Chapter 9 : Under The Moonlight

41.6K 2.7K 150
                                    

Aluna mengalihkan pandangannya dari jendela yang bertrali besi ketika suara pintu kamar yang berderit terbuka. Ia lalu segera bergerak antisipasi dengan mundur seakan menyembunyikan sesuatu di belakang tangannya.

Sinar rembulan yang penuh tertutupi awan memasuki kamarnya melalui sisi terali besi kaca jendela dengan temaram. Cahayanya hanya seperti lampu tidur kekuningan di ujung kamar yang memberikan cahaya tak sampai ke ujung sudut lainnya.

Aluna mendengar langkah kaki itu perlahan memasuki kamarnya. Walau cahaya rembulan tak cukup menerangi sampai ke ujung pintu namun gadis itu tahu dengan pasti siapa yang memasuki kamarnya di waktu-waktu seperti ini. Karenanya Aluna langsung bergerak antisipasi. Ia menyipitkan matanya dan mundur dengan teratur.

Sosok tinggi menjulang itu telah berdiri di samping ranjang. Hingga akhirnya sinar rembulan berhasil menyapu bayangan pria itu yang kemudian terpantul di lantai kamar. Menyaru dengan warna temaram. Bergeming disana tak bersuara. Dan ia sama sekali tak tahu ekspresi apa yang sedang pria itu digunakan.

Angin malam yang dingin masuk melalui celah ventilasi jendela menyentuh bulu kuduknya, meniup gordent putih polos di jendela, bergelombang tak tentu arah. Membuat Aluna merapatkan tubuhnya.

"Kau belum tidur?" Nadanya yang dalam bergema. Seakan dari nada itu Aluna tahu bagaimana raut wajah pria itu saat ini. Menaikkan alisnya yang mengerut dan kemudian berlanjut tanpa ekspresi.

Aluna masih melanjutkan gerakan defensifnya. Ia bergeming namun tatapan matanya menyipit, membiarkan pantulan cahaya temaram rembulan menyorot tubuhnya di bawah jendela. Mata hitam gelapnya terlihat cemerlang ketika sinar rembulan yang kekuningan temaram memantul disana.

Dan gadis itu sama sekali tak berniat untuk menjawab karena bibirnya kemudian terkatup dengan rapat.

Baru ketika sosok itu bergerak mendekat. Sorotan temaram rembulan berhasil menyinari sisi tubuhnya, wajah keras dan lelah. Mata hitam kecoklatan yang memantulkan cahaya rembulan. Pria itu terlihat berbeda. Ada kesan lembut--tidak, lelah disana. Membuatnya bagaikan sosok yang lebih manusiawi. Sosok manusia yang penuh kelelahan dan--kesendirian...

"Apa yang kau inginkan?" Aluna tidak mau pria itu berlama-lama bersamanya--apalagi dalam ruangan temaram, rasa amarah dan kebencian yang menyatu cukup membuatnya bergerak defensif dan hati-hati.

"Kau akan terus berada di sana?" Pertanyaan pria itu seakan-akan ia tidak perlu menjawab pertanyaan Aluna barusan. Dan lagi suaranya yang dalam terdengar seakan menyuruh gadis itu mendekat. Namun alih-alih mendekat Aluna kembali memundurkan langkah kakinya dengan antisipasi.

Ia tidak tahu apa yang diinginkan pria itu, sesaat bergeming pria itu kembali melangkahkan kakinya berjalan melewati ranjang mendekati Aluna. Membuat gadis itu bergerak mundur dengan teratur.

Cahaya rembulan masuk dengan sempurna setelah awan-awan malam bergerak melewatinya membuat cahaya kekuningan masuk mengekpos wajah kedua manusia disana dengan sempurna. Memantulkan bayangan mereka di atas lantai dengan cahaya temaram.

Mata hitam kecoklatan itu menunduk menyipit menatap mata hitam Aluna yang terlihat menatapnya antisipasi dan takut. Gadis itu mundur kembali hingga tubuhnya menyentuh jendela. Menghimpit gordent putih yang melambai-lambai tertiup angin malam. Pria itu tidak mau ambil pusing, ia kemudian menarik tangan Aluna dengan lembut mendekat kearahnya.

Gerakan menarik dari Leo yang tiba-tiba membuat Aluna kehilangan keseimbangan, kepala gadis itu menyentuh dada bidang Leo yang masih tertutupi kemeja. Aluna segera mundur. Terlalu terburu-buru sebelum Leo kembali menarik tangannya untuk tetap berada dalam posisi yang sama.

Kembali kepala Aluna menyentuh dada bidang Leo. Aluna dengan sontak bergerak menjauh dengan cepat hingga kali ini Leo menarik pinggangnya membuat gadis itu benar-benar jatuh masuk dalam pelukan Leo yang membungkamnya.

When The Devil Fall In LoveWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu