[6] Enam

4.7K 251 23
                                    

Yang ini real enam xD yang kemaren bukan yaa

Paginya Rio sudah bisa pulang ke rumah karena tidak ada gejala-gejala bahwa penyakitnya kambuh. Demamnya juga sudah turun sehingga membuatnya terlihat segar-segar saja. Mama datang pagi-pagi sekali, membangunkan Vara yang tertidur pulas, sebelum akhirnya memboyong kedua anaknya pulang ke rumah.

Ketika Vara melangkahkan kaki masuk ke dalam pekarangan rumah. Lagi-lagi, ditemukannya sebuket bunga mawar merah yang masih segar kelopaknya. Vara menelan ludahnya, sebelum akhirnya ia memberanikan diri mengambil bunga yang tergeletak tepat beberapa meter dari pagar.

Untuk kedua kalinya. Vara menerima dua bunga dengan nama pengirim yang sama, nama pengirim yang kini harusnya tidak akan bisa mengirimkan bunga lagi. Aiden Vionso.

Dadanya mungkin tak sesesak kemarin malam, karena kata-kata Rio entah kenapa terngiang dan berdengung di dalam pikirannya. Ini cuma kerjaan orang iseng.

Toh, sangat kecil juga kemungkinan bahwa sang pengirim paket rahasia ini benar-benar Aiden yang asli.

"Apa itu Mbak?" tanya Rio yang tiba-tiba telah berada di samping Vara. Laki-laki itu meletakkan kepalanya di atas pundak Vara, ikut menatap apa yang ditatap kakaknya.

"E-eh, ini orang iseng lagi." Vara menyerahkan buket bunga itu kepada Rio. Mata laki-laki itu menyipit, tangannya sibuk membolak-balik bunga tersebut dengan cepat. Ada sebuah kertas kecil yang menggantung di bawahnya mengundang mata untuk membaca. Laki-laki itu mengangkat kertas kecil itu dan membacanya. Hanya ada dua kata yang bisa memutar nalar begitu keras. 'Aiden Vionso.'

Rio memiringkan kepalanya. "Ini teror. Aku yakin nantinya orang ini bakal ngirim terus-terusan sampe mbak Vara percaya."

Rio yang masih menggenggam bunga di tangannya itu, masuk ke dalam rumah. Yang Vara ingat sebelum Rio meneruskan langkahnya, adiknya itu sempat berhenti untuk berkata, "Mbak Vara jangan percaya sama orang yang ngirim ini, Dia bukan Aiden."

Vara menghela napas. Di balik dadanya kini jantungnya berdetak cepat sekali. Ada sesuatu di bunga itu yang membuat Vara penasaran sebenarnya.

***

Vara membalik halaman majalah yang ia baca, fokusnya sedaritadi terus terbelah dengan masalah bunga yang ia temukan itu. Pikirannya terus mengajukan pertanyaan tentang siapa dan apa alasannya orang itu melakukan hal seperti itu? Apa tujuan sebenarnya? Vara penasaran. Rasa penasaran akan selalu ada dalam diri manusia layaknya bunga yang terus tumbuh dan pada suatu titik akan mekar, dalam artian rasa itu memuncak dan mendorong manusia untuk mencari tahu.

Vara menyerah dengan penasaran yang menggelimuni pikirannya sekarang, ia mengeluarkan ponsel dan mengirimi Dennis sebuah pesan.

To: Dennis
Oy. Curut, gue dapet bunga lagi. Nama pengirimnya Aiden. Mau bantu gue nyelidikin?

Send!

Bahkan belum genap semenit, ponselnya kembali bergetar menunjukkan balasan dari Dennis.

From:  Dennis
Hola :D tumben banget ngechat gue. kangen ya? :))~

Tentu saja Vara gusar ketika membaca balasan Dennis yang di luar harapannya. Namun beberapa detik kemudian ponselnya kembali bergetar, memunculkan pesan lainnya di layar homescreen.

From:  Dennis
Detektif Dennis siap membantu;) Madame tenang saja. Otw rumah lo, lima menit lagi nyampe.

Vara terkekeh membaca pesan dari Dennis yang memakai kosakata dalam buku detektif. Tapi tunggu...

Vara membulatkan matanya, kembali membaca bagian akhir pesan yang sedikit mengganjal.

Otw rumah lo, lima menit lagi nyampe.

Rain Over the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang