Menu 28: White Brooklyn

54.4K 3.7K 54
                                    

Hampir saja pistachio base yang sedang kupanggang gosong, dengan sangat hati-hati aku ambil loyangnya dan menaruh Loyang itu diatas meja untuk selanjutnya kupotong. Harusnya aku membuat strawberry white chocolate glaze tadi, tapi kondisi dapur yang sangat sibuk aku jadi tidak punya waktu sama sekali untuk mengeksekusinya.
Dalam kondisi normal tentu saja aku akan lebih memilih untuk mengetes resep baru dirumah, tapi dengan statusku yang sekarang sudah menjadi istri Dewa tentu rutinitasku mau tidak mau harus berubah. Setiap malam aku hampir selalu memasak makan malam. Aku hanya ingin suamiku makan rumahan normal setidaknya saat sarapan dan makan malam, hitung-hitung mengurangi kebiasaan buruknya yang sangat menggemari berbagai makanan instan itu.

Karena itulah aku jadi jarang punya waktu, terkuras habis untuk Gold Feather dan Dewa. Sebenarnya Dewa sudah menawarkan padaku untuk keluar kerja dan hanya mengurus blogku seperti dulu, tentu saja aku menolak!. Enak saja, aku hampir ia bentak-bentak dan marahi setiap hari dan ia ingin aku melepas pekerjaanku begitu saja, maaf, aku tidak sebodoh itu.

"I need one warm chocolate melting cake, dua strawberry frassier and one raspberry creme brulee!", Dewa berteriak lantang sembari memegang tiket yang baru saja masuk.

"Yes chef!", jawabku dan Aleksey hampir bersamaan.

Dengan sigap segera kuplatting rapsberry creme brulee itu, dengan hati-hati kutabur brown sugar diatasnya dan menyalakan cooking torch untuk melelehkan brown sugar tadi, kususun serapih mungkin buah raspberry diatas lelehan brown sugar. Bau manis langsung menyeruak, dan itu cukup untuk membuatku tersenyum kecil, perpaduan antara raspberry sauce dan lelehan brown sugar yang mengkaramel akan terasa amat pas dilidah. Aku harus membawanya pulang satu nanti.

"Maia, strawberry frassier!!", perintah Dewa tidak sabar.

"Dua menit chef!"
Hiasan chocolate curl melengkung indah sebagai garnish, terlihat kontras dengan warna krim susu dan merah segar dari strawberrynya sendiri, tanpa menunggu lebih lama kutaruh dua piring strawberry frassier didepan Dewa yang langsung ia cek seksama. Mata kami sempat beradu sebentar, aku melihat ia tersenyum tipis, baru saja aku ingin membalas senyumannya itu ketika ia tiba-tiba berteriak kencang didepan wajahku.

"Carbonara meja tiga berapa menit lagi?!"

Mungkin terlihat lucu karena aku terlonjak kaget, harusnya aku tidak mengharapkan kejadian romantis apapun selama kami masih berada didapur dengan tiket pesanan yang menumpuk. Tanganku memerah karena tidak sengaja menyentuh loyang panas saja Dewa tidak benar-benar peduli.

Kulap keringat dikeningku dengan kasar, dan berharap hari ini cepat berlalu karena aku ingin sekali berbaring dikasur kami yang sangat nyaman.

Dewa sudah menghabiskan vegetable stir frynya sedari tadi. Badanku terasa lemas jadi aku hanya membuatkan stir fry yang gampang saja, sementara makan malamku masih setengah utuh dan aku sudah tidak berselera lagi.

Melihat Dewa meneguk susu kedelai dari gelasnya, entah kenapa itu membuatku ingin minum susu kedelai juga, embun dingin digelas yang Dewa pegang bercampur dengan tetesan susu yang mengalir dari sisi gelas, menggoda sekali.

Ragu, kuambil kotak susu kedelai diatas meja lalu menuangnya digelasku sendiri. Dan hal itu langsung membuat Dewa mengkerutkan keningnya bingung, jangankan dia, aku sendiri bingung.

"Aku pikir kamu nggak suka susu kedelai?", tanyanya penasaran.

Kukerlingkan mataku, memang tidak pernah suka. Tapi detik ini aku sangat mengingin kan susu kedelai masuk kedalam perutku lebih dari apapun.

"Emang nggak...", jawabku asal.

Dewa kelihatan berpikir sejenak sebelum mengangkat kedua bahunya lalu kembali kewajah datarnya itu. Tangannya segera menahan tanganku ketika aku ingin mengambil piring kotor bekas ia makan tadi.

Sweet BlackoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang