Jakarta dan Pertarungan Terakhir

141 2 0
                                    

Jakarta, 29 F£•°\¥r1 2105

Koko memperhatikan sekelilingnya. Saat ini, mereka telah tiba di Stasiun Manggarai, dan mereka melihat keadaan yang cukup aneh. "Robbie, kenapa kereta-kereta ini tetap berjalan? Padahal, tidak ada satu orang pun yang bergerak," tanya Koko penasaran. "Ya, robekan waktu ini merupakan ruangan dan waktu yang terpisah dari alur waktu yang sebenarnya," kata Robbie, "Aku malah curiga bahwa waktu ini sudah dimodifikasi oleh Ajisaka." Koko dan Lilo menelan ludah mereka. "Memodifikasi waktu? Apa yang sebenarnya ia incar?" kata Koko. "Hanya ada satu jalan, menemukan Ajisaka," kata Robbie.

Perjalanan mereka dilanjutkan dengan menyisir semua stasiun besar yang ada di Jakarta, mulai dari Manggarai, Jatinegara, Pasar Senen, Tanjung Priok, Jakartakota, Duri, Tanah Abang, dan Gambir. Tapi, mereka belum menemukan jejak Ajisaka sama sekali. "Dia sembunyi di mana sih? Keburu capek sendiri kita," keluh Lilo, "Mana gak ada tukang jualan lagi, laper banget" lanjutnya. "Nih, kebetulan aku tadi bawa makanan dari Bandung," kata Koko menyerahkan bungkusan coklat kepada Lilo. "Wah, kau memang sahabat terbaik," puji Lilo sembari membuka bungkusan tersebut. "Kerak telor? Jangan bilang ini sisa dari kita ke Jakarta sebelumnya?" tanya Lilo. Koko hanya tertawa.

"Teman-teman, sepertinya aku dapat sinyal dari Puongs," kata Robbie. "Sinyalnya berasal dari mana?" tanya Koko penasaran. "Tidak terlalu jelas, seakan-akan mereka bergerak dengan kecepatan tinggi di sekitar Jakarta," kata Robbie. "Sepertinya kita harus terus mencari," kata Lilo. "Aku punya firasat mereka berada di sekitar sini," kata Koko, "Lebih baik, kita lanjutkan saja pencarian kita," lanjut Koko. Koko dan Lilo kembali menaiki Robbie, dan mereka memulai pencarian mereka.

*************

Turangga dan Taksaka masih berada di dalam tahanan Ajisaka. Mereka sepertinya sudah mencoba berbagai cara untuk melarikan diri, tapi hasilnya nihil. "Sial, anak itu ternyata lebih dari yang aku bayangkan," kata Taksaka, "Angga, kau dulu pernah mengajarnya kan? Apa kau tau kenapa dia dikeluarkan dari API?" tanya Taksaka ke Turangga yang masih berpikir bagaimana caranya untuk kabur dari tahanan. "Ajisaka? Ya, aku ingat dia, Saka. Dia taruna paling jenius pada angkatannya," kata Turangga. Taksaka semakin bingung dengan penjelasan sahabat karibnya itu. "Tunggu, kalo dia jenius, kenapa ia dikeluarkan?" tanya Taksaka lagi. "Ya, itu kejadian yang tidak pernah akan aku lupakan," kata Turangga.

~~~~~~~~~~~~

Madiun, 6 Juni 2101

"Kek, bagaimana dengan proposalku ini?" tanya Koko kepada Turangga. "Hush, kamu lagi di akademi jangan manggil saya Kakek dong," kata Turangga. "Eh, maaf, Pak," kata Koko. Turangga tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. "Proposalmu sudah bagus, tapi kamu yakin mau tugas akhir di Sulawesi?" tanya Turangga. Koko mengangguk, "Iya, Pak, saya sengaja pilih Sulawesi karena perkeretaapian di sana masih dapat dikembangkan lagi," kata Koko bersemangat. Turangga memandang cucu kesayangannya itu. "Baiklah, proposalmu saya tanda tangan," kata Turangga sembari mengeluarkan pena dan menandatangani proposal tersebut. "Wah, terima kasih, Pak! Saya akan berusaha semaksimal mungkin!" kata Koko semangat. Turangga tersenyum, 'Iya, kamu pasti bisa,' katanya dalam hati. "Oh, iya, katanya temanmu juga mau mengajukan proposal? Di mana dia sekarang?" tanya Turangga. "Oh, maksudnya Aji? Seperti biasa, dia ada di lab mesin," kata Koko, "Mau saya panggilkan?" tanya Koko. "Tidak usah, Ko. Biar saya saja sendiri yang memeriksanya ke sana," kata Turangga, "Baik, sampai bertemu di kelas nanti ya," tambahnya. Koko memberi hormat, kemudian meninggalkan ruangan Turangga. "Aku tak habis pikir dengan anak-anak itu," tawanya sembari keluar menuju laboratorium mesin.

Stasiun WaktuOù les histoires vivent. Découvrez maintenant