Chapter 5

14.9K 1K 23
                                    

Yoga Pov.

Dia lama sekali..? Aku mati bosan berada diruangan sunyi ini sendiri. Mau minta tolong untuk mengambilkan hape dikosan rasanya malu sekali. Kosanku kan jelek dan kumuh. Lagian gak pantes banget aku minta tolong padanya, sudah banyak hutang uang dan jasaku padanya. Tapi aku ingin segera keluar dari sini!! Berapa banyak lagi biaya yang akan keluar kalau aku terus disini?

Mas Candra. Ternyata dia orang yang baik. Dia bahkan tak mau menyinggung tentang biaya rumah sakit lagi. Sore ini, rencananya aku mau keluar dari sini. Gerah sekali kalau aku harus berlama-lama diruangan ini. Ber-AC tapi tetap saja terasa pengap. Aku tak mau lama-lama disini tanpa ponselku. Semoga sudah ada kabar dari Adit nanti. Lama disini malah membuatku tambah stress saja.

"Assalamu'alaikum.." sapa mas Candra yang baru nongol dibalik pintu dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya.

"Walaikumsalam..." nadaku melemah diakhir.

Ada yang aneh dengan senyumnya. Terkesan kaku dan dipaksakan. Apa ada masalah dengannya?

"Udah siap untuk pulang?" tanyanya pelan.

Aku hanya mengangguk kecil saat mas Candra mendekat dan mengelus rambutku pelan. Kenapa dia suka sekali melakukan hal itu? Setelah dua hari sadar – yang berarti sudah hampir seminggu aku disini – aku selalu memaksa mas Candra untuk membawaku pulang. Agak kurang ajar memang, sudah dibantu masih saja suka minta ini itu. Dalam dua hari itu pula kami lumayan sering ngobrol dan menceritakan keadaan dan hidup masing-masing. Tapi kebanyakan aku yang dikorek infonya.

Mas Candra..

Hanya sedikit saja yang dia bagi padaku. Gak adil !!! Tapi tidak apa-apa, hitung-hitung balas jasa. Ternyata semua mobil yang sering dia pakai bergantian adalah mobil milik keluarga. Itu hanya opiniku saja dari beberapa cerita yang aku gabung-gabungkan kesimpulannya. Mas Candra tinggal sendiri dengan keluarganya disebuah kompleks perumahan dipusat kota Surabaya, tapi tak jarang dia juga tinggal dirumah anggota keluarganya. Saat kutanya apa istrinya tak tersinggung atau bahkan karena dia menghabiskan sebagian besar waktu luangnya untuk menjagaku, dia hanya berkata istriku tidak apa-apa, dia pasti mengerti. Benar-benar sedikit info yang kudapat darinya.

"Kalau begitu aku akan mengurus dulu semuanya. Kalo lapar ambil saja bungkusan itu, ada makanan di dalamnya." tuturnya dan beranjak pergi meninggalkanku.

Setelah mas Candra pergi, aku mengambil bungkusan yang dia letakkan diatas meja samping ranjangku. Ada beberapa makanan ringan, wafer dan minuman ringan juga disana. Pantes saja perutnya gak bisa ramping lawong suka ngemil makanan begini. Dasar pria aneh.

****

Keadaan jalan raya malam ini tak begitu ramai. Angin luar yang berhembus malam ini begitu sejuk menerpa wajahku. Aku sengaja membuka sedikit cendela mobil untuk menghirup udara luar. Pengap juga lama-lama berada didalam kamar rumah sakit yang mewah itu.

Aku menuntun mas Candra menuju kosanku. Dan sesuai dugaanku, dia sedikit jengah dengan keadaan sekitar tempat tinggalku, tapi toh dia masih bisa menguasai diri. Keadaan luar kos sudah mulai sunyi karena pada dasarnya memang jarang orang yang keluar kamar.

Dengan sedikit rasa malu aku mengambil kunci yang kuselipkan diatas pojok pintu kamarku -karena terakhir aku meninggalkannya untuk sholat jum'at, tak mungkin aku menenteng kunci ke masjid - dan kubuka pintu. Rasanya pengap karena sudah beberapa hari tak kubuka. Mas Candra tetap berdiri diluar saat aku menyalakan lampu kamar dan kipas angin kecil di atas meja yang kuletakkan dipojok kamar, sampai aku mempersilahkannya masuk.

"Maaf mas kalau tempatnya kurang nyaman.." tuturku sungkan.

Dia sempat menatap sekeliling dan kembali tersenyum padaku. Setidaknya dia tak merasa risih atau alergi dengan keadaan kosanku saat kulihat senyum tulusnya itu.

Because of YouDonde viven las historias. Descúbrelo ahora