Part 7

11.6K 1.1K 32
                                    

Aku menatap Jeremy dan Jessica yang tengah mengobrol. Entah apa yang mereka bicarakan, namun dari ekspresi yang mereka tunjukan jelas sudah bahwa obrolan mreka sangat seru. Dengan keberanian yang sudah kukumpulkan, akhirnya aku memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan Jeremy.

"Akhirnya kamu datang juga" Ucap Jeremy berbicara padaku.

"Maaf pak saya terlamat, tadi saya berangkat terlalu siang!" Ucapku berusaha bersikap seformal mungkin.

"Tidak apa, kemarilah aku ingin mengenalkan seseorang padamu" Ucap Jeremy.

"Kenalkan ini ibu Jessica yang akan mengurus rencana proyek 3A"

'Aku tahu siapa dia Jer...' Aku bergumam dalam hati saat melihat Jessica.

"Nama saya Rilrinanada, panggil saja Anda" Ucapku pada Jessica.

"Jessica..." Ucapnya singkat.

Kami berjabat tangan sebentar, sebelum akhirnya Jeremy memerintahkan aku untuk memeriksa beberapa berkas yang sudah ada di mejaku. Aku berjalan meninggalkan mereka yang kembali asik berbicara satu sama lain. Jujur saja aku sedikit cemburu melihat kedekatan mereka kembali.

Namun aku berusaha bersikap profesional, aku mengerjakan apa yang Jeremy perintahkan padaku. Jika kalian bertanya tentang perasaanku saat ini, tentu saja sakit. Aku melihat dengan jelas Jeremy mengobrol dengan Jessica sangat akrab. Meski aku tahu mereka sedang membicaraan pekerjaan, namun rasa memang tidak bisa berbohong.

....

Berjam-jam aku memeriksa berkas yang ada di mejaku. Begitu pula Jeremy dan Jessica yang sepertinya sudah selesai membicarakan kerjasama mereka. Jeremy dan Jessica lantas membereskan berkas mereka. Sepertinya mereka akan pergi.

"Anda, sudah waktu makan siang" Ucap Jeremy padaku.

Aku melihat jam tangan yang kugunakan dan memang waktu sudah menunjukan saatnya makan siang.

"Baik pak" jawabku.

Jeremy dan Jessica mengobrol tepat dihadapanku ketika kami sama-sama berjalan menuju kafetaria. Sesaat kami sudah sampai disana, kami bertiga memilih makanan untuk kami makan. Namun sialnya aku tak mendapatkan kursi satupun. Suasana di kafetaria ini sangat penuh dengan karyawan. Dan sialnya lagi, satu-satunya bangku kosong hanya ada di meja Jeremy dan Jessica.

Setiap makan siang kami memang selalu memisahkan diri. Jeremy biasanya makan dengan para dewan direksi. Sedangkan aku biasanya makan dengan karyawan lain. Namun kali ini kasusnya lain.

"Anda sini!" Ajak Jeremy.

Jeremy mengajakku karena memang sudah tidak ada lagi kursi yang kosong disini. Aku mau tidak mau terpaksa duduk diantara mereka.

"Baik pak" Aku berjalan kearah mereka.

Aku memposisikan diriku tepat disamping Jeremy. Dan Jessica berada di sebrang kami. Beberapa kali mereka terlibat percakapan seru tentang masa lalu mereka. Hatiku benar-benar panas melihat adegan yang terjadi di depan mataku saat ini.

"Haha... Jery kamu memang selalu lucu" Kata Jessica sambil tertawa manis.

'Jery... dia memanggil pacarku Jery, apa itu panggilan sayangnya' Gumamku dalam hati.

Perasaanku campur aduk tak terkendali. Aku sama sekali tidak nafsu makan melihat adegan menyebalkan mereka.

"Kamu juga tidak ada yang berubah sedikit pun" Ucap Jeremy pada Jessica dan hal itu membuat wajah Jessica merona.

'Stop Je, kamu membuatku benar-benar terluka' Gumamku sambil menatap mereka.

Namun bukan hanya obrolan saja yang mereka lakukan. Ini jauh lebih parah dibandingkan dengan obrolan mesra mereka.

It's TomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang