| 3 | Date? (revisi)

24.3K 904 75
                                    

Alexa membating tubuhnya di sofa dengan keras. Dihisabnya rokok yang terselip diantara kedua jarinya. Seorang lelaki dengan usia yang tidak jauh berbeda dengan Alexa muncul dari arah dapur. Lelaki itu duduk tepat di depan Alexa.

"Lo itu cewek Lex, nggak baik ngerokok terus," katanya lembut.

Alexa mendengus, "Bang Aldric gausah mulai sesi ceramahnya deh. Bang Adric juga sama aja kayak Lexa."

Aldric Arindra adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki Alexa. Usia mereka yang hanya terpaut tiga tahun membuat Alexa begitu dekat dengan kakaknya. Sedari kecil mereka hanya hidup berdua. Sehingga, mereka harus saling mengandalkan satu sama lain.

Melihat adiknya yang tak mengacuhkan nasihatnya, Aldric geleng-geleng kepala dan bangkit hendak meninggalkan adiknya.

"Oh iya, lo mau makan apa? Biar nanti gue beliin," tawar Aldric ketika mencapai ambang pintu.

"Terserah Bang Adric aja," jawab Alexa sembari menghembuskan asap rokoknya. Alexa merogoh sakunya. Diraihnya ponsel yang sedari tadi terus bergetar.

Bian Pratama: Woyy!! Kalian semua pada dimana?

Arfahri Akbar: Baru aja sampe rumah gue

Tora Erlangga: Baru aja sampe rumah gue [2]

Ardian Bagas: Emang ada apaan?

Bian Pratama: Cepetan pada ke gudang deket jembatan! Edo lagi digebukin

Raditya S. : Hah? Seriusan?!!

"Bang Aldric, gue pinjem motor lo ya," Alexa berteriak sambil menyambar kunci motor yang tergeletak di meja. Ia memasukkan kembali ponselnya ke saku dan segera berlari keluar tanpa menunggu jawaban dari kakaknya.

Alexa memacu motor sport merahnya dengan kecepatan tinggi. Beberapa kali ia melewati persimpangan dan lampu lalu lintas yang begitu saja diterobosnya. Kerap kali ia mendengar sumpah serapah yang dilontarkan ke arahnya setiap kali ia menyalip kendaraan di depannya.

Alexa menghentikan motornya di depan sebuah gudang bekas. Ia melihat motor ninja hitam milik Tora terparkir tidak jauh dari tempatnya. Ia berjalan memasuki area gudang, terdengar kegaduhan dari dalam.

Pintu gudang itu seharusnya sudah diberi palang untuk mencegah siapapun masuk ke dalamnya. Namun, balok kayu yang difungsikan sebagai palang tersebut sudah patah menjadi beberapa bagian dan tergeletak begitu saja di tanah. Mungkin bagian yang lainnya sudah digunakan seseorang untuk memukuli lawannya.

Alexa melompati balok kayu yang berserak di tanah dan mendorong pintu gudang. Edo sudah terkapar di tanah dengan luka yang mengerikan. Sementara Bian dan Tora sedang kewalahan menghadapi lawan yang jumlahnya hampir empat kali lipat jumlah mereka saat ini. Luka-luka lebam kini telah menghiasi wajah mereka bersama peluh yang terus menetes.

Alexa mengambil balok kayu yang dianggapnya paling keras dan kuat. Ia berlari menerjang lawannya dengan balok kayu di tangan kanannya. Bian dan Tora tersenyum lega melihat kehadiran Alexa, pertanda bala bantuan akan segera tiba.

Alexa berhasil menumbangkan seorang lelaki hingga terkapar pingsan. Ia terus menangkis dan menyerang lawannya. Balok kayu yang sedari tadi ia gunakan, dirasanya sudah tidak cukup kuat lagi untuk memukul lawannya. Mungkin, sebentar lagi balok itu akan patah. Terpaksa ia harus menggunakan tanggannya sendiri.

Pintu gudang menjemblang terbuka. Adit dan Niko berlari tergesa disusul oleh Bagas di belakangnya. Mereka bersiap-siap akan melancarkan serangan dan pukulan. Niko yang wajahnya masih terluka kini harus merelakan bertambahnya lebam di wajahnya. Apalagi setelah Niko mendapatkan sebuah bogem mentah yang membuatnya terhuyung beberapa detik. Wajahnya sukses bertambah lebih mengerikan.

Bad Girl and The Gang (ON HOLD)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt