37

6K 368 10
                                    

"Maaf aku lancang udah bawa Zack. Kamu jangan salah paham, aku gak sengaja lewat disekolahnya dan ngeliat Zack sendirian nunggu kamu" jelas Digo, ia menjelaskan kenapa ia bisa bersama Zack dan membawanya ketoko kue milik Prilly ini, sebelum Prilly semakin membencinya.

Prilly melihat kesungguhan dimata Digo, tidak mungkin Digo berbohong. Prilly menghela nafasnya kasar lalu beralih mengelus kepala Zack.

"Ya udah terima kasih" ucap Prilly akhirnya tanpa menoleh pada Digo sedikitpun.

Digo bisa bernafas lega, akhirnya Prilly bisa percaya padanya, dan tidak mengusirnya begitu saja.

Digo melihat sekeliling toko kue milik Prilly ini yg lumayan ramai pada jam-jam kantor seperti ini.
"Mau coba?" tawar Prilly datar melihat Digo yang melihat-lihat beberapa deretan kue tokonya.

"Eh, gak usah. Aku-"

"Megan, tolong siapkan satu chese tart disana" potong Prilly mencela kata-kata Digo.
"Siap bos" seru Megan senang.

Digo melahap chese tart yg ada ditoko Prilly dengan ragu sekaligus senang.
Meskipun hanya sebagai ucapan terima kasih dari Prilly tapi Digo senang bisa menghabiskan beberapa jam dengan melihat Prilly dan Zack.

Zack yang sedang bermain pesawat miliknya pun menghampiri Digo dengan raut wajah sedihnya.

"Pesawat Zack rusak Uncle" ucapnya memperlihatkan pesawatnya yang rusak dibagian rodanya.

Digo tersenyum pada putranya dan mengangkat tubuh kecil putranya itu diatas pangkuannya.
"Sini Uncle yang perbaiki" sahutnya kemudian sudah sibuk memperbaiki roda pesawat milik Zack.

Prilly yg melihat kedekatan Zack dan Digo pun membuat perasaan Prilly menghangat. Ada perasaan menyesal yan Prilly alami ketika melihat kedekatan antara ayah dan anak ini.

Firla benar, tak seharusnya Prilly membiarkan ikatan anak dan ayahnya ini terpisah. Walau bagaimana pun, Digo tetaplah ayah dari Zack. Tak perduli jika Digo mengakuinya atau tidak.

Sebutir air mata menetes dipipinya, membuat Digo yang tadinya sibuk membetulkan roda pesawat mainan milik Zack beralih menatap Prilly dengan khawatir.

"Prilly, ada apa?" tanya Digo menyadarkan Prilly untuk segera mengapus air matanya dengan punggung tangannya.
"Enggak apa2." jawabnya masih datar.

"Kamu sakit? Mau pulang? Biar aku anter ya?" tawar Digo ragu, takut jika Prilly marah.

Prilly menggeleng lemah, ia melihat kilatan rasa khawatir dinada suara dan wajah Digo untuknya.
"Aku baik-baik aja. Sebaiknya kamu pulang Digo. Istri kamu pasti nunggu kamu sekarang" cerocos Prilly menahan sesak didadanya mengingat sosok istri Digo. Istri, laki-laki yang masih ia cintai sampai saat ini.

Digo tertegun, ada kilatan rasa emosi yang meluap disekujur tubuhnya.
Tidakkah Prilly tahu bahwa Digo tidak ingin mengungkit itu dulu sekarang?

"Bisa gak kamu gak ungkit status aku Prill? Aku mau cerai sama dia, pernikahan kami udah gak bisa diteruskan" jelas Digo yang berusaha keras untuk tidak terlihat emosi.

Prilly membuang wajahnya kearah jendela. Mengalihkan tatapan matanya dari mata Digo yang menuntutnya.

Digo menghela nafasnya kasar dan menurunkan Zack dari pangkuannya.
"Apa kamu gak mau ceritain apapun sama Zack kalau aku ayahnya Prill?" tanya Digo memaksa Prilly kembali menatapnya.

"Zack gak perlu ayah. Dia cukup perlu ibunya. Ibunya sudah cukup menjadi siapapun bagi dirinya." sahut Prilly masih bersikeras.

Rahang Digo kembali mengeras, rasanya sudah cukup ia berdebat dengan Prilly. Dari dulu, Prilly selalu keras kepala.

We Found The LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora