| 1 | Alexa (revisi)

55.5K 1.4K 4
                                    

Alexa membuang permen karet ketujuhnya begitu saja. Ia masih berjalan dengan santai walaupun ia tahu waktu sudah menunjukkan pukul tujuh. Pintu gerbang di depannya sudah hampir tertutup. Ia berhasil menyelinap masuk sesaat sebelum pintu gerbang benar-benar tertutup.

Namun, rencananya tidak berjalan semulus yang Alexa harapkan. Dihadapannya, berdiri seorang yang memelotinya kesal.

"Selamat pagi Ibu Mitha!" Alexa menyeringai dengan muka tanpa dosanya.

"Lagi-lagi telat ya," Alexa memutar bola matanya ketika nada datar itu keluar dari mulut Bu Mitha.

Guru yang sudah menginjak kepala empat itu menghela napas. Tangannya kemudjan menarik telinga kiri Alexa. "Ikut saya!" Katanya tegas.

Bu Mitha berjalan sambil menarik telinga Alexa. Diseretnya Alexa menuju ruang BK. Alexa hanya mengaduh kesakitan ketika telinganya ditarik dengan kasar.

"Permisi, Pak. Saya mau titip anak ini. Saya sudah tidak tahu lagi bagaimana harus menghadapinya," Bu Mitha melepaskan tangannya. Dengan segera Alexa mengelus-elus telinganya yang memerah.

Pak Rudi, si guru BK, berdecak. "Kamu ini kenapa harus selalu langganan masuk ruang BK, sih, Alexa?"

"Saya 'kan niatnya emang mau nemenin Pak Rudi." Alexa mengerling ke arah Pak Rudi.

Pletak.

Alexa mengelus kepalanya yang baru saja mendapat jitakan dari Bu Mitha.

Seusai mendapat serangkaian ceramah yang sudah dihafalnya di luar kepala dari Pak Rudi, Alexa diberi hukuman membersihkan seluruh toilet di lantai dua. Tentu saja ia tidak benar-benar melakukan apa yang disuruh kepadanya.

Ia justru kegirangan mendapat hukuman di toilet. Menurutnya tempat itu adalah salah satu tempat dimana ia bisa dengan leluasa menghisap batang rokoknya.

Suasana kelas XI IPS 3 yang tadinya sangat bising ketika jam istirahat pertama tiba-tiba mendadak hening ketika Alexa datang. Alexa berjalan dengan gontai menuju bangkunya di ujung paling belakang. Ia menyilangkan tangannya sebelum akhirnya menyandarkan badannya dan memejamkan mata.

Rena, satu-satunya teman perempuan Alexa yang sudah dikenalnya sejak SMP, menatapnya penuh tanda tanya.

"Lo habis ngerokok, Lex?" Bau asap rokok yang masih menempel di baju Alexa berhasil terhirup oleh Rena. "Pasti lo habis kena hukum lagi. Kali ini suruh ngapain lo?"

"Hm," jawabnya tanpa membuka mata. "Biasalah, kerjaannya Bu Mitha sama Pak Rudi yang selalu berhasil buat gue kesel," lanjutnya masih dengan posisi semula.

Seorang cowok berlari-lari di sepanjang koridor menuju kelas XI IPS 3. Setelah mencapai ambang pintu, Edo berdiri diam dengan napas terengah-engah. Melihat kehadiran salah satu anak buah Alexa, Rena menyenggol Alexa yang masih memejamkan matanya.

Alexa menengok ke arah Rena. Rena menunjuk Edo yang berada di ambang pintu dengan dagunya. Setelah Alexa melihat Edo, cowok itu menghampiri Alexa dan membisikkan sesuatu di telinga cewek berambut panjang tersebut.

Wajah Alexa memerah, ia bangun dari duduknya dan menggebrak meja. Semua anak di kelas itu menatapnya tanpa suara. Kemudian, Alexa berjalan dengan pandangan marah diiringi tatapan heran teman-temannya. Sementara Edo berjalan di belakang mengikuti Alexa.

"Lo mau kemana, Lex? Jam istirahat udah mau kelar!" Rena berteriak ketika Alexa sudah hampir mencapai pintu. Namun, pertanyaannya tidak digubris sama sekali oleh Alexa.

***

Alexa menatap dengan beringas cowok-cowok kelas XII yang berdiri di depannya. Pandangannya beralih kepada Niko, salah satu temannya yang kini mukanya sudah babak belur tidak karuan. Ketika tadi Edo tiba-tiba datang dan memberi tahu bahwa Niko dihajar habis-habisan, amarahnya membuncah seketika.

"Denger, sekali aja kalian berani macem-macem sama temen gue, abis kalian sama gue!" kata Alexa tegas.

"Lo pikir lo siapa, hah?" Bima, melangkahkan kakinya ke depan. "Mendingan lo nggak usah sok belagu deh. Cewek lemah kayak lo emang bisa apa sih?"

Bagas, Adit, dan Edo hendak maju mendengar Bima mengejek Alexa. Namun, tangan Alexa sudah terlebih dahulu menghalangi.

Alexa mengertakkan giginya. Ia paling benci diremehkan hanya karena ia seorang perempuan. "Gue emang cewek, tapi gue enggak selemah yang lo kira. Lo pikir cuma karena lo cowok, lo lebih kuat dari gue, hah?"

Bima terkekeh pelan, "Cih, emang bisa apa lo?"

"Sekarang juga, gue mau lo minta maaf ke Niko! Atau lo bakal terima konsekuensinya."

"Nggak usah banyak bacot deh lo. Sampe kapan pun juga gue nggak akan pernah sudi minta maaf ke cowok sialan kayak dia," Bima menunjuk Niko dengan pandangan meremehkan.

Habis sudah kesabaran Alexa. Sebuah bogem mentah mendarat di pelipis kanan Bima. Alexa tak merasakan sakit sama sekali pada tangannya. Ia merasa jauh lebih puas karena berhasil menyalurkan amarahnya.

"Sial," maki Bima setelah sebelumnya sempat terhuyung beberapa detik.

Tangan Bima terkepal hendak membalas Alexa. Namun, sebelum pukulan Bima sempat mendarat di kulit mulus Alexa, cewek itu berhasil menangkap tangan Bima dan menendang perut Bima menggunakan lututnya. Tak cukup sampai disitu, Alexa juga memelintir tangan Bima kebelakang hingga cowok itu berteriak kesakitan.

Merasa harga dirinya terinjak, Bima hendak membalas. Namun, bogem mentah Alexa selalu mendarat terlebih dahulu mengenai Bima. Bima terhuyung dan akhirnya ambruk ke tanah.

Melihat Bima dihajar habis-habisan, teman-teman Bima hendak maju ingin membalas. Namun, mereka ragu-ragu melihat Bima terkapar tak berdaya. Mereka tak ingin bernasib sama seperti Bima.

Alexa menyeringai penuh kemenangan. Ia berhasil menumbangkan lawannya tanpa mendapat bekas luka sedikit pun.

"Jangan salahin gue! Gue udah peringatin lo. Jadi, jangan pernah lo berani macem-macem lagi sama gue ataupun temen-temen gue. Karena apa? Karena gue adalah Alexa. Alexa Anindra."

Bad Girl and The Gang (ON HOLD)Where stories live. Discover now