[5]

269 18 15
                                    

Keesokan harinya, Darina tidak masuk sekolah, sakit. Membuat hari Arin semakin muram saja.

Arin dengan tidak minat menatap papan tulis di depannya. Bu Rina sedang menjelaskan rumus-rumus yang membuat kepalanya akan segera pecah dan angka-angka membosankan itu akan menjadi pelengkap pecahnya kepala Arin.

Astaga. Arin sangat berlebihan. Dia meringis membayangkan kalau kepalanya benar-benar pecah.

Bel pulang memecahkan keheningan dan kebosanan siswa-siswi di kelas.

"Jangan lupa tugas remed kalian yang belum di kumpulkan!" Bu Rina mengingatkan kembali kepada anak-anak yang ikut remedial ulangan hariannya.

Setelah satu kelas mengucapkan terima kasih lalu salam. Bu Rina langsung keluar yang di ikuti siswa-siswi lain di belakangnya.

Arin masih melamun di mejanya. Sepi sekali harinya. Tidak ada Darina. Tidak ada Razka yang biasanya menjemputnya ke kelas untuk pulang berasama.

"Rin, duluan, ya!" Arya mengangkat tangannya ke arah Arin. Arin tersentak dari lamunannya.

"Oke, Ar. Ati-ati." balasnya pelan.

"Yo. As always, dear." ucapnya dengan jahil lalu langsung berlari keluar kelas.

Arin menyadari kalau di kelas hanya tinggal dirinya seorang. Dia segera merapikan barang-barang yang berserakan di mejanya lalu dia melangkah pelan keluar kelas.

Di koridor sepi, karena hari ini, hari Selasa, hari dimana tidak ada kegiatan ekskul apapun. Mungkin hanya OSIS yang biasanya sibuk setiap hari. Arin masih berjalan menuju parkiran sekolah. Biasanya Pak Parman sudah menunggu di sana.

Tapi saat Arin sedang berjalan di koridor kelas 10 tiba-tiba seseorang menariknya ke arah yang berlawanan. Gerakan orang itu yang tiba-tiba dan cepat membuat Arin tidak sempat menahannya. Seseorang yang menggunakan hoddie berwarna biru dongker itu–yang menggenggam tangan Arin dengan kuat– terus menariknya tidak memberikan kesempatan bagi Arin untuk berjalan pelan.

"Heh, lo ma-mau ngapain?!" Arin berusaha melawan orang itu dengan menarik pergelangan tangannya. Oke, dia tergagap karena takut. Namun sia-sia karena seorang itu menggenggamnya dengan kuat.

Sampai akhirnya Arin tahu di bawa kemana dirinya. Rooftop sekolah. Orang itu berbalik dan menurunkan kupluknya.

Astaga.

Astaga Tuhan tolong Arin sekarang.

Razka di hadapannya sedang menatap intens mata Arin.

Ada banyak sekali yang akan Arin bicarakan kepada Razka sedari kemarin, tadi pagi, kemarin lusa, bahkan sejak dua hari mereka putus. Tapi yang dia keluarkan adalah kata;

"Hai?"

Arin merasakan dingin di tangannya. Efek tatapan intens Razka memang tidak pernah biasa. Jantungnya berdegup tidak normal.

Tatapan itu meneduh. Razka menghela nafas berat lalu detik itu juga dia langsung menarik Arin dalam pelukannya.

Degupan jantung Arin bertambah tidak normal.

Arin merasakan Razka mengistirhatkan dagunya di puncak kepala Arin.

"Lo emang beda," suara Razka memecah keheningan di rooftop. Arin masih kaget di dalam pelukan Razka.

"Lo beda ya. Ketika yang lain jaga image sama gue, pertama kali kita ketemu lo malah malu-maluin diri sendiri." Razka terkekeh, cepat-cepat dia melanjutkan, "Tapi itu malah buat gue tertarik.

"Ketika yang lain mau di peluk, lo malah nolak mentah-mentah di peluk."

