa diandelin. Dari kamar super nyaman ini sampai kuliah danny pun udah diurus sama dia"

"Oh ya? Semoga kamu betah disana ya sayang. Akhir tahun mungkin mama kesana, kita liburan di Indonesia tahun ini. Oh, or you'd rather spend your holiday in france?"

"kita omongin lain waktu ya ma, i need some sleep now, I guess"

"D'acorrd! Have a nice dream sweet girl"

"bye ma"

"au revoir ma fille" (bye nak). Suara khas dengan nada sengau elena membuatku tergelak sesaat sebelum mematikan telepon.


COMING SOON : 2. JE SUIS DANNY GRACIA

Di sebelahku duduk seorang lelaki dengan penampilan dan model rambut yang mengingatkanku pada tokoh Jacob Black pada Seri Twillight. warna rambutnya Hitam kecokelatan, kulitnya kuning langsat dan posturnya tidak terlalu tinggi. Hidungnya lebih mancung dari ukuran normal pria asia. wajahnya terlalu manis dan lembut untuk seorang lelaki. Tatapannya dingin, ia bahkan tak terlihat berniat untuk sekedar menegurku.

"Hai. aku Danny, Danny Gracia" Sapaku berusaha bersikap ramah....






Perfect windTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang