Chapter 16

340 34 8
                                    

"Clai!" panggil Arnie saat sampai di ruang tunggu.

"Arnie! Lo lama banget sih, udah jam 7 lewat nih." ucap Clai sewot.

"Iya, iya sorry. Gimana keadaannya Karen?" tanya Arnie duduk di sebelah Clai.

"Lagi diperiksa dokter tuh, katanya abis ini kita baru boleh masuk." jawab Clai.

"Lo udah masuk?" tanya Arnie.

"Belom." jawab Clai singkat.

Setelah percakapan itu, pintu berdecit. dokter pun keluar dari ruangan Karen.

"Gimana dok?" tanya Clai yang langsung berdiri diikuti oleh Arnie.

"Temanmu sudah bisa di jenguk. Tapi, jangan buat dia terlalu banyak pikiran." ucap dokter itu.

"Iya dok, makasih." ucap Clai.

"Sama-sama, kalau begitu saya permisi."

"Iya dok." jawab Clai dan Arnie serempak.

Clai dan Arnie memasuki ruangan bernuansa putih itu. Di dalamnya, terdapat perempuan yang terbaring di atas ranjang menghadap ke jendela. Menatap jendela itu dengan pandangan kosong.

"Karen," sapa Clai dengan nada lembut.

"Lo kenapa bisa kaya gini?" Sambung Arnie

Diam. Karen hanya bisa diam tidak bisa menjawab. Tak lama mata Karen terasa panas dan langsung menangis.

"Gu-gue gak tau, gue bingung harus gimana lagi," ucap Karen tiba-tiba sambil terisak.

"Maksud lo apa? Coba lo cerita ke kita." jawab Clai dengan sedikit menaikan nada bicara nya.

"Iya Ren, coba lo cerita dulu." sambung Arnie sambil membantu Karen duduk dari tidurnya.

"Orang tua gue cerai, gue kira selama ini mereka bisa mertahanin hubungan mereka, tapi ternyata enggak," jawab Karen sambil mengusap air matanya yang sudah membahasi pipinya.
"Dan gue bingung harus cerita ke siapa." sambung Karen.

"Lo bisa cerita ke kita, kita kan sahabat lo." ucap Arnie.

"Gue malu, gue malu ceritain keluarga gue ke lo semua." jawab Karen dan lagi lagi menangis.

"Tapi lo gak seharusnya ke Club dan mabuk-mabukan!" bentak Clai tiba tiba.

"Gu-gue cape Clai," jawab Karen sedikit kaget atas bentakan Clai.

"Lo cape kenapa? Cape karena mikirin orang tua lo cerai? Iya? Ren, orang tua gue juga cerai, gue kehilangan seseorang dimasa lalu gue, tapi gue enggak sampe kayak gini. Lo hidup di indonesia yang kebudayaannya gak sebebas di barat yang kalo melakukan sesuatu boleh-boleh aja, dan gue yang dulu tinggal di barat gue selalu tahan diri gue biar gak ngikutin kebudayaan disana. Tapi kenapa lo bisa sampe terjerumus, siapa yang ngajak lo kesana?!" ucap Clai panjang lebar sambil menahan emosi nya.

"Udah Clai, enggak gitu juga, lo harus sabar. Sekarang jelasin Ren kenapa lo bisa sampe pergi ke club?" sambung Arnie.

"Enggak ada yang ngajak gue, tapi gue sering liat bokap gue pulang malem terus mabuk dan selalu berantem sama nyokap gue, dan pada final nya mereka cerai dan gak mikirin keadaan gue dan adek gue," jawab Karen dan tentu sambil menangis.
"Dan tanpa pikir panjang, kemaren malem gue nyoba kesana, gue tadinya cuma mau numpang duduk doang tapi ada cowo yang ngasih minuman ke gue, karena gue kira itu minuman biasa jadinya gue minum, enggak lama gue minum itu, gue ngerasa pusing dan gue paksain buat naik mobil, ternyata malah bikin gue masuk rumah sakit. Maaf udah ngerepotin kalian. Gue bener-bener minta maaf." sambung Karen sambil menghapus air mata yang sedari tadi turun membasahi pipinya.

HabitsWhere stories live. Discover now