Chapter 8 : Tears 2

53.7K 779 113
                                    

langsung aja yukkkksss :")

******

*Keanu POV*

Aku memarkirkan mobilku dan berlari masuk kedalam rumah.

"Kesya! Kesya!" teriakku.

Dia melihat semuanya. Dia mendengar apa yang keluar dari mulutku ini. Habislah aku. Di saat aku sedang rindu dengan Patris(apa aku bajingan? Ya), dia datang dan .... ugh! Awalnya, Aku tidak tahu kenapa dia sampai datang ke kantorku.. tapi setelah aku keluar dari ruanganku, aku menemukan makanan berserakan dilantai. Dia membawakanku makan siang. Niat dia baik dan aku menghancurkan niat baiknya.

Aku mencarinya di setiap kamar, tapi dia tidak ada didalam rumah ini. Nafasku terengah-engah. Aku sedikit merenggangkan dasiku yang mencekik leherku. Dimana dia? Apa dia dirumah temannya? Aku tidak punya nomor teman-temannya. Ck. Aku terduduk disofa yang empuk. Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku sejenak. Aku mengacak-acak rambutku frustasi.

~aku terlalu cepat jatuh kedalam hatimu~

Kata-kata itu terus terngiang dipikiranku. Dia baru saja membuka hatinya untukku.. menerimaku sebagai suaminya.. arrgghh! Kau mendatangkan kebencian lagi, Keanu. Aku membuang nafasku yang berat. Aku sangat menyesal. Jujur. Dia pasti berfikir aku hanya orang bodoh yang bersikap manis tetapi dibalik itu aku bukan orang sesungguhnya manis. Aku mengusap wajahku dengan tangaku. Kesya, maafkan Nunu..

Aku berjalan menuju kamar. Aku ingin mencarinya malam ini sampai dapat. Aku ingin segera meminta maaf kepadanya, meskipun aku memang tidak pantas untuk dimaafkan. Aku membasuh wajahku diwastafel. Ku buka lemari pakaianku dan mengambil t-shirt dan jeans. Aku melirik jam tangan ynag melekat dipergelangan tanganku. Pukul 21.12 pm. Belum terlalu malam. Aku keluar dari kamar dan pergi untuk mencari isteriku.

Tiba-tiba, aku baru saja ingat dengan Ayah dan Ibu Kesya. Kenapa aku baru teringat. Pasti dia disana! Ya! Aku menancap gas menuju rumah lama Kesya.

Sekitar 20 menit aku sampai dirumahnya. Aku keluar dari mobil dan masuk melalui pagar besi berwarna hitam namun sudah berkarat. Ku ketuk pintu yang terbuat dari kayu biasa dan bercat cokelat itu. Mungkin ini yang ke tiga kalinya. Dan, pintu terbuka...

Seorang wanita paruh baya dengan matanya yang sedikit mengantuk membuka pintu itu. Aku tersenyum kikuk.

"Bu, maaf Keanu menganggu, apa Kesya ada disini?" tanya dengan penuh sopan. Dia tersenyum lembut dan mengangguk.

"Dia ada dikamarnya, nu. Masuk yuk, kamu langsung ke kamarnya aja. Kayanya dia kecapean." jelas ibu. 'Kecapean' okay, aku mengerti maksud kebohongan Kesya terhadap ibunya. Aku segera masuk dan membuka pintu kamar dengan pelan-pelan. Aku masuk dan menutup pintu dengan perlahan.

Aku bernafas lega karena dia bisa terlelap dengan tenanh. Dia tertidur memeluk guling. Aku menghampirinya. Tersirat diwajahnya, dia sangat kelelahan. Aku tidak ingin membangunkannya. Aku merangkak ke sampingnya dan tidur memeluk tubuh mungilnya. Aku harap dia bisa memaafkanku pagi nanti.

Aku menggeliat dan membuka sedikit mataku. Cahaya matahari yang menyengatkan mataku membuatku sedikit memincingkan mataku. Aku menoleh ke arah samping. Kesya? Dia tidak ada disampingku. Aku mengucak kedua mataku dan menapakan kakiku dilantai. Aku berjalan keluar dari kamar Kesya. Aku melirik ke kanan dan kiri. Sepi. Kemana Kesya? Aku berjalan ke ruang tamu dan menemukan ibu yang sedang mengaduk adonan kue.

"Ehmmm. Maaf bu, aku baru bangun. Kesya kemana ya bu?" tanyaku membenarkan penglihatanku.

"Dia sudah berangkat kerja, nu. Kamu mandi dulu sana, ada sarapan dimeja makan." suruh ibu yang aku balas dengan gelengan kepala.

Just Love Your BodyWhere stories live. Discover now