[10] Sepuluh

4K 220 48
                                    

♪Coldplay - fix you (cover by boyce avenue)

***

Sesuai dugaan, jalanan macet parah. Dua jam telah habis sia-sia di jalan, berarti sisa dua jam lagi sebelum nantinya Vara harus tiba di rumah.

Cetta keluar dari dalam mobilnya, menghampiri sisi kiri mobil dan membukakan Vara pintu. Ketika kedua kakinya telah sempurna menapak di atas tanah, gadis itu menggerutu. "Nggak usah repot-repot kali kak."

Itu adalah ucapan pertama yang keluar dari bibir Vara setelah dua jam yang senyap di dalam mobil. Cetta setidaknya bisa bernapas lega setelah rasanya dicekam sunyi selama perjalanan. Laki-laki itu tersenyum lebar. "Nyantai aja kali."

Gadis yang baru saja turun dari mobil itu, memutar pandangannya ke sekeliling. Suasana kota tua sore hari. Cukup ramai pengunjung dengan gaya jadulnya yang khas. Ia terus mengedarkan bola matanya sambil menikmati sepoi angin sore hari.

Sekilas dilihatnya Dennis berada cukup jauh darinya, melambaikan tangan. Laki-laki itu kemudian berlari menghampiri Vara dan Cetta dengan cengiran di wajahnya. Dengan sedikit melompat, ia berhenti persis di hadapan Vara. "Gimana? Bagus kan suasana di sini sore-sore."

Vara membuka mulutnya, namun Dennis malah mengangkat tangannya, mengisyaratkannya agar tetap di sana.

"Tunggu sebentar," ucap Dennis, laki-laki itu kembali berlari menjauh. Tepatnya ke sebuah stand sepeda yang lumayan sepi.

Setelah perbincangan yang cukup singkat, Dennis kembali sembari susah payah menuntun dua sepeda di tangannya. Satu sepeda ontel yang berkapasitas dua, yang satu lagi sepeda gunung yang hanya berkapasitas satu orang.

Cetta yang melihat Dennis cukup kesulitan, segera menghampiri laki-laki itu. Ia mengambil satu sepeda yang berada di tangan kiri Dennis dengan sedikit paksa. "Lemah banget sih lo."

"Susah bego," bela Dennis memutar bola matanya. Ia kemudian berlari menyusul Cetta yang sudah berada jauh di depan.

Keduanya kini telah berdiri tegap dengan sepeda di tangannya sambil sesekali menelan ludah, melirik ke sepeda yang berkapasitas dua orang.

Siapa yang akan naik sepeda yang itu?

Lucu. Ketika kini keduanya berebut memegang stang sepeda ontel berkapasitas dua sambil berharap dialah yang akan mengemudikannya.

Vara yang mendengus melihat keduanya, kemudian mengulurkan tangan. "Mending hom pim pa aja yuk."

Dan beberapa saat kemudian terdengarlah suara yang tidak asing lagi di telinga. "Hom pim pa alaium gambreng." Selanjutnya sudah bisa ditebak siapa yang akan mengemudi sepeda yang berkapasitas dua orang itu.

"Dennis sama kak Cetta berduaaa ..." pekik Vara geli. Dennis yang dengan dramanya merutuk dan mencengkeram tangan kanannya sendiri sambil mengguncang-guncangkannya seakan berkata 'kenapa-gue-enggak-putih?-kenapa-gue-tadi-item'.

"Lo kan pake rok Var, mending gue bonceng," tutur Cetta tidak mau mengalah.

Mendengar itu, Dennis menabrak Cetta dengan badannya. Membuat laki-laki itu sedikit terpental. "Sportif lah sportif."

Cetta akhirnya mengiyakan biar cepat katanya. Dan laki-laki itu pasrah, duduk di bangku belakang dibonceng oleh Dennis karena kalah postur. Sedangkan Vara sudah dengan anteng mengayuh sepeda dan memimpin di depan.

"Kaki lu jangan maruk, gue susah ngegowesnya," protes Dennis sambil menendang kaki Cetta yang cukup panjang itu.

"Susah bego, lo juga nggak bakal bisa kalo jadi gue." Cetta tidak mau kalah. Hingga Dennis akhirnya hanya bisa menghela napas sambil terus mengayuh pedal.

Rain Over the Rainحيث تعيش القصص. اكتشف الآن