Chapter 11 : Talking To The Moon

51.9K 941 151
                                    

jojo baaaaccckk!! maaaaff lagi uploadnya hehe. soalnya beku ide wkwk. maaf juga nih part ini rada aneh, gajelas dan yaaaa begitu lah!

okeeee cejidot!!

*********

*Kesya POV*

"Keanu!" Apa dia tuli?! Aku berdecak kesal. Aku berteriak memanggilnya dan membututinya tetapi dia tidak menghiraukan panggilanku. Aku berlari menghalanginya. Aku menatapnya kesal.

Dia tersenyum lembut dengan mata sayunya yang terlihat lelah. Pasti dia mendengar ucapanku tadi pada dokter. Pasti dia....

Dia menyentuh pipi kiriku dengan telapak tangannya yang hangat. Dan mengusap pipiku dengan ibu jarinya. Aku tidak ingin menatapnya..

"Sesuai dengan apa yang kau inginkan. Aku tidak akan mengganggumu selama 1 bulan. Aku akan memberimu waktu agar bisa memaafkanku dengan sepenuhnya. Kata perminta maafku tidak akan pernah lepas. Maafkan aku, Kesya." bisiknya dengan lembut dan mencium keningku. Lama. Dia memelukku dengan erat.

Kenapa dia berubah fikiran, kenapa dia... Kesya! Kau yang menginginkan semua ini! Kau yang ingin dia tidak ingin menganggumu selama 1 bulan, bukan?! Jangan tarik ucapanmu lagi!. Bisik setan dengan memprofokasi diriku. Aku hanya terdiam. Benar, ini memang keinginanku.

Keanu melepaskan pelukkan yang tidak aku balas. Dia mulai melewatiku lalu berjalan. Menunduk dan sama sekali tidak menoleh ke belakang. Kenapa ada rasa berat dihati ini? Kesya, tetaplah pada pendirianmu. semprot Dewiku. Air mataku mengalir deras saat aku tidak melihat punggunya lagi yang telah hilang dari balik pintu UGD. Aku masih berdiri terpaku.

Aku kembali duduk dikursi tunggu. Menahan isakanku. Meskipun dada ini terasa sangat sesak. Aku berusaha tetap menahan. Apa aku sudah keterlaluan? Maksudku, aku mengaku sebagai istri dari Zein. 'Dia lebih keterlaluan dibandingkan denganmu, Kesya bodoh!' 'Jangan kasihani dia!' 'Dia pantas menerima itu' bisikkan setan sialan masuk menyeruak telingaku. Aku menutup telingaku dengan kedua telapak tanganku. Menahan teriakkanku yang tertahan.

"Maafkan aku, Nunu" lirihku mengusap air mataku. Aku berjalan dan mengintip dari kaca kecil dipintu kamar Zein. Aku harap kau cepat bangun dari koma mu. Aku berjalan meninggalkan ruangan UGD. Ada keluarga yang berlari menuju UGD setelah aku keluar dari pintu UGD. Apa itu keluarganya Zein? Mungkin. Aku berniat ingin ke kamar Ibu. Hari ini aku terlalu panik dengan keadaan Zein sampai Ibu aku tinggal lebih lama.

Aku mengintip dibalik kaca kecil dikamar Ibu. Terlihat Ibu dan Bibiku sedang tertawa lebar. Ada Keanu didalam. Ibu terlihat sudah agak baikkan. Aku ingin membuka pintu tapi, ah lebih baik menunggu di kursi tunggu sampai Keanu pulang.

Aku merenung. 'Cerai' tiba-tiba kata-kata itu muncul seenaknya difikiranku. Apa lebih baik aku cerai dengannya? Tapi aku tidak ingin dibenci Tuhanku. Selain itu, ada rasa sakit juga yang masih belum pulih dengan sempurna. Memaafkan seseorang itu memang mudah, tetapi melupakan masalahnya itu sangat susah.

Kalau aku ingin berniat memaafkannya, aku teringat kembali dengan masalah yang menyayat hatiku itu. Dan, aku membatalkan niat untuk memaafkannya kembali.

Pintu kamar terbuka. Aku menoleh dan Keanu keluar dari kamar itu. Aku berdiri dan menatapnya.

"Aku rasa Ibu sudah lebih baik. Aku harus pulang. Pekerjaan pasti sudah menumpuk. Jaga kesehatanmu dan jaga Ibumu." tuturnya seraya mengusap rambutku. Aku menunduk.

"Dan dia.." bisiknya yang dibuat tidak terdengar, bisa jadi hampir tidak terdengar yag berhasil masuk kedalam telingaku. 'Dan dia'?

Apa dia terlalu bodoh? Aku hanya berakting. Aku hanya ingin melihat keadaan pria itu. Apa aku sudah keterlaluan? Ck, aku segera menghilangkan pertanyaan bodoh itu dari fikiranku sebelum setan-setan itu berkoar membahana.

Just Love Your BodyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora