Chapter 41

36 4 1
                                    

5 bulan kemudian

Pagi hari di bulan Oktober, cuaca mendung berangin, membuat semua orang malas untuk beraktifitas, tapi tidak dengan perempuan satu ini.

Dia sangat bersemangat, karena sekian lama di rumah sakit, sekian lama menjalani terapi, sekian lama meminum obat-obatan akhirnya dia bisa bebas dari itu semua.

"Akhirnya bisa masuk juga," ucapnya senang sambil menatap dirinya di cermin.

Ketukan pintu terdengar di telinga Clai, dengan segera dia menghampiri pintu, walaupun sudah melewati masa terapi, kaki Clai masih harus diberi perban, agar tidak mengalami cidera-cidera lainnya, tapi hanya kaki sebelah kiri saja.

"Lo udah siap?" Tanya Bagas, yang tahun ini sudah lulus SMA, alias sekarang anak kuliahan.

Dan Clai sudah mengikuti tes susulan, dan Clai berhasil naik kelas dengan nilai yang cukup memuaskan.

Dengan semangat Clai menganggukan kepalanya. "Siap banget malah gue,"

Bagas lalu mengulurkan tangannya, lalu membantu adiknya itu berjalan, walaupun sudah sembuh, Bagas masih takut kalau Clai berjalan sendiri.

"Bang, gue udah bisa sendiri kali,"

"Tetep aja, gue masih takut lo kenapa-kenapa," jawab Bagas.

Clai hanya terkekeh, lalu berjalan di samping Bagas dengan hati-hati.

Sesampainya di lantai bawah, Clai langsung di bantu oleh bunda dan Dila.

"Bun, Dila, Bang, dibilang Clai udh bisa jalan, dokternya aja yang alay makein perban segala," kata Clai saat semua orang sibuk membantu mempapahnya kearah meja makan.

Dila menoyor kepala Clai, adek kurang ajar, jangan ditiru. "Katanya mau berubah lo Kak, tapi ngomongnya masih aja nyelekit," jawab Dila.

Clai duduk di salah satu kursi lalu nyengir kek kuda, gadeng.

"Berubah penampilan doang, bukan sifat, hehe," kata Clai jujur.

Akhirnya sarapan itu dimulai seperti biasa, lengkap karena Clairie sudah kembali ke rumah.

* * *

Jalanan Jakarta sedikit macet, tapi masih bisa ditembus oleh mobil, jadi Clai gak bakal telat-telat amat pas dateng ke sekolah.

Karena sekarang Dila sudah masuk kelas satu SMA dan pasnya si bunda masukin Dila ke SMA yang sama dengan Clai.

Katanya si biar terpantau, biar ada yang jagain, dan biar searah kalo jalan ke sekolah maupun balik sekolah.

"Bang, ntar turunin Dila di lapangan aja ya," kata Dila enak banget ngomongnya, dikira Bagas supir.

Bagas ngelirik bentar ke Dila, lalu balik lagi ke depan. "Enak banget Dila lo ngmong, dikira gue supir kali, pokonya ntar lo sama Clai gue drop-in di gerbang," jawab Bagas.

Clai yang gak tau apa-apa, langsung maju, soalnya Clai ada dibangku belakang.

"Dih kok gue juga di turunin di gerbang si, gue di parkiran dong Bang Bagas, gue udah janjian di parkiran sama temen-temen," kata Clai panjang lebar.

Bagas melirik Clai lewat kaca depan mobil, lalu menghela napas, terlambat lagi aja gue ngampus, dumel Bagas dalem hati.

"Yaudah iya, lo berdua gue turunin di parkiran," jawab Bagas.

Clai kembali pada posisi duduk sebelumnya, kaki nya yang dibalut perban dan memakai sendal dia naik kan keatas jok mobil. "Gitu dong."

* * *

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HabitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang