Chapter 11

10.8K 817 10
                                    

Yoga Pov.

'Kenapa dengannya?? Kenapa dia terlihat kesal begitu?' tanyaku dalam hati bingung.

Oh iya, aku masih punya cucian yang harus aku kerjakan. Setelah membenarkan posisi tidur Ichal, aku bergegas keluar kamar. Mandi, sholat dan nyuci. Sambil menunggu, aku sekalian bersih-bersih dapur, cuci piring dan gelas. Kulihat masakanku masih utuh. Apa Mas Candra belum makan?

Kudapati Mas Candra sedang santai diruang tengah sambil nonton TV.

"Aku buatin teh Mas?" tanyaku saat melewatinya. Tapi Mas Candra tak bergeming dan fokus nonton.

"Mas... Mau aku buatin teh? Kopi mungkin?" ulangku. Yang kutanya tetap saja asyik nonton. Merasa diacuhkan, aku samperin dia.

"Mas. Mau aku buatin teh?" tanyaku dan menyentuh pundaknya.

"Gak. Terima kasih." jawabnya dingin.

Entah karena pekerjaan kantor, suasana hatinya yang lagi buruk atau aku yang salah? Aku tak tau? Tapi, jawaban tadi terdengar sinis sekali.

"Ada apa mas?" dia tetap diam.

"Mas, apa aku ada salah?" tanyaku lagi karena tak kunjung mendapat jawaban.

"Mas??"

"Berisik. Pergi sana!!!" aku tersentak dengan hardikannya. Aku benar-benar tak menyangka akan mendapat perlakuan seperti ini darinya.

"Ada apa Mas?" tanyaku agak gemetar menahan tangis.

Jantungku bahkan berdetak lebih kencang saking takutnya. Tapi Mas Candra kembali diam dan menatap layar televisi. Mungkin dia sedang kesal. Sebaiknya aku tak mengganggunya. Aku kembali ke belakang untuk mengeringkan cucian dan menjemurnya.

Ada apa dengannya? Kenapa dia bersikap seperti itu padaku? Apa aku melakukan kesalahan? Tapi apa?? Otakku makin kacau memikirkan ini semua.

Semua pekerjaan sudah selesai. Lauk sudah aku hangatkan. Mau menawarkan makan takut kena semprot lagi sama Mas Candra. Lama aku duduk termenung dimeja makan. Mungkin Ichal sudah bangun, aku pun beranjak menuju kekamarnya.

Belum sempat aku keluar dapur, kudengar bel rumah berbunyi. Saat memasuki ruang tengah kulihat Mbak Asty yang datang entah dengan siapa lagi. Hanya suaranya yang kudengar. Aku mengurungkan niatku untuk melihat Ichal dan kembali kedapur. Selang beberapa lama kudengar suara tawa berat Ichal, berarti dia sudah bangun. Oh Tuhan.. Rasanya aku seperti didalam penjara saja saat ini (padahal tidak pernah masuk penjara). Aku merasa sesak diruangan ini. Sikap Mas Candra tadi semakin membuatku merasa asing disini.

"Kakak...."

"Ichal??" seruku kaget melihatnya mendatangiku. "Ada apa? Kok kamu udah bangun sih?" tanyaku agak khawatir.

"Gak papa kak. Ichal sama papa mau keluar bareng kakek dan Tante Asty. Kakak mau ikut?" tanya Ichal dengan suara seraknya.

Lama aku tertegun. Siapa yang mengajak? Dan kenapa Ichal yang datang padaku?

"Ichal mau kemana?"

"Kakek ngajak makan diluar kak."

"Tapi Ichal kan belum sembuh." tuturku menghawatirkan kondisinya.

"Ichal udah sehat kok. Hehe..."sahutnya enteng.

"Setelah makan, kita nanti check up ke dokter. Ayah juga mau periksa. Katanya badannya kurang enak, mungkin ketularan Ichal, hehe..."

Aku sedikit kaget mendengar Mas Candra juga kurang enak badan. Apa karena itu dia uring-uringan padaku?

"Kakak ikut?" ajaknya lagi.

Because of YouWhere stories live. Discover now