Part 14

10.8K 1.2K 64
                                    

Beberapa detik kemudian aku mendengar suara kunci pintu yang diputar. Sosok cantik dan juga anggun muncul ketika pintu rumahku terbuka, itu adalah bunda.

"Bunda..." Aku lantas memeluknya dan begitu pula dengan bunda.

Sesaat Jeremy terlihat kikuk, namun aku menyuruhnya untuk memberikan bunga dan juga makanan yang kami bawa. Jeremy yang baru tersadar lalu memberikan bunga dan makanan tersebut pada bunda. Bunda memeluk Jeremy sekilas sebelum akhirnya menyuruh kami berdua masuk.

"Ayah sudah menunggu kamu dari tadi" Ucap bunda.

Dan ternyata benar, saat aku masuk ke dalam rumah, ayah nampak sudah menunggu kami di ruang tamu. Ada juga adik-adikku disana. Kami duduk tepat dihadapan ayah dan bunda. Adik-adikku diusir oleh bunda untuk pergi dari ruang tamu, supaya tidak mengganggu kami. Bunda mengajakku ke dapur sejenak untuk membantunya. Itu artinya aku harus meninggalkan Jeremy bersama ayah.

Awalnya Jeremy nampak enggan, apa lagi harus duduk berhadapan dengan ayahku. Namun aku justru memberikannya tatapan penyemangat untuknya. Jeremy tidak tahu bahwa sesungguhnya aku sudah memberi tahu kan kedatangan kami. Bahkan orang tua ku sudah tahu maksud kedatangan Jeremy ke rumahku ini. Namun aku ingin melihat keseriusannya, aku ingin melihatnya menghadapai ayah dan bunda.

Aku ingin tahu apakah yang diucapkan Jeremy selama ini adalah benar atau justru hanya ucapan semata. Biarkan kali ini aku mengetesnya. Nampak tak ada obrolan apapun saat aku kembali ke ruang tamu. Jeremy nampak diam, begitu juga ayahku.

"Minumlah..." Ujar ayahku dingin, sesaat setalah aku dan bunda kembali bergabung dengan mereka. Nada suara ayah memang kadang terdengar sangat dingin.

"Iya pak..." Jawab Jeremy sedikit kikuk.

Jeremy yang biasanya terlihat berwibawa dan berani, sekarang justru sebaliknya. Dia seperti kebingungan dan kikuk, tak tahu apa yang harus dia perbuat.

'Tenang Anda... jangan tertawa... tapi jeremy benar-benar lucu' Batinku.

Jika kalian ingin tahu, Jeremy saat ini terlihat benar-benar aneh. Wajahnya yang kebingungan entah bagaimana aku harus menjelaskannya.

"Jadi ada apa anda datang ke rumah kami?" Tanya ayah masih dengan suara dinginnya.

"Saya... saya... ingin... mmmm—" Ucap Jeremy gugup.

"Bukankah anda bos dari putra saya yang dulu pernah datang kemari?" Tanya ayah kembali. Nampak ayah masih memerankan perannya sebagai calon mertua galak.

"Betul pak" Jawab Jeremy.

"Jadi untuk apa seorang bos datang ke rumah kami, bahkan membawa bunga seperti ini" Ayahku sepertinya benar-benar terlatih menjadi calon mertua killer.

"Saya... datang kemari.. untukk.. mmm" Jeremy masih nampak gugup.

'Tenang Je, tenanglah...' Meski dilain sisi juga aku ingin tertawa.

Ku pegang tangannya dan ku genggam tanganya itu. Awalnya Jeremy nampak kaget dengan yang ku lakukan. Apalagi kami melakukan itu dihadapan kedua orang tuaku. Namun justru itu poinnya, aku ingin kedua orang tuaku tahu keseriusan kami.

Ku tatap wajah tegang Jeremy, aku memberikan senyum terbaikku padanya. Ku genggam erat tanganya, aku ingin memberikan segenap kekuatanku pada Jeremy. Agar dia berani mengucapkan maksud kedatanganya ke rumahku ini.

"Saya ingin menikahi putra bapak" Ucap Jeremy tegas. Satu kalimat yang diucapkan dengan satu tarikan nafas.

Aku tersenyum lebar saat Jeremy mengucapkan kata itu. Aku bahagia, tenyata Jeremy benar-benar serius denganku.

It's TomorrowWhere stories live. Discover now