Chapter 22

13K 786 18
                                    

Jam di kamar Ali dan Prilly menunjukkan pukul 04.00, Ali dan Prilly masih terlelap dalam tidurnya sambil berpelukan.

Perlahan Prilly membuka matanya. Biasanya Prilly selalu tersenyum bahagia ketika terbangun dari tidurnya melihat Ali berada di samping nya.Namun pagi ini semua berbeda,justru Prilly meneteskan air mata nya ketika melihat wajah Ali,bulu mata yang lentik,hidung mancung dan pipi nya yang sedikit chubby.

"Ali...suamiku...apakah esok dan seterusnya aku masih bisa memandangi wajah tampan mu ini? apakah hari ini justru hari terakhir ku untuk bisa memandangi wajah tampanmu sepuas hatiku?"Gumam Prilly di dalam hati,sambil menahan isak tangis nya.Prilly pun memainkan bulu mata Ali yang menggemaskan itu.

"Mmmmmmhhh....."Ali menggerakan tubuhnya namun mata nya masih tertutup.

Prilly pun melepaskan tangannya dari bulu mata Ali. Prilly terus memandangi wajah Ali sambil tersenyum dan meneteskan air mata.Suara Adzan Subuh pun terdengar.

Allahu Akbar...Allahu Akbar...Allahu Akbar...

"Sayang...sudah Adzan ayo bangun..."Ucap Prilly membangunkan Ali sambil menyentuh pipi Ali dengan jari telunjuknya.

"Mmmmmhhh...hoaaamzzz..."Ali hanya menggeliatkan tubuhnya.

"Sayang...ayo kamu harus bangun..bisa jadi ini hari terakhir kita sholat berjama'ah..kamu lupa?"Ucap Prilly yang membuat Ali langsung membuka matanya dan menaruh jari telunjuknya di bibir tipis Prilly.

"Ssssttttttt...jangan pernah kamu bilang kaya gitu lagi,aku ga suka dengernya. Ga ada yang akan berakhir"Ucap Ali sambil menatap mata hazel Prilly.Prilly hanya tersenyum getir.

"Yasudah ayo kita berwudhu "Ucap Ali sambil mengusap pipi chubby Prilly.
Prilly pun mengikuti Ali.

Mereka pun menjalankan Sholat Subuh berjama'ah.Apakah hari ini terakhir kali  nya Ali menjadi imam untuk Prilly?Semoga itu hanya mimpi buruk.

Selesai sholat,Prilly mencium punggung tangan Ali,lalu Ali mencium kening Prilly.Mereka pun berdo'a di dalam hati.

"Ya Allah..hamba sangat mencintai Prilly dan anak-anak hamba,hamba tidak bisa memilih di antara kedua nya.Namun jika memang takdir Mu ,aku harus berpisah dengan Prilly,Insya Allah aku akan terima dengan lapang dada,tapi jika aku boleh meminta ,jangan pernah Engkau selipkan kata perpisahan di antara aku dan Prilly..Utuhkanlah kembali keluarga kecil ku serta lindungi putri kecil ku dari Ghina.Aamiin..." do'a Ali di dalam hati dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata.

Sementara Prilly yang berada di belakang Ali pun sedang memohon do'a kepada Sang Maha Pencipta.

"Ya Allah Ya Rab...aku hanya manusia yang menjalankan skenario dari Mu,aku pasrah kan seluruh nya pada Mu,aku sangat mencintai Ali,suami ku yang telah menjadi imam dalam hidupku.Sungguh aku tak ingin berpisah dengan Ali selain maut yang memisahkan kami,aku pun sangat mencintai anak anak ku,namun jika perpisahan ku dengan Ali adalah yang terbaik,aku ikhlas.Semoga meskipun nanti aku dan Ali sudah tidak bersama,Engkau masih menjaga cinta suci kami,bahagiakanlah Ali dengan siapapun nanti.Lindungilah putra putri ku Ya Rab..Dan aku masih akan selalu meminta, semoga Engkau mau menyatukan keluarga kecil kami..Aamiin "Prilly tak kuasa menahan air mata nya.

Setelah sholat,Ali pun bersiap siap untuk bertemu Ghina.Handphone Ali tiba tiba berdering.

Halooo Li...bagaimana keputusan kamu dan Prilly?Maaf aku tak bisa memberi solusi karena ini menyangkut nyawa Ichel

Haloo kak..iyaa kak aku ngerti,kita sulit mengatur strategi untuk melawan Ghina,aku dan Prilly sudah memutuskan untuk mengikuti semua keinginan Ghina kak,meskipun sangat terpaksa

Cinta Di Sanggar TariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang