Chapter 13 : Fallen

29K 2.1K 116
                                    

Hujan. Entah bagaimana awan-awan hitam mengumpul memenuhi langit kebiruan hari ini, menjatuhkan semua air hujan yang turun deras bagai ikut bersedih dalam duka.

Andrew baru saja berbalik dari pemakaman dan berjalan mengitari makam-makam yang berbaris rapi ditumbuhi rumput kehijauan. Baru beberapa langkah sebelum langkahnya sampai keluar gerbang pemakaman umum, mata birunya menangkap sosok wanita paruh baya yang berdiri dengan payung hitam di bawah pepohonan maple dengan dedaunan kemerahan yang terjatuh tertiup angin hujan.

Andrew tahu siapa wanita itu. Sosok wanita paruh baya yang dulu ia panggil ibu. Pria itu memandanginya sejenak dari ujung pemakaman yang sepi. Margareth sama sekali belum melihatnya, hujan yang cukup deras membuat wanita itu melamun memandangi rintikan hujan yang terjatuh. Entah berapa lama wanita itu berada disana. Seakan hanya tubuhnya yang berada di sana, tidak dengan jiwa dan pikirannya yang tampak seakan melayang entah kemana.

Andrew tercenung cukup lama sebelum ia mengalihkan pandangannya dan berlalu berjalan kembali menuju gerbang keluar pemakaman. Air hujan membasahi sekujur tubuhnya dan pria itu tetap berjalan melangkah dengan santai menuju mobilnya yang terpakir diluar gerbang.

Pria itu mengangkat kepalanya menatap rintikan hujan yang turun deras menyentuh wajahnya. Membasahi sekujur tubuhnya.

Angin lembut dengan hujan menerpa wajahnya.

Seandainya waktu itu ayah dan ibunya tidak berpisah, akankah semuanya akan baik-baik saja? Akankah Julius selalu ada disampingnya? Akankah mereka selalu menjadi keluarga bahagia?

Lalu akankah Julius bahagia?

Andrew menunduk menatap mobilnya yang terpakir tak jauh dari tempat ia berjalan, seorang pria berpakaian jas hitam keluar dari mobilnya, membawa payung dan berlari kearahnya lalu kemudian dengan cekatan memayunginya dari derasnya hujan.

Mata biru itu memandangi rintikan hujan lalu mengalihkan pandangannya kebelakang kearah pemakaman umum sejenak. Ia menarik nafasnya.

Namun hidup bagaikan teka-teki, andaikan memang kedua orang tuanya tidak berpisah waktu itu, akankah Julius benar-benar dapat bahagia dalam hidupnya?

Iya. Hidup bagaikan sebuah teka-teki yang entah bagaimana jawabannya.

Dan Andrew yakin dengan semua yang ia lakukan untuk mendapatkan jawaban itu adalah hal yang sangat benar untuknya. Dan untuk Julius. Pastinya. Sungguh, ia ingin tahu jawaban apa yang akan ia dapatkan jika teka-teki itu berhasil ia pecahkan.

.
.
.
.
.
.
.
Chapter 13

Leo membuka matanya perlahan ketika sinar mentari pagi dengan risih menyentuh retina matanya membuat pria itu tak nyaman untuk kembali berkulat menyusup di atas tempat tidur. Pria itu menarik tangannya perlahan dan mendekap tubuh Aluna yang tertidur begitu rapuh dengan kedua tangan di depan dadanya seakan melindungi tubuh mungilnya sendiri dalam pelukan Leo.

Pria itu menggeser posisi kepalanya ketika Aluna bergerak tak nyaman dengan kembali menyusupkan kepalanya ke dalam dekapan Leo.

Leo menurunkan kepalanya menatap wajah Aluna yang setengah mendongak dalam dekapannya. Ia mengangkat sebelah tangannya, menyentuh kening gadis itu perlahan, lalu jemari itu turun, mengusap kedua kelopak mata Aluna yang tertutup, lalu turun perlahan menyentuh batang hidung gadis itu. Kemudian perlahan turun menyentuh bibir kemerahannya.

Leo tercenung cukup lama sebelum ia mengusap bibir itu menggunakan jemarinya lalu menunduk dan mengecupnya perlahan. Pria itu perlahan menjauhkan wajahnya lagi sebelum kemudian perlahan mengecup bibir itu lagi. Pelan. Dan lalu mengecup bibir itu lagi. Hingga kemudian ia bisa melihat mata hitam pekat Aluna yang terpaku menatapnya.

When The Devil Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang