Part 3

14K 1.3K 27
                                    

"Pak Jer...remmy" Ucap Rizal terbata-bata.

Saat itu juga aku memutar badanku dan menemukan Jeremy yang sedang menatap tajam ke arah kami. Aku kaget setengah mati saat melihat Jeremy ada di belakangku. Posisiku saat ini seperti seorang kekasih yang ketahuan selingkuh oleh pacarnya. Ditambah posisi kami yang saling berpegangan seperti tadi, membuat hal itu seakan akan benar-benar terjadi.

Tatapan Jeremy bukan hanya tajam. Namun dibalik itu, aku juga merasakan ada ekspresi terluka disana. Aku tak bisa mendeskripsikan apa yang ada di wajah Jeremy. Namun yang pasti, dia kecewa

"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Jeremy sangat dingin.

"Akuu... mm... Akk...kuu" Ucapku terbata-bata.

Aku tak tahu harus berkata apa. Aku takut jika Jeremy mensalah artikan apa yang dilihatnya tadi. Namun sepertinya apa yang aku bayangkan berbeda dengan yang terjadi saat ini. Jeremy berjalan kearah ku, dan dengan tenang dia menarik tubuhku untuk berada tepat disisinya.

"Saya ada perlu dengan asisten saya" Ucap Jeremy sangat ketus.

"Iya pak, silahkan...."Aku melihat Rizal menunduk saat berbicara dengan Jeremy.

Jeremy membawaku pergi dari hadapan Rizal. Kami berjalan dengan cepat menuju lobi, dan disana sudah ada mobil yang terparkir. Jeremy menarikku agar segera masuk ke dalam mobil, dan duduk tepat di samping kemudi.

'Kemana supir pribadi Jeremy, mengapa dia mengedarai mobil ini sendiri' Aku bertanya dalam hati.

Jeremy masih fokus menatap jalanan yang ada di depannya. Aku memperhatikannya dari samping, wajahnya, ekspresinya, sepertinya dia sedang marah. Aku berusaha memberanikan diri untuk bertanya.

"Apa kamu marah?" Tanya ku.

Namun Jeremy masih tetap tak menatapku. Dia justru menaikan kecepatan mobilnya. Aku was-was melihatnya seperti itu.

"Hey... Apa kamu marah?" Tanyaku kembali sambil menyentuh lengan kemejanya.

Jeremy memberhentikan mobilnya tepat disisi jalan. Dia lantas mengalihkan pandangannya padaku. Dia menatapku tajam seakan aku ini adalah orang yang dia benci. Aku kembali menyentuh lengannya dan mengusap pelan-pelan area itu.

Tatapan Jeremy berubah, sekarang tatapannya jauh lebih lunak. Ekspresi wajahnya juga sudah mulai tenang. Aku kembali membuka percakapan dengannya.

"Apa kamu marah padaku?" Tanyaku selembut mungkin.

"Apa kamu kira aku tidak marah saat melihat kekasihku berpegangan tangan dengan pria lain" Ucap Jeremy masih dingin.

"Baiklah maafkan aku jika kamu marah karena melihatku berpega—"

"Siapa dia?" Tanya Jeremy langsung.

"Dia adalah salah satu karyawan mu di kantor—"

"Yang aku tanyakan apa hubungan mu dengannya, Jawab aku" Jeremy menatapku dengan tatapan yang lekat.

"Dia mantanku Je" Ucapku pelan kearahnya.

Jeremy menatapku dengan tatapan yang sedih. Dia tidak mengeluarkan suara apapun, namun yang kulihat adalah kekecewaan di raut wajahnya.

"Kamu masih berhubungan dengannya?" Tanya Jeremy pelan.

"Tunggu, apa kamu kira aku masih berhubungan dengannya!" Aku sedikit tercekat saat berbicara. Aku tidak mengerti mengapa dia berpikiran seperti itu.

Aku menarik wajah Jeremy untuk melihat wajahku. Aku menempatkan kedua tanganku di kedua pipinya. Aku mengelus pipinya dengan jari-jariku. Aku ingin membuat Jeremy sedikit tenang saat ini.

It's TomorrowWhere stories live. Discover now