Razka semakin mengeratkan pelukannya pada Arin. Dia tahu, angin sore membuat Arin sedikit kedinginan. Arin masih tertegun. Dia dengan ragu membalas pelukan Razka. Berusaha membiarkan kalau jantungnya bisa-bisa menjadi tidak sehat.

"Gue kangen. Kangen sama kehadiran lo yang kadang parasit banget. Kangen sama omelan lo nyuruh gue minum air putih yang banyak. Kangen sama suara lo. Gila parah, gue kangen berat sama suara ketawa lo. Kangen main lego bareng lo. Kangen nonton netflix bareng lo. Kangen ke starbucks bareng. Kangen banget sama minuman isotonik lo itu."

Akhirnya usaha Arin untuk membendung air matanya gagal. Razka mengerti. Selama ini orang salah menyangka, mereka bilang Arin cengeng. Padahal tidak, hanya hatinya saja yang mudah tersentuh.

Arin menumpahkan semua emosinya di dalam pelukan Razka.

"Ketika Valentine, yang lain ngasih coklat ke pacarnya, kamu malah biasa-biasa aja.

"Ketika April Mop, yang lain ngerjain temennya. Kamu malah ngerjain pacarnya. Minta putus."

Razka masih setia mengistirahatkan dagunya di puncak kepala Arin. Perlahan senyumnya terbit walaupun hanya senyuman tipis.

"Selamat April Mop! Gue juga gak rela kali mutusin lo."

Arin yang masih di pelukan Razka refleks memukul dadanya lalu tertawa. Razka ikut tertawa. Betapa rindunya dia dengan suara tawa Arin. Astaga. Arin benar-benar kaget tapi juga senang. Ah, kadang Razka juga bisa manis.

"Satu sama, ya." ucap Razka yang membuat Arin mendorong Razka menjauh darinya. Hal itu membuat Razka tertawa. Menambah lima level kegantengannya bagi Arin.

"Lo, is, gue-" Arin kehilangan kata-katanya ketika ketika Razka mendaratkan bibirnya di bibir Arin.

Arin kaget setengah mati, beruntung itu hanya dua detik.

"Love ya," ucap Razka dengan senyuman jahil, setelah itu dia berlari ke sisi rooftop yang lain, menghindar dari Arin. Bodoh, kenapa tadi dia mencium Arin? Pasti Ibunya heboh sendiri nanti.

Dan lihat sekarang Razka menghindar dari Arin karena salah tingkah setelah melakukan hal itu.

"RAZKA NYEBELIN! RAZKA GILA! KAMPRET!!" jerit Arin yang sudah berlari mengejar Razka.

Langit berubah warna menjadi jingga bercampur ungu. Matahari sudah menenggelamkan sebagian cahayanya di ufuk barat. Dengan pemandangan yang indah di rooftop, Arin dan Razka saling mengejar, bercanda dan tertawa.

Hari ini mereka kembali. Menulis kembali di lembaran-lembaran mereka yang sempat di tinggalkan.Keduanya bahagia.

------------------------------

Wiiiiiiii gak ada sejam selesaiin ini HAHAHA. sori kalau pembagian chapnya amburadul gue juga gak ngerti karena sebenarnya tadinya cuma 3 chap eh terus gue bagi lagi chap akhir. jadi 5 chap deh :3

terimakasih yang sudah tinggalkan jejak gue sangat senang and i appreciate it, gaes!

curhat dikit;

jujur pas bagian akhir-akhir gitu gue baper sendiri.. kemarin gue lanjutin cerita ini dari jam 9 malem sampe jam setengah satu. padahal besoknya senin. 

tapi masuk jam 10 sih HEHEHE.

entah pas di bagian akhir emang bikin baper (kalo gitu alhamdulillah ya, wkwk.) atau gue yang baperan. i never know. *APASIH GUE*

oke okee sekali lagii, terima kasih banyak yang udah kasih vomment. DAN SEKALI LAGI;

INI CERITANYA KHUSUS APRIL OK OK OK 

ada yang jadian di bulan april gak? HAHA. 

gue nulis ini karena dalam rangka april fools aja sih, bukan karena jadian. LOL. LMAO. LMFAO.

🌙

x

AprilOnde as histórias ganham vida. Descobre agora