Chapter 5 : Kalau bukan takdir, lalu apa?

2.4K 246 4
                                    

Minggu pagi ini Dira akhirnya bisa menyesap teh hijaunya di tengah teras rumah - bisa dibilang sebuah keajaiban. Ternyata ia benar-benar libur hari ini. Rasanya menyenangkan bisa merasakan sinar matahari pagi sambil sesekali menghirup aroma embun pagi yang masih belum mengering.

"Haduh cucu kesayangan uti, sini sayang sama uti." Mama dengan gembira segera melesat mengambil Safina dari gendongan Raninda, adik semata wayang Dira. Minggu pagi memang jadwal Raninda untuk berkunjung ke rumah orang tuanya, baik orang tua Raninda ataupun orang tua Dinan – suaminya.

Raninda menikah melangkahi Dira sebagai kakaknya sekitar satu setengah tahun yang lalu. Sesungguhnya Dira yang meyakinkan Raninda agar tak perlu menunggunya menikah. Ia tidak mungkin menghalangi kebahagiaan sang adik. Mama juga tidak pernah protes dan menuntut Dira untuk segera menikah setelah kejadian itu. Mama tahu luka putrinya ini tak mungkin dengan mudah disembuhkan. Mama percaya Dira pasti akan bahagia dengan waktu dan caranya sendiri. Dira seberuntung itu memiliki orang tua yang mengerti dirinya.

"Mba Dira tumben minggu pagi di rumah deh," Raninda memeluk kakaknya dan saling menyapa dengan mencium pipi kanan juga kirinya."Kalau gitu kita nge-mall aja yuk mba, sama mama juga. Dinan juga hari ini lembur paling baru jemput nanti malam."

"Dasar anak mall, udah punya anak juga masih rajin uber-uberan sama diskon. Mau ngapain? males ah, mau santai di rumah aja Nda."

"Ih gak asik banget. Lagian abis lahiran Safina gue udah ga pernah nge-mall lagi. Ribet. Lah kan kalau ada lo sama Mama, gue enak mba banyak yang bantuin. Kalau mama doang kasian capek."

Dira mencubit lengan adiknya gemas, "Dasar! Niatnya cuma mau nyuruh-nyuruh doang ternyata."

"Ih Mba Dira sakit, ayolah mba. Yah yah?" Dirapun akhirnya mengiyakan melihat adiknya memelas seperti ini. Lagipula tidak ada salahnya juga, sudah lama mereka sekeluarga tak pernah pergi bersama bahkan hanya untuk sekedar makan di luar bersama. Mumpung Dira juga sedang benar-benar libur. Semoga Dira tak diganggu kerjaan tiba-tiba.

_*

Minggu siang, mall di Jakarta memang selalu jadi tempat tujuan hangout banyak orang, mulai dari remaja-remaja yang baru mengenal pergaulan, karyawan-karyawan yang sedang merasakan hari liburnya, sampai keluarga-keluarga yang mungkin hanya ingin sekedar menikmati santapan siang di restoran-restoran yang berada disini.

Dan Reno sekarang terdampar disini hanya berdua dengan Satya, mungkin daripada dibilang mengajaknya bermain lebih tepat jika dikatakan mengasuh. Bimo dan Anggi memang sedang ada acara menghadiri acara pernikahan salah satu teman kerja Bimo. Satya yang rencananya ingin dititipkan ke Tante Joyce malah merengek minta jalan-jalan bersama Reno- Om baru kesayangannya. Tadinya ia ingin mengajak Tante Joyce dan Karin, apadaya mereka ternyata sibuk mengurus persiapan pernikahan Karin. Reno tak ingin mengganggunya, jadi daripada Satya terus merengek ia memutuskan membawa Satya sendiri ke area bermain di sebuah mall.

"Om, aku mau kesitu! Ayo!" dengan semangat Satya menarik Reno agar mengikutinya ke sebuah arena mandi bola. Sepertinya Satya sudah beberapa kali diajak oleh orang tuanya kesini, maka dari itu ia seperti hafal sekali tempat yang akan dituju.

Satya pun langsung berlari ketika sampai, Reno hanya menunggunya dari luar sambil terus memperhatikannya. Sesekali Satya melambaikan tangan pada Reno di tengah usahanya memanjat-manjat jembatan di dalam arena mandi bola tersebut. Tadinya Reno pikir akan sulit mengajak pergi bocah berusia 3 tahun ini. Biasanya kan bocah akan sering rewel jika tidak bersama orang tuanya. Tapi ternyata Satya anteng-anteng saja, syukurlah.

"Yah Om, aku masih mau main." begitulah ekspresi Satya ketika Reno menyuruhnya mengakhiri permainannya. Beberapa pasang mata ibu-ibu disekitarnya menatapnya dengan tatapan menyelidik. Mungkin ia terlihat seperti papa muda yang sedang mengajak anaknya bermain. Reno mungkin tidak tampan luar biasa, tapi dia cukup menarik untuk ukuran pria seusianya. Dan lihat ia sekarang dengan kemeja flanel abu-abu dan celana jeans biru muda, ia terlihat sangat menarik.

Let's (not) Fall in LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora