BAB 15

4.6K 187 6
                                    

Sesaat Dave keluar dari kamar ponselnya bergetar dan tanpa menunggu lama ia segera mengangkatnya, ia menunggu teleponnya berdering sedari tadi.

"kami menemukannya Dave, mau kau apakan wanita ini ?"

"tidak perlu aku hanya ingin mendatanginya saja, siapa dalang dari semua ini ?"

"seperti yang kau duga sedikit pun tidak ada yang meleset, bahkan hampir 10 penjaga mengelilingi rumah ini dari yang hanya memegang pistol biasa hingga penembak jitu,"

"pria tua itu mulai berbuat ulah, sialan ! kalian baik-baik saja, bukankah kau hanya membawa lima pengawal ?"

"Kau pikir mereka tidak akan menggunakan apa yang sudah kita ajarkan ? bagaimana keadaan istrimu?"

"baik,"

"Aku rasa kau harus berubah, jalan yang kau ambil untuk melindungi Eveline bukan jalan terbaik itu malah membuat Eveline stress, aku selalu melihatnya di balkon kamar kalian saat melatih, di menangisimu. Dan juga kepala pelayan selalu bilang jika Eveline terkadang tertidur di meja makan karena menunggumu pulang, tiap malam Eveline selalu terbangun dari tidurnya kembali menangisimu. Berhentilah tidur di dalam mobil Taec.Kau lihat sekarang kan ? ketika kau jauh bahaya malah semakin mendekat pada Eveline bukan menghindarinya. Ayahmu akan melakukan apa pun tidak peduli ada atau tidak adanya kau disisi Eveline,"

Dave menghembuskan nafasnya berat, ia sadar sekarang berusaha menjauhkan Eveline dan Raymond dari bahaya dan mendorong jauh dari sisinya bukanlah pilihan yang baik, malah membuat keduanya berpikiran buruk tentang dirinya dan sekarang yang bisa Dave lakukan hanyalah memperbaiki semuanya, SEMUA tanpa terkecuali.

***

Dave memarkirkan mobilnya secara kasar di garasi sebuah rumah yang sudah ia hafal betul alamatnya, rumah Damon. Setelah memastikan anak dan istrinya tertidur nyenyak dan memasuki alam mimpi indah mereka, Dave pergi dengan terburu-buru.

Melangkahkan kakinya menatap tajam Damon yang berdiri dengan wajah yang tegang. Damon bahkan tidak pernah menyangka ia akan melihat Dave dengan raut wajah seperti sekarang lagi. Raut wajah mengerikan yang sarat akan kekejaman. Tangan Dave mengepal erat dengan buku-buku jarinya yang memutih sesampainya ia di depan Damon, pukulan yang begitu keras langsung terdengar.

Damon memejamkan matanya perlahan ketika Dave masih saja memukuli habis-habisan seorang pria yang menjadi suruhan Dominick. "Hentikan Dave," Damon berusaha melerai dengan ucapannya meskipun ia tahu itu akan percuma, Damon mengerutkan keningnya. Baru saja beberapa menit pria itu mendapat pukulan segar dari Dave wajahnya sudah babak belur tak terbentuk, bau amis menyeruak di dalam rumah itu.

Suara mengerikan dari pukulan lengan Dave masih terdengar jelas, wajah pria itu sudah membiru sekarang dan bahkan tidak sanggup untuk membuka matanya. "Sdah berhenti, ini bukan salahnya !" Damon menarik Dave sekuat tenaga menyingkirkan tubuh Dave dari pria yang sudah tergeletak tak berdaya itu. "Seharusnya aku tidak mengikuti kemauanmu jika kau tidak bias mengendalikannya seperti sekarang !"

Ya seharusnya Damon tidak mengiyakan ketika Dave dengan cepat ingin melihat siapa suruhan Dominick yang membayar wanita sialan yang berpura-pura menjadi istrinya. Seharisnya Damon tahu jika kejadiannya akan seperti ini. Dave masih mengatur nafasnya yang memburu penuh emosi sedangkan Damon hanya terdiam sembari mengurut pelipisnya pelan. Pria babak belur itu sudah Damon serahkan kepada anak buahnya.

"Pulanglah," Damon kembali mengurut pelipisnya sembari menatap gusar Dave.

"Sebentar lagi."

***

Wajah tertekuk dengan raut gelisah yang sangat terlihat jelas membuat Dave tersenyum yang sedari tadi menatap anak tunggalnya, anak kesayangannya. Raymond masih terdiam menatap kosong ke arah luar jendela sembari memainkan jemarinya berulang kali, kegelisahannya memuncak ketika mobil yang ia tumpangi tiba-tiba saja berhenti di sebuah rumah kecil bercat biru pudar. Ada Damon yang berdiri tepat didepan pintu masuk menuju rumah tersebut dengan lima pengawal yang menjaga setiap sudut rumah bercat biru pudar itu.

Semilir angin pantai menyapa tubuh kecilnya ketika Raymond baru saja menginjakan kakinya di atas jalan yang dipenuhi bebatuan, rumah ini berhadapan dengan pantai, terasa sangat menyejukkan untuk beberapa saat. Damon memasuki rumah tersebut ketika mendapatkan sinyal dari Dave yang berjalan mendekati Raymond dengan menggenggam tangan kecilnya yang berkeringat.

Wanita itu berada di balik tubuh Damon, ketakutan ketika melihat siapa yang berada di hadapannya. Wanita ini pernah mencoba kabur tadi malam tetapi Damon dengan mudahnya menangkap wanita bertubuh ramping ini. Mata tajam Raymond bahkan tidak lepas dari sang wanita yang selalu ia ingat wajahnya. Namun mata kecil itu masih berkeliaran mencari sesuatu, mencari anak sebayanya yang mengaku jika ia adalah anak dari sang Daddy.

"Maafkan aku," nada suara wanita itu terdengar sangat parau, tubuhnya masih tertutupi tubuh Damon, kemanapun Damon bergerak maka wanita yang berada di balik punggung Damon itu pun akan bergerak, seolah takut Dave menembakkan peluru tepat di dadanya. Ya, setidaknya itulah yang dikatakan Damon padanya jika wanita itu tidak mengaku maka tanpa segan sang bos akan menembakan pelurunya tepat di jantungnya.

Raymond menarik lengannya dari lengan besar Dave lalu menarik baju Dave memintanya untuk menggendong tubuh kecilnya, tidak pernah ada penolakan untuk anak kesayangannya bahkan di depan anak buahnya sekalipun. Masih dengan tatapan tajam Raymond menatap wanita tersebut, mengintimidasinya, mendominasi dari segala cara, "kau bukan istri Daddyku kan ?" tanya Raymond , tegas dan dingin, seperti sang Daddy.

Wanita itu bergetar seolah pertanyaan tersebut adalah angin topan yang menerpa tubuh rampingnya yang terlihat begitu rapuh dibandingkan ketika ia melihatnya di taman, "a-aku hanya di bayar untuk melakukan peran tersebut," ucapnya gugup. Raymond memejamkan matanya sesaat lalu berhenti menatap wanita itu, berbalik lalu memeluk leher Dave dengan erat, "ayo kita pulang Daddy," bisiknya, ada kelegaan dari suaranya.

"hanya seperti ini kau sudah percaya ?" Dave mengerutkan keningnya menjauhkan tubuh Raymond yang memeluknya erat, menatapnya dengan penuh tanya, "kau tidak berpikir jika Daddy membayar wanita itu agar berbohong dan mengatakan dia bukan istri Daddy ?" selidik Dave lagi, "aku selalu percaya pada Daddy dan sekarang waktunya Daddy menjelaskan pada Mommy. Mommy selalu menangis tengah malam, aku tidak mendengarnya tapi aku melihat matanya selalu bengkak di pagi hari."

Dave terdiam, satu orang lagi yang memberitahunya keadaan mengenaskan Eveline ketika ia membuat keputusan yang salah.

.
.
.
Guys boleh tanya gak mau bikin story baru tapi bingung mau tentang apa. Kalian lebih suka genre apa ? Komen d kolom masing² ya.

Teenfic

Romance

Dark romance

Fantasy romance

Thanks before

Only You #Sweet Mafia 1Where stories live. Discover now