[1]

636 29 9
                                    

Arin: kita putus. sip [sent 05:38 p.m]

Razka: yaudah sip. [sent 08:18 p.m]

Arin: NGGAKLAH KA, 😂 hari ini kan April mop 😜 [sent 08:20 p.m]

Razka: we arent a thing anymore right [sent 09:00 p.m]

Arin: Razka lo serius? boong lu ah, baper lo 😋 gue cuma bercanda anjir, April mop Razkaaaa 😂😂 maaf deh maaf💖💖 [sent 09:05 p.m]

[read at 10:18 p.m]

***

Arin terduduk lesu di bangkunya. Mengingat kemarin prank yang dilakukannya sepertinya gagal.
Pesan terakhirnya hanya di baca oleh cowok itu, Razka.

Darina yang baru masuk kelas melihat ekspresi teman sebangkunya sekaligus sahabatnya itu, langsung menghampirinya dan menepuk bahu Arin membuyarkan lamunannya.

"Woy! Pagi-pagi udah bengong aja!" Arin tersentak karena tepukan keras di bahunya.

"Temenin gue ke kantin yuk." ucapan itu mengalir begitu saja dari mulut Arin secara refleks.

Darina tersenyum lebar lalu mengangguk-angguk semangat. "Beliin Oreo, ya!"

Arin yang sedang bergerak keluar dari kursinya tiba-tiba memberhentikan pergerakannya. Menatap Darina malas dengan menyipitkan matanya, Arin hanya mengangguk sekali lalu segera melangkah keluar di ikuti Darina dengan seruan senangnya.

Sesampainya mereka di kantin, Arin segera membeli roti kemasaan isi selai kacang, sedangkan Darina langsung mengambil dua bungkus Oreo. Arin memberikan uang selembar dan menerima kembaliannya. Dia mengucapkan terima kasih sambil tersenyum tulus kepada Ibu kantin. Cewek itu berbalik untuk kembali ke kelas, tapi saat punggungnya berbalik, pandangannya tidak sengaja menangkap Razka dan Rania berjalan bersisian, sangat dekat.

Bahkan bagi Arin terlalu dekat.

Mereka tertawa bersama seperti sedang membicarakan sesuatu yang sangat lucu. Matanya turun ke bawah, ke arah tangan mereka berdua yang saling menyatu.
Arin yang melihat pemandangan itu perlahan matanya melihat ke arah lain. Dia menunduk.

"Arin, lo kenap-"
belum Darina selesai, cewek itu menangkap kedua sosok yang di lihat Arin tadi. "Lah, kok," Darina bingung melihat kedua figur di depannya lalu melihat ke Arin yang masih menunduk.

"When you fail to make a prank on April."

"April? Maksud lo?" suara Darina semakin bingung dan raut wajahnya penasaran.

Arin masih menunduk. Tangannya yang bebas meremas-remas ujung seragamnya yang mencuat keluar.

Saat Darina melihat kembali mata sahabatnya itu, keduanya sudah terlihat merah dan berkaca-kaca. Darina yang mengerti, langsung menarik Arin kembali ke kelas.

***

"Lagian," suara Darina memancarkan penuh emosi, "Kan, udah gue bilang, Razka itu player. Dan gue juga udah bilang seharusnya lo nolak. Gue bilang juga, 'jangan sampe lo jadi salah satu deretan koleksinya' iya, nggak? Gue pernah bilang gitu gak?"

Mereka yang kini sudah berada di atas kasur empuknya Arin, duduk menyender di headboard tempat tidur. Arin masih sesenggukan.

"Lo- kok- malah- omelin gue sih," ucap Arin yang di selingi senggukan tiap katanya.

"Gue kesel," ucap Darina, "Gue kesel sama lo gak nurut sama gue, tapi gue juga kesel-banget- sama Razka. He's being such a jerk."

Darina menambahkan, "Gue bersyukur juga sih, karena prank lo. Kalian jadi putus." ucap Darina yang kejam di telinga Arin.

"Kok lo gitu, sih!"

"Tuhkan, lo baper sama dia."

Arin hanya bisa menggeram seperti anak kecil, "Sejak kapan mereka deket?" rengek Arin. Gambar Razka dan Rania yang tadi di kantin masih tersimpan di otaknya.

Darina sangat mengerti dengan sifat Arin yang manja, cengeng dan sedikit kekanakan. Jangan lupa dengan sifat keras kepalanya.

"Banyak cewek disana yang nunggu Razka. Dia sih tinggal pilih aja," ucap Darina sambil menepuk-nepuk paha Arin. Lalu cewek itu menarik sahabatnya kepelukannya karena Arin kembali mengeluarkan air matanya.

"Razka berengsek." gumam Arin penuh emosi sambil masih sesenggukan.

------------

INI CERITA KHUSUS BULAN APRIL WKWK. tinggalkan jejak kalau sukaaaaa :3 thankie.

🌙

x

AprilDonde viven las historias. Descúbrelo ahora