[4]

151 19 2
                                    


Sudah tahu kan dengan sifat Arin yang keras kepala?

Yap. Sekarang Arin masih menunggu Razka. Namun hari ini-hari kesepuluh mereka putus- Arin menunggu Razka di lapangan basket sekolah. Cewek itu duduk di kursi tribun sambil bertopang dagu memperhatikan Razka latihan.

"Gak enak ya di campakin gitu aja. I mean like, lo ngejar-ngejar dia tapi dia gak notice lo. He's mine right."

Arin menegakkan punggungnya.

Rania dengan wajah menyebalkan itu-wajah penuh kemenangannya- duduk di sebelah Arin.

Arin tidak membalas apa-apa. Dia hanya malas meladeni orang seperti Rania.

Saat Rania membuka bibir untuk menyuarakan isi pikirannya, Arin sudah berdiri. Tangan kanannya menggenggam botol minuman isotonik dengan kencang. Berharap kekesalannya terhadap Rania bisa tersalurkan ke botol yang di genggamnya. Padahal Arin ingin sekali mencakar-cakar wajah Rania dan mungkin menggunting rambut ombré cewek itu.

Rania ikut berdiri. Beda dengan Arin yang berdiri dan diam di tempat, Rania berdiri lalu menghampiri Razka yang sudah selesai latihan. Dia memberikan cowok itu botol berisi air putih.

Razka tidak terlalu suka air putih. Itu alasan mengapa Arin pernah protes kepada Razka tentang ketidaksukaannya dengan air putih. Dia berceramah betapa pentingnya air putih untuk kesehatannya dari pada cappucino, minuman kesukaan Razka.

Dulu, Arin juga suka menunggu Razka latihan basket. Awalnya dia membawakan cowok itu air putih, tapi Razka protes dan akhirnya dia memberikannya minuman isotonik.

Sepasang mata Arin tidak bisa lepas dari Razka dan Rania. Mereka tampak serasi. Bahkan Arin tidak mengerti kenapa dia berpikiran seperti itu. Dan pikirannya membuat Arin semakin gelisah.

Dia melihat Razka dengan santainya merangkul Rania. Dengan senang Rania melingkarkan lengannya di pinggang Razka.

Aih. Arin meringis dalam hati. Bahkan dulu ketika mereka masih bersama Arin selalu menolak di rangkul Razka karena badannya yang berkeringat. Arin menghela nafas berat.

Niatnya yang tadi ingin berbicara dengan Razka hilang. Cewek itu melangkah menuruni tangga tribun dengan pelan. Dan hatinya kembali sakit. Dadanya terasa sesak karena oksigen di sekitarnya entah menghilang kemana.

AprilWhere stories live. Discover now