Moodyan

6K 431 3
                                    

"Oh, kalau pacar?" tanya Digo tiba2 membuatku meliriknya.

"Memangnya kenapa Sir?"

"Ah, gak apa2 kok. Lupain aja" ungkapnya sambil terkekeh.

Sebenarnya ada apa dengan Digo sih? Kenapa dia aneh sekali sekarang?
-
-
-
Setelah sampai dikantor aku sengaja langsung membuka pintu mobil dengan cepat, tak ingin menimbulkan pandangan pandangan yang tak enak menusuk mata dari para staf dikantor ini dengan Digo berjalan disebelahku saja sudah membuatku risih setengah mati.

Aku tahu Digo pasti memperhatikan sikapku ini dengan kening mengerut.

"Kenapa buru buru?" tanya Digo ketika kami sudah berada didalam lift.
"Enggak apa2 Sir , cuma aku gak enak sm yg lain" aku ku jujur pada Digo.

Digo tersenyum dan memalingkan wajahnya.
Suara denting lift berbunyi setelah sampai dilantai yang kami tuju, aku menunggu Digo keluar terlebih dahulu sebelum aku akhirnya keluar mengikutinya.

Mejaku hampir sampai ketika tiba tiba tangan Digo menarik lenganku, membuatku tiba tiba menubruk tubuhnya.

Pandangan kami bertemu, jarak kami sangat dekat menyisakan beberapa centi saja berhadapan dengannya.

"Tolong ingat sekali lagi Prill" ujar Digo tajam menatap manik mataku yg membalas tatapannya.
Jantungku berpacu seiring dekatnya jarak yang kami lakukan.
Digo menyuruhku mengingat? Mengingat apa? Aku tak pernah melupakan apapun darinya.

Kenapa Digo sangat aneh setelah dari restoran itu? Bertemu saja baru kemarin dan malam itu!

Aku hendak membalas perkataannya ketika tiba tiba saja aku dikejutkan dengan dering ponsel Digo.
Digo melepas lenganku tanpa melepaskan pandangan matanya.
"Hallo?"
"........."
"Memangnya kau tidak bisa menyelesaikan nya sendiri?!" aku mendengar Digo sedikit membentak seseorang diseberang telfon itu.

"Ray sedang kesana! Tunggu saja!" lanjut Digo lalu pergi begitu saja dari hadapanku tanpa mengucapkan sepatah katapun juga.

Aku menatap punggu Digo dengan perasaan bertanya2.

"Tuh orang aneh banget ish! Labil deh, bentar senyum, bentar dingin, sekarang malah marah2! Aneh lo pak!" Gerutuku setelah Digo hilang dari pandangan, dan aku sendiri melangkah kemejaku menyelesaikan pekerjaanku yg baru ini.
-
-
-
-

Aku menghempaskan tubuhku diatas kasur single milikku dengan lelah.
Pekerjaan pertamaku ini benar benar membuatku menguras otak juga tenaga,belum lagi dengan mood bosku, Digo yg selalu berubah2 membuatku semakin membuatku stres.

"Aduh pak bos! Lo tuh kenapa sih? Moodyan tau gak?! Bentar2 baik, ramah bentar2 galak kaya singa mau lahiran!" aku menggerutu lagi ketika aku teringat lagi tentang bagaimana sikapnya sambil menatap langit2 kamar kontrakanku yg tak seberapa ini.

Digo tadi seperti setan bertanduk. Marah marah tak jelas pada seluruh staf yg ada disana.
Dan mampu aku lakukan hanya diam, dan terus meng'agendakan kerja Digo kemanapun hari itu.

Aku tersenyum kecil mengingat bagaimana Digo direstoran membukakan pintu mobil dan bersenda gurau benar benar memang Digo yg sesungguhnya. Tapi jika mengingat Digo yg ada dikantor sedang marah marah tadi?...

Prilly bergidik membayangkan jika Digo marah marah seperti itu padanya.

"Bisa sport jantung gue, diomelin tuh pak bos bocah!" Terlepas dari itu aku merasa bersyukur karna setidaknya panti asuhan bunda Rosma tak jadi gusur dan aku mendapatkan pekerjaan yg layak untuk menyicil hutang2 panti, aku hanya perlu menguatkan hati, menebalkan telinga jika suatu saat Digo tiba tiba saja mengeluarkan sisi setannya.
-
-
-
Aku sedikit berlari menuju lift dengan meneteng tas dibahuku yg hampir melorot.

Mampus gue kalau sampai telat. batinku.
Semalam aku tak bisa tidur pikiranku entah kenapa selalu tertuju pada si wajah dingin namun tampan Bosku itu, Digo! Aku tak pernah seperti ini sebelumnya, Ralat! Pernah tapi beberapa tahun yg lalu saat ia merasa jatuh cinta setengah mati pada seorang laki laki yang hampir menikahiku.
Namun sayang, pernikahan itu gagal 3 hari sebelum hari-H.

Calon suamiku , lebih tepatnya Mantan Calon suamiku pergi bersama wanita lain demi alasan apapun yg tak pernah aku tahu.
Sejak saat itu aku berusaha untuk tak pernah lagi membuka hatinya untuk laki laki lain,bukan tak pernah mungkin belum.

Aku berjalan secepat mungkin menuju mejaku hingga ia berpapasan dengan Tia dilorong.
"Pagi Prill"

"Pagi Ti."

"Kenapa lo ngos ngosan gitu kaya abis ngejar bis?" canda Tia.

"Bukan ngejar bis."

"Terus apaan?"

"Ngejar bebek mau beranak" seloroh ku kemudian berlalu dari Tia yg sedang tertawa terbahak jumawa.

"Huah!! Hampir aja telat!" gumamku begitu menghempaskan bokongku sendiri diatas kursinya dibalik meja.

"Ekhem!" deheman bariton khas dari arah belakang membuat ku terperanjat.

"Pa..pagi Sir" sapaku pada sang pemilik suara. Siapa lagi kalau bukan Digo? Sang bos dengan wajah dingin dan datar.
"Baru datang?" tanya Digo.

Aku pun hanya mengangguk lemah.

"Saya gak suka karyawan yg gak disiplin Prill, saya harap kamu bisa lebih profesional lagi." lanjut Digo dengan suara yg dingin dan datarnya.
Tidak bisa dibilang membentak, hanya saja nadanya ketus dan membuat moodku hancur seketika.

"Maaf Sir." balasku akhirnya.

Tanpa ada kata2 lagi, Digo segera pergi keruangannya berlalu dariku begitu saja.

"Dasar bocah labil! Pagi2 bikin gue unmood aja tuh orang!" gerutuku kemudian kembali menghempaskan bokongku dan berkutat dengan komputer.
*
*
*
Autor

Digo menghela nafasnya panjang saat teringat bahwa kata2 ketus tak sengaja itu keluar begitu saja ia ucapkan untuk Prilly tadi.
Bukan maksudnya Digo seperti itu hanya saja, mood Digo kemarin dan sekarang masih ada mengganjal pikirannya yang kacau.

Ada semburat penyesalan diwajah Digo ketika melihat wajah Prilly menunduk tadi.

Duh Digo bego! Kenapa sampe kasar gitu sih sama Ily? Nanti dia pasti benci sama gue,gimana nih?

gumamnya pada diri sendiri.
Digo melirik interkom diatas mejanya, ia berpikir ingin memperbaiki sikapnya tadi pada Prilly.
Baru Digo akan menghubungi Prilly lewat interkom, ada suara yg mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk"

"Maaf Sir, harus ada yg anda tanda tangani" ujar seseorang yg merupakan Prilly dibalik pintu.
Panjang umurnya tuh cewek seloroh Digo dalam hati.
Digo mengangguk masih dengan ekpresi datar.

"Silahkan Sir" Prilly menyerahkan berkas berkas yang harus Digo tanda tangani diatas meja.

Diliriknya Prilly yang terlihat kaku menunduk.

"Kenapa Prill?" tanya Digo akhirnya dengan nada suara yg dibuat sesantai mungkin.

"Eh, enggak Sir, saya gak papa" balas Prilly.
"Kok kamu diem aja gitu, sakit?"

"Engga, engga Sir. Biasa aja"
Digo mengangguk lalu memberikan berkas2 itu ketangan Prilly.

"Terima kasih Sir"

"Tunggu!"
Prilly berbalik hendak menarik handle pintu ketika tiba2 Digo memanggilnya.
"Saya Sir?"
Digo beranjak berdiri menghampiri Prilly yang berada di depan pintu.

*
*
*
Kalo yg baca dari awal. Pasti tau bedanya dimana wattpad sm instagram.. Vote dan comment nya ditunggu ya. Thank u.

We Found The LoveWhere stories live. Discover